Pictures

1.6K 268 16
                                    

Pagi itu, Doyoung terbangun di kamar Jaehyun. Dia dikejutkan oleh sinar matahari yang menyelinap masuk lewat jendela saat membuka mata. Doyoung mendapati dirinya sedang berbaring di atas tempat tidur nyaman dalam ruangan bernuansa maskulin. Samar-samar, telinganya menangkap gemerencik dari arah kamar mandi di sudut ruangan. Alis Doyoung berkerut begitu dia menyadari Jaehyun sudah tidak ada di sampingnya.

Pukul enam pagi. Doyoung melirik jam di atas meja di sebelah tempat tidur, lalu bibirnya membentuk senyum geli. Sepagi ini, Jaehyun sudah bangun dan bersiap-siap. Lelaki itu benar-benar gila kerja.

Dia menyibakkan selimut yang membungkus tubuhnya, lalu bangkit dari tempat tidur. Bayangan dirinya tertangkap dalam cermin di seberang ruangan, lalu Doyoung merasakan wajahnya memanas karena malu. Saat ini, dia hanya mengenakan kemeja Jaehyun yang kebesaran. Jantungnya berdetak sangat kencang dan hatinya berdesir begitu mengingat kejadian semalam.

Rupanya, itu sungguhan, apa yang dia dan Jaehyun lalui beberapa jam yang lalu.

Gemerencik dari kamar mandi masih berkelanjutan. Sambil menunggu, Doyoung melangkahkan kaki perlahan menjelajahi kamar Jaehyun yang luas. Selain tempat tidur, Jaehyun memiliki seperangkat sofa berbahan kulit, meja kerja kayu dan rak tinggi penuh buku dalam ruangan tersebut. Semua dengan sentuhan gaya minimalis yang akhir-akhir ini sedang populer. Warna hitam dan abu-abu mendominasi dan sesekali biru tua menjadi aksen. Rapi sekali kamar itu, seperti jarang ditinggali.

Doyoung melihat salah satu dinding kamar Jaehyun dihiasi kumpulan foto berpigura dalam jumlah yang cukup banyak. Dia menghampiri dinding tersebut. Sejak memasuki kamar itu, dia sudah tertarik dengan kumpulan foto yang tergantuung di sana, tetapi Jaehyun membuatnya sibuk sepanjang malam sehingga dia belum sempat memperhatikan secara seksama.

Foto-foto pemandangan kota, rupanya. Paris. Doyoung bisa mengenali setelah mendekat. Begitu banyak foto yang tergantung di sana dan keseluruhannya adalah foto Paris. Dia tersenyum sambil menggeleng-geleng. Begitu sukanya Jaehyun terhadap kota mode itu.

Kemudian, dia menyadari, foto Paris yang dia berikan saat pertemuan pertama mereka tidak terpasang. Doyoung menggerutu pelan. "Bisnis denganku lain, katamu?" katanya. Dia berani bertaruh, pasti Jaehyun lupa. Dan, benar saja, foto Paris yang dia berikan itu masih tersimpan rapi dalam pembungkus kertas yang tergeletak di atas meja kerja.

Diambilnya foto itu, lalu dicarinya tempat di dinding di antara foto-foto yang lain. Saat itulah, sebuah foto tanpa bingkai menarik perhatiannya. Foto hitam putih sebuah kafe Eropa. Ada beberapa baris catatan di permukaannya yang ditulis menggunakan tinta merah.

The coffee was great and I loved the time we spent together at Le Rendez-vous del Belges.

Pesan itu mencantumkan tanggal lebih dari empat tahun yang lalu dan sebuah nama.

Doyoung terdiam. Tiba-tiba, dia kehilangan niat memasang foto di tangannya.

"Ada apa, Doyoung?"

Suara Jaehyun membuyarkan lamunannya. Dialihkannya perhatian, lalu dia melihat Jaehyun sudah keluar dari kamar mandi. Doyoung tidak menjawab. Dia kini merasa kesal. Sekarang, dia tahu alasan Jaehyun begitu menyukai Paris.

"Doyoung?" Jaehyun memanggil lagi.

Doyoung memaksakan segaris senyum tipis. "Tidak, tidak apa-apa. Kau sudah selesai? Aku ingin pakai kamar mandi," ujarnya. Dia memasuki kamar mandi tanpa menunggu jawaban Jaehyun.

Dikuncinya pintu di belakangnya, lalu dia bersandar lemas pada pintu tersebut. Dia seperti dipaksa menyadari kenyataan. Konyol rasanya, bercinta dengan Jaehyun di dalam kamar yang penuh dengan kenangan mengenai Yuta.

ORANGE ; JaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang