23

18 0 0
                                    

Wajah Jave jelas terlihat bingung. Dia tidak mengerti dengan kepergian David yang begitu tiba-tiba. Selama obrolan mereka di perjalanan, temannya itu berkata tidak ada urusan apa-apa dan bisa ikut ke sini. Tapi kenapa sekarang dia pergi begitu saja? Jave membalikkan tubuhnya dan menemukan Manty di hadapannya. Ekspresi gadisnya pun membuatnya tidak mengerti sama sekali.

"Ada apa, Clam?" tanya Jave penasaran.

"Ah... tidak," jawab Manty sambil menggeleng pelan.

Walau berkata tidak ada apa-apa, tapi Jave bisa melihat kerutan di wajah Manty yang belum menghilang. Jave baru membuka mulutnya dan hendak bertanya lebih lanjut, tapi gerakannya itu dihentikan oleh dering teleponnya. Jave menjawab teleponnya, tapi matanya tidak berpaling dari Manty.

"Baiklah," jawab Jave mengakhiri pembicaraan di telepon. Lalu dia menoleh ke arah Manty dan berkata, "Maaf, Clam. Ibuku memintaku menemuinya sekarang. Aku akan kembali lagi nanti malam."

Manty tidak merespons. Dan itu membuat Jave memanggilnya berkali-kali hingga akhirnya dia tersentak, seolah baru kembali dari lamunannya. "Ah... tidak usah. Kita bisa bertemu besok saja."

Alis Jave bertaut. "Kenapa?"

"Umm... tidak ada apa-apa. Hanya saja, kau sepertinya sudah cukup lelah bolak-balik sejak tadi. Lagipula kita tidak punya rencana apa-apa. Jadi lebih baik besok saja kau kembali."

Walau sempat ingin mendebat, tapi akhirnya Jave memilih mengikuti saran Manty. Dia segera keluar dari toko setelah mengucapkan sampai jumpa. Beberapa saat dia berdiri di luar, mengamati keadaan Manty dari sana. Dan perasaan tidak enak menguasainya seketika.

"Kau mengenal orang tadi, Jenn?" tanya Manty ketika Jave sudah keluar dari sana.

"Orang yang bersama Jave barusan?" Manty mengangguk, dan Jenn melanjutkan, "Iya, dia David yang kuceritakan barusan."

"Kau punya fotonya?"

Jenn mengangguk. "Kami sempat berfoto bersama waktu liburan."

"Bisa aku melihatnya?" tanya Manty.

Jenn terlihat bingung, tapi akhirnya dia merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel dari sana. Dia terlihat menekan layar sentuh ponselnya beberapa kali, lalu menyodorkan ponsel itu ke hadapan Manty. Dan saat Manty melihat rupa orang yang ada di layar itu, jantungnya berdetak sangat kencang.

Berulang kali Manty menyipitkan matanya. Dia meraih ponsel itu dan memperbesar foto yang ditampilkan di sana. Dia harus benar-benar memastikan apa yang dilihatnya saat ini. Manty memejamkan matanya setelah mendapat gambaran yang paling jelas. Berusaha mengingat dengan jelas kejadian waktu itu. Pejaman di matanya semakin mengerat, bibir bawahnya pun digigit sekuat tenaga. Tidak salah lagi, dia orangnya.

"Ada apa, Manty?" tanya Jenn saat melihat ekspresi Manty.

Manty tidak menjawab sedikit pun. Dia hanya berusaha sekuat tenaga untuk membuka matanya. Dan suara deru napasnya terdengar kencang setelah dia berhasil membuka mata. Kepalanya didongakkan dan dadanya masih bergerak naik turun tak keruan. Tanpa memedulikan siapa pun lagi, dia bergerak ke meja tempatnya mengerjakan rangkaian bunga tadi. Dia segera meraih kopi Louie yang tergeletak di atas meja dan menghabiskannya dalam sekali teguk.

"Hei, Manty! Ada apa denganmu?" tanya Louie panik.

Manty tidak menjawab. Matanya menatap kosong ke arah dinding di hadapannya. Dia sendiri belum mengerti apa-apa saat ini. Dia hanya bisa berharap, apa yang diingatnya barusan merupakan sebuah kesalahan. Karena kalau itu benar, dia tidak yakin bisa bertahan dengan baik. Apalagi di sisi Jave.

***

Manty berdiri diam di teras rumahnya. Matanya menatap tajam ke depan tanpa fokus. Di tangan kanannya terdapat sebuah gelas yang masih lengkap dengan asap mengebul. Sesekali, dia menyesap isi dari gelas yang digenggamnya itu. Matanya tidak berpindah. Wajahnya pun tidak menunjukkan ekspresi apa pun.

Shadow of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang