Doyoung mendapatkan kiriman enam pasang sepatu dari Ten. Keenam pasang sepatu itu dialamatkan ke studio tempat dia bekerja dan kini menumpuk di atas mejanya. Dia berdiri menghadapi barang-barang asing tersebut. Tangannya masih memeluk kamera dan beberapa peralatan memotret lainnya. Kulitnya memerah karena terbakar matahari, sementara tubuhnya basah oleh keringat. Dia baru saja kembali dari lokasi pemotretan, lalu sepatu-sepatu kiriman Ten segera menarik perhatiannya.
"Bisa bedakan sepatu-sepatu itu?" Johnny meledek dari ujung ruangan.
Doyoung meletakkan kamera dan peralatan-peralatannya, lalu memeriksa sepatu-sepatu yang dimaksud oleh Johnny. Semua berwarna hitam, berhak tinggi, dan bukan bot. Dia menghela napas.
Johnny tertawa, kemudian berlalu begitu saja dan tidak membantu.
"Shoot!"
Doyoung menggerutu sambil meringis. Saat Jaehyun berkata bahwa Ten akan membantunya memilih sepatu yang cocok untuk acara pertunangan mereka, dia berharap tidak perlu lagi berurusan dengan masalah remeh seputar itu. Dia sudah pasrah. Apapun sepatu pilihan Ten, itu masih lebih baik ketimbang pilihannya sendiri. Baginya, semua sepatu sama saja, maka dia mengambil satu pasang secara acak, sementara lima sisanya akan dia kembalikan kepada Ten.
***
"Sebenarnya aku lebih menyarankanmu memilih Jimmy Choo," kata Ten pada keesokan harinya. Sepupu Jaehyun itu menyodorkan satu dari lima kotak sepatu yang baru saja dikembalikan oleh Doyoung.
"Jimmy... who?" tanya Doyoung.
Ten menatap Doyoung dengan prihatin, seolah-olah kegagapan Doyoung terhadap mode sudah tidak tertolong lagi. "Ambil yang ini, lalu tinggalkan sisanya." perempuan itu menegaskan.
Doyoung menurut, lalu mengambil kota berisi sepatu Jimmy Choo tersebut. "Thanks," katanya.
Saat itu, dia berada dalam ruang kerja Ten yang terletak di lantai empat NCT Building. Matanya melirik keluar ruangan melalui celah pintu yang sedikit terbuka, mencari keberadaan Jaehyun di kantor tersebut.
Gelagat Doyoung terbaca dengan jelas, maka Ten memberi tahu perempuan itu. "Jaehyun ada di ruang kerjanya."
Doyoung tersenyum penuh arti. "Kalau begitu, aku ganggu dia dulu," katanya. Dia pun berlalu dari hadapan Ten.
Ruang kerja Jaehyun berada tepat di seberang ruang kerja Ten. Tanpa permisi, Doyoung membuka pintu ruangan tersebut, lalu melongok untuk mencari Jaehyun. Lelaki itu duduk dibelakang meja kerja, menghadapi laptop, dan setumpuk berkas dengan tatapan dingin sambil sesekali berbicara bisnis dengan seseorang lewat telepon. Saat Doyoung menyelinap masuk ke ruangan, Jaehyun tidak langsung menyadari keberadaannya. Doyoung menghampiri lelaki itu. Dia duduk di hadapan Jaehyun, lalu memamerkan senyum lebar yang canggung saat pandangan mata mereka bertemu.
Jaehyun tampak terkejut, tetapi hanya sesaat. Dengan cepat, ekspresi lelaki itu berubah, lalu sebagai gantinya Doyoung menerima senyum ramah. "Ten tidak memberi tahu kalau kau akan datang," katanya.
"Aku tidak memberi tahu Ten kalau aku akan datang," jawab Doyoung. Dia menunjukkan kotak sepatu di tangannya. "Jimmy something."
"Ah, ya." Jaehyun tertawa kecil. "Masalah sepatu sudah beres?" tanyanya lagi.
Doyoung mengangguk. "Beres!"
"Berarti, kau bisa kuajak keluar untuk makan siang?"
"Bukannya kau sedang sibuk?"
Jaehyun kembali tertawa. Lelaki itu menjawab, "Memang. Tapi, aku tetap butuh makan." Doyoung pun ikut tertawa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ORANGE ; Jaedo
Fanfiction[COMPLETED] Originally by Windry Ramadhina _Bagian tersulit saat mencintaimu adalah melihatmu mencintai orang lain_