Hari baru telah datang. Angin musim gugur pun sudah mulai berembus. Tapi itu tidak membuat suasana cerah ikut hilang bersama musim panas. Manty bahkan merasa hari ini begitu cerah. Masalah kemarin telah terselesaikan dan terbangun hari ini dengan Louie kembali di sampingnya membuat hatinya sangat tenang.
Saat ini mereka sedang duduk berhadapan di meja makan. Menikmati sarapan yang jarang sekali mereka lakukan di rumah. Manty menyendok makanannya dengan penuh semangat. Senyum tidak pernah absen dari wajahnya, membuatnya terlihat semakin manis. Hal serupa terjadi pada Louie. Ini seolah hari baru bagi mereka. Hari di mana masa kelam dan luka dikubur dalam-dalam.
Mereka baru saja selesai dan bersiap-siap untuk pergi. Louie membuka pintu depan dan menemukan sebuah kotak kecil tergeletak di lantai. Mereka saling menatap, sama-sama menampilkan wajah bingung. Namun akhirnya Manty membungkuk untuk mengambil kotak itu. Dia segera membukanya dan seketika air mukanya berubah.
Maafkan aku, Manty dan Louie. Aku benar-benar menyesal akan kejadian itu, Manty. Dan Louie, maaf karena aku tidak menepati janji untuk menetap di Pittsford selamanya. Aku kembali harus pergi dari sini. Aku yakin, ini yang terbaik. Sekali lagi, maaf. Aku sangat bersyukur bisa mengenal kalian, walau mungkin kalian yang menyesal karena pernah bersinggungan denganku di hidup kalian ini.
Steve
Manty terperangah saat membaca surat kecil itu. Dia menoleh pelan ke arah Louie dan mendapatkan ekspresi yang sama di sana. Manty menunggu tanggapan Louie, tapi sahabatnya itu seolah masih sibuk dengan pikirannya. Mencari-cari suaranya yang tiba-tiba hilang entah ke mana.
"Louie..."
Panggilan pelan dari Manty itu tidak digubris oleh Louie. Matanya masih menatap surat kecil itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan secara pasti. Semua ekspresi bercampur di sana. Marah, kecewa, sedih, dan bahkan... takut. Sebelah alis Manty langsung terangkat begitu pikiran itu menghampirinya. Ada rasa takut di mata Louie? Ketakutan akan apa? Kehilangan Steve selamanya?
"Louie..." panggil Manty sekali lagi. Kali ini berhasil membuat Louie menoleh ke arahnya lalu melemparkan senyum singkat. Senyum tanpa ketulusan, penuh paksaan. "Kau tidak ingin menemuinya? Kau mungkin masih bisa mengejarnya di bandara, atau bahkan dia mungkin masih ada di rumahnya saat ini."
Louie mengangkat kedua alisnya lalu kembali melayangkan senyum palsu tadi. Matanya berkedip berkali-kali dan kini melihat ke segala arah, mencoba mencari titik fokus, tapi tidak menemukannya. Manty bisa melihat dengan jelas perubahan di mata Louie. Di mana kedua bagian putihnya sudah berubah menjadi merah.
"Tidak usah menahan diri, Louie. Jangan sampai kau menyesal nantinya."
Terdengar helaan napas dalam dari Louie. Bibirnya terasa berat untuk terbuka, namun akhirnya dia berhasil membalas kata-kata Manty. "Tidak ada yang harus kulakukan, Manty. Sejak awal dia tidak pernah melihatku. Sejak awal, tidak pernah ada kata kami. Dan mungkin ini saat terbaik untuk melepasnya. Merelakannya pergi, walau itu juga berarti membiarkan hatiku menghilang bersamanya."
Manty bisa mendengar seluruh kesedihan di setiap kata yang diucapkan Louie. Suaranya yang bergetar hebat menjelaskan semuanya. Semua harapan yang pernah dibumbungkan kini luluh lantak, pergi bersama kepingan hati yang terbang jauh. Begitu sempurna hingga mungkin tidak akan kembali.
"Setidaknya kau harus mencoba, Louie. Setidaknya, kau harus memberitahunya tentang perasaanmu. Dia berhak tahu, dan... kau berhak hidup bebas tanpa terkungkung penyesalan. Kau tidak akan pernah tahu takdir apa yang akan kau terima bila tidak pernah berusaha mengejarnya. Kalaupun pada akhirnya dia tetap pergi, setidaknya kau tidak memendam sesuatu lagi."
Louie tertunduk sambil meremas kedua tangannya bergantian. Manty bisa merasakan keraguan itu dengan sangat jelas. Dan itulah sebabnya, dia harus meyakinkan Louie untuk tidak melakukan sesuatu yang akan membuatnya menyesal nanti. Manty menggenggam tangan Louie dan menghentikan remasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow of You
Genel Kurgu"Tidak ada cara lain untuk membebaskan diri dari masa lalu selain menghadapinya." Akira Clamanty memutuskan hubungan dengan dunia luar selama dua tahun, semenjak tunangannya terbunuh di depan matanya. Dengan darah yang terus mengucur hingga kelamaan...