Dering telepon apartemen Doyoung samar terdengar dari arah ruang tengah. Doyoung tidak menggubris. Dia sedang sibuk membersihkan lensa kameranya di kamar maka dibiarkannya mesin yang menjawab panggilan tersebut.
"Doyoung, ini aku." terdengar suara berat milik Jaehyun meninggalkan pesan. "Maaf, sepertinya kita tidak bisa pergi hari ini. Ada rapat yang tiba-tiba harus kudatangi. Nanti kuhubungi lagi."
Doyoung terkejut mendengar itu. Buru-buru, dia keluar ruangan, tetapi telepon dari Jaehyun sudah berakhir. Dia berdiri setengah mematung di ambang pintu dengan raut kesal. Hampir satu jam dia habiskan untuk menyiapkan peralatan memotretnya, lalu Jaehyun membatalkan kencan mereka begitu saja.
"Oh! I hate you, Jung Jaehyun!" gerutunya kesal.
Sekali lagi, telepon apartemennya berbunyi. Doyoung segera menerima panggilan itu, masih dengan perasaan kesal. "YA?"
"Aduh, Doyoung." kali ini, terdengar suara Mark. "Pagi-pagi, kok, mood-mu sudah jelek begitu?"
"Mark?" suara Doyoung berubah lunak begitu mengenali lawan bicaranya. Dia mendengar Mark tertawa menanggapinya.
"Ya, ini aku," jawab lelaki itu. "Ada acara hari ini, Doyoung? Renjun dan yang lain mengajakmu ketemu, nih."
***
Doyoung segera melaju dengan Jeep miliknya menuju COEX Mall. Mark dan teman-teman mengajaknya bertemu di salah satu kafe di mal tersebut. Saat dia tiba, empat sekawan itu sudah berkumpul. Meja mereka dipenuhi banyak makanan dan minuman.
"Kim Doyoung, selamat atas pertunanganmu!"
Lucas memberinya selamat begitu mereka bertemu. Seperti biasa, lelaki itu menyunggingkan senyum renyah.
Doyoung balas tersenyum lebar.
"Sori ya, kami tidak datang ke acaramu." Renjun berkata. Mahasiswi yang duduk di samping Doyoung itu memperlihatkan raut penuh penyesalan. "Mark mengajak kami, tapi aku tidak bisa membayangkan berada di tengah-tengah kalangan atas seperti kalian," lanjutnya.
"Iya, Doyoung. Yang seperti itu bukan dunia kami. Bisa terlihat tolol nanti kami," sambung Lucas disertai tawa.
Doyoung dan yang lain ikut tertawa menanggapi gurauan Lucas, lalu Jeno angkat bicara. "Ada berita bagus nih, Doyoung." mata lelaki itu tertuju kepada Doyoung. "Kami menang tender dan fotomu akan segera dipakai."
Suasana hening sejenak. Doyoung balas menatap Jeno sambil membelalak. Dia sulit percaya. Dia tersenyum. "No way!" ujarnya. Lalu, dia melirik ke arah Mark, meminta penjelasan.
Mark mengangguk mantap. "We got it, Doyoung. Thanks to you," kata lelaki itu. Doyoung melepaskan tawa senang yang disusul oleh teman-teman barunya.
"Ayo, Doyoung! Kita rayakan!" ujar Lucas di sela-sela ramai tawa mereka. "Hari ini kami yang traktir."
"Sebelumnya, bersulang dong! Bersulang, Lucas!" pinta Renjun setengah berteriak, begitu terbawa suasana.
Lucas menuruti permintaan Renjun. Lelaki itu bangkit berdiri. "Oke oke. Kita bersulang!" Lucas mengangkat gelas berisi jus jeruk di tangannya. "Karena ada anak kecil di antara kita, cukup bersulang jeruk," ujar lelaki itu, mengundang tawa teman-temannya.
"Apa maksudmu?" gerutu Renjun dan tawa Lucas semakin keras.
Mark merangkul bahu Renjun dengan gemas. "Siapa lagi?" lelaki itu mengacak-ngacak rambut Renjun, membuat gadis di dekapannya berteriak histeris.
"Ah! Jangan rambutku!" seruan Renjun itu tidak dipedulikan sama sekali. "Mark Jung! You're dead!" ancamnya dan mereka semua kembali tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORANGE ; Jaedo
Fanfiction[COMPLETED] Originally by Windry Ramadhina _Bagian tersulit saat mencintaimu adalah melihatmu mencintai orang lain_