Yuta menatap bayangan dirinya yang tinggi dan ramping lewat cermin disalah satu sudut ruang ganti. Suasana di sekelilingnya riuh, penuh orang yang berbicara tumpang tindih memakai bahasa inggris dan Prancis. Seorang stylist membantunya merapikan pakaian. Gaun pesta berwarna hitam yang melekat ditubuhnya adalah salah satu koleksi musim semi dalam peragaan busana Elie Saab malam ini. Rambut kecokelatan Yuta yang panjang dan bergelombang dibiarkan tergerai, membingkai wajahnya yang cantik dengan indah. Dia mengangkat dagu, membiarkan stylist melilitkan seuntai kalung dari batu-batuan di lehernya yang jenjang.
"Ah! There you are, Yuta!"
Dia mendengar suara riang Key—manajernya—memanggil dari kejauhan. Melalui cermin, dia melihat lelaki itu muncul dari tengah-tengah kerumunan. "I've been looking for you everywhere."
"Aku disini dari tadi, Key. Kau yang sibuk dengan model-model lain. Mencari sumber uang baru? Bosan mengurusiku?" jawabnya.
Key tersenyum lebar, penuh arti. Lelaki itu menunjukkan sebuah amplop putih di tangannya. "Kontrak barumu dengan Shu Uemura."
Yuta balas tersenyum, lalu meraih amplop tersebut. "Wow, aku berutang kepadamu," katanya. Dia mengeluarkan lembaran kertas dari amplop. Senyumannya mengembang begitu membaca kontrak yang tertera di permukaan kertas tersebut.
"Selamat. Kau akan muncul dalam ad campaign terbaru mereka. Mereka juga ingin kau ikut dalam tur Asia yang akan datang." Key menjelaskan.
"What? I don't know anything about the tour."
"Well... the idea kinda came in last minutes," jawab manajernya. "Kau pasti senang. Korea adalah salah satu negara yang akan dikunjungi."
Kalimat Key yang terakhir justru membuat Yuta terdiam. Bibir merah perempuan itu tersenyum masam. Berita tersebut tidak membuat Yuta senang dan Key segera menangkap ketidaksukaan itu.
"Ada yang salah? Kau tidak kangen dengan si tampan kesayanganmu?"
"Maksudmu, Jaehyun?"
"Siapa lagi?"
"Kami sudah tidak berhubungan selama satu tahun." Yuta berkata acuh tidak acuh.
"Kenapa? Pertengkaran prapernikahan?"
Yuta menghela nafas pelan. Dia mulai gusar menerima pertanyaan bertubi-tubi dari Key. "It's over, okay. I thought I've been already told you about this," katanya.
"Well... yes. Tapi, aku masih tidak mengerti. Maksudku, ayolah, kau mencintainya. Kau cuma tidak mau mengakui itu."
Yuta kembali terdiam, merasakan pahit dihatinya. Dia memang masih mencintai Jaehyun, tetapi—"Sometimes, love isn't enough." Dia bergumam pelan, membuat Key mengerutkan alis.
Key mendesah, lalu berkomentar, "Hem. Sayang sekali. Padahal, dia satu-satunya lelaki yang benar-benar tulus kepadamu—walau mungkin kau tidak mencintainya sebesar dia mencintaimu."
"Do you think so?" tanya Yuta. Suaranya hampir seperti bisikan. Key hanya memberi isyarat bahu, membiarkan Yuta menjawab sendiri pertanyaan itu.
Perlahan-lahan, cahaya dimata Yuta meredup. Dengan berat hati, dia mengakui bahwa Jaehyun adalah satu-satunya lelaki yang sungguh-sungguh mencintainya. Lelaki itu begitu tulus, begitu serius terhadap hubungan mereka. Bahkan, perasaannya terhadap Jaehyun tidak sebanding dengan perasaan laki-laki itu untuknya. Dia selalu merasa tidak adil terhadap lelaki itu karena hal ini.
Satu tahun telah berlalu sejak dia meninggalkan Jaehyun. Yuta masih ingat, Jaehyun mengejar hingga ke bandara untuk mencegahnya pergi, sementara dirinya menoleh pun tidak. Seolah-olah, kebersamaan mereka selama tiga tahun tidak berarti sama sekali.
"Melamun, Mademoiselle?"
Lamunan Yuta buyar. Dia menatap stylist yang bertanya kepadanya barusan. Lelaki itu berdiri disampingnya, melakukan sentuhan terakhir dan memastikan penampilan Yuta telah sempurna. Sepertinya, lelaki itu menyimak pembicaraannya dengan Key tadi.
"Sometimes, ending won't be the end if you don't wish so." stylist itu berkata.
Kegetiran menyusupi hati Yuta ketika mendengar ucapan barusan. Jika hubungannya dengan Jaehyun memang belum berakhir, dia tidak tahu lagi bagaimana cara mengakhirinya. Seolah-olah pikirannya begitu mudah dibaca, sekali lagi, dia dikomentari.
"Sometimes, it doesn't have to be the end by any means."
Dan, kali ini Yuta menjawab setengah bercanda, "Kau tahu banyak hal, Mom Ami."
"Saya mendengar banyak hal," jawab sang stylist.
Yuta tertawa kecil. "Apa kita sudah selesai?"
Lelaki itu balas tersenyum lebar. "Bon chance—good luck!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ORANGE ; Jaedo
Fanfiction[COMPLETED] Originally by Windry Ramadhina _Bagian tersulit saat mencintaimu adalah melihatmu mencintai orang lain_