24

71 2 0
                                    

Jave memulai hari ini dengan tergesa. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal. Tidak bisa menghubungi Manty membuatnya resah semalaman. Sejak malam, dia berharap hari cepat berganti. Bahkan karena itu, dia tidak tidur sama sekali. Hanya menatap ponselnya yang melakukan panggilan tapi tidak pernah dijawab oleh Manty.

Kau ke mana, Clam? gumam Jave dalam hati. Sepanjang jalan matanya menatap lurus ke depan. Dia berusaha sebisa mungkin untuk mengemudi dengan baik, walau tidak bisa dimungkiri, pikirannya sedang sangat kacau saat ini. Semua fokusnya tersita pada satu orang. Dia harus segera menemukan Manty agar harinya bisa kembali berjalan baik, begitu pula dengan hatinya.

"Clam! Clam!" seru Jave sambil berlari ke dalam Viccla Florist. Tangannya bergerak meremas rambut ketika tidak menemukan Manty di hadapannya. "Clam di mana, Louie?"

"Aku tidak tahu, Jave. Kami sudah lama tidak berangkat bersama. Mungkin dia baru keluar rumah. Kau bisa menunggunya di sini," jawab Louie berusaha santai. Dia bisa melihat wajah frustrasi Jave. Wajah lelaki di hadapannya benar-benar terlihat cemas dan lelah.

"Kau bisa meneleponnya? Dia tidak mengangkat panggilan dariku," ujar Jave dengan nada lirih. Suaranya terdengar benar-benar seperti orang frustrasi.

Walau ragu, tapi Louie mengabulkan permintaan Jave. Dia meraih ponselnya dan segera menelepon Manty. Beberapa lama terdiam dan hening. Tidak terdengar suara apa pun di sana. Kening Louie langsung berkerut. Dia menghentikan sejenak, lalu kembali mengulanginya. Hal yang sama kembali terjadi.

"Tidak aktif," ujar Louie lemah sambil menggeleng.

Kini otaknya berputar keras memikirkan ke mana Manty bisa pergi. Tidak biasanya dia mematikan ponselnya. Keningnya yang berkerut disambut dengan hal serupa oleh Jave. Selama beberapa saat, keheningan menguasai toko itu. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Mencoba memecahkan masalah Manty, walau kenyataannya mereka tidak bisa.

"Mungkinkah ini masalah ayahnya, Jave?" tebak Louie.

Jave menggeleng pelan. "Aku tidak terlalu yakin."

"Lalu apa yang membuat Manty jadi seperti ini? Aku yakin dia punya masalah. Aku benci Manty yang tidak mau berbagi masalahnya!"

Jave kembali meremas rambutnya. Pikirannya benar-benar kacau saat ini. Tidak ada yang bisa membuatnya tenang selain kehadiran Manty, selain memastikan bahwa gadisnya itu baik-baik saja. Saat itu juga, dia tidak bisa menunggu lebih lama. Dia segera meraih kuncinya dan berlari keluar, tanpa memedulikan pertanyaan Louie di belakang sana.

"Apakah mungkin ada hubungan dengan David?" tanya Jenn setelah Jave keluar.

Louie langsung menoleh dengan wajah bingung. "David?"

Jenn mengangguk. "Kau ingat, Louie? Kemarin dia memintaku menunjukkan foto David. Dan setelah itu dia meneguk segelas kopi sekaligus. Bukankah itu mencurigakan?"

Kerutan di kening Louie bertambah dalam. Otaknya masih tidak bisa memikirkan kemungkinan ini. Dan lagi, dia tidak bisa menemukan benang merah antara Manty dan David. Tapi memang kejadian kemarin itu mencurigakan, dan mungkin menjadi satu-satunya hal yang paling mungkin menjadi penyebab masalah saat ini. Louie menghela napas dalam. Dia sama sekali tidak bisa mengerti dengan keadaan sekarang.

"Kuharap kau baik-baik saja, walau itu tidak mungkin, Manty," gumam Louie lirih.

***

Mobil Jave dilajukan kembali ke rumahnya. Akhirnya dia kembali ke tempat ini setelah melajukan mobil itu ke segala tempat yang dipikirnya mungkin didatangi Manty. Erie Canal, taman tempatnya sarapan bersama kemarin, bahkan taman tempat mereka bersepeda bersama pun didatanginya. Tapi hasilnya nihil. Manty tidak ada di manapun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shadow of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang