22

14 0 0
                                    

Hari baru telah datang, membawa suasana menyenangkan tersendiri bagi Manty. Tidak pernah dia duga sebelumnya kalau berdamai dengan masa lalu bisa membawa ketenangan yang sangat menyenangkan, seolah beban yang sangat berat baru saja diangkat darinya. Berkat Jave, dia bisa kembali berdamai dengan bunga matahari dan kembali memuja bunga itu tanpa hambatan.

Beberapa langkah lagi Manty akan sampai di Viccla Florist. Selama beberapa hari ini, dia dan Louie tidak lagi berangkat bersama. Biasanya Steve sudah terlebih dulu menjemput Louie untuk sarapan atau sekadar mencari alasan supaya punya waktu berdua. Walau merindukan kebersamaannya dengan Louie, Manty tetap bisa memahami keadaan itu.

Tepat sebelum dirinya membuka pintu, suara yang amat dikenalnya terdengar dari seberang. Manty menoleh cepat dan melontarkan senyum terbaik yang dimilikinya. Begitu pula dengan orang di seberang sana. Sambil mengangkat sebuah kantung berwarna cokelat, Jave tersenyum lebar dan segera mendatangi Manty.

"Kita akan sarapan. Tapi bukan di sini. Ayo ikut aku, Clam!"

Jave langsung menarik tangan Manty dan membuat dirinya yang tidak punya persiapan apa-apa terhuyung ke depan dengan kencang. Beruntung genggamannya di tangan Jave kencang, bila tidak, wajahnya sudah dipastikan akan menjadi rata karena terkena aspal. Manty mengikuti Jave dengan bingung hingga mereka tiba di sebuah taman kecil tidak jauh dari sana.

"Kenapa kau selalu melakukan sesuatu yang tidak kuduga, juga tanpa izin, May?" tanya Manty dengan suara seolah marah.

"Karena tugasku adalah memberimu kejutan," jawab Jave sambil menyeringai.

Manty mendengus lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tempat ini yang didatangi bersama ayahnya kemarin. Sejenak perasaan keruh tercampur dalam suasana hati yang sedang baik ini. Tapi Manty tidak membiarkannya bertahan lama. Dia segera mengusir perasaan itu dan memilih memandangi Jave. Setidaknya, melihat wajah lelaki itu bisa membuatnya merasakan ketenangan.

"Jadi apa yang kau bawa untuk sarapan ini?" tanya Manty.

"Sandwich spesial untukmu, Clam." Jave tersenyum bangga.

"Sandwich? Apanya yang spesial dari sandwich?"

"Spesial karena aku yang membuatnya. Makanlah. Kau akan percaya kalau rasanya benar-benar spesial. Kau sudah merasakan panekuk buatanku, dan aku jamin, sandwich ini tidak akan kalah enak."

Manty menatap Jave dengan mata disipitkan. Seperti biasa, Jave selalu terdengar percaya diri. Tapi terkadang kepercayaan dirinya itu memang terbukti benar. Manty meraih sandwich yang diberikan Jave dan menggigit ujungnya. Baru di ujung dan raut wajah Manty sudah berubah. Matanya melebar seketika.

"Dari ekspresimu, aku sudah tahu kalau sandwich ini sangat enak, bukan?"

Manty mengangguk mantap. Kali ini dia tidak bisa lagi berkelit. "Apa yang kau tambahkan ke dalam sandwich ini? Kenapa ini bisa begitu enak?"

"Cinta sepenuh hati," jawab Jave santai.

Manty memutar bola matanya dan mendengus. Sedangkan Jave justru tergelak melihat tingkah gadisnya itu. Walau merasa ucapan Jave tadi sangatlah gombal, tapi Manty tidak berniat mendebat. Pikirannya saat ini sedang tertuju pada sandwich di depannya yang terlalu enak untuk dihabiskan nanti.

"Nanti aku akan menjemput temanku di bandara. Kau mau ikut, Clam?"

"Bandara... sepertinya tidak bisa. Banyak sekali pesanan bunga yang harus kami selesaikan hari ini."

"Hmm... sayang sekali. Aku bisa mati bosan selama perjalanan nanti."

"Bukankah sebelum mengenalku kau juga sudah terbiasa pergi sendirian?"

Shadow of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang