Rain

1.9K 283 38
                                    

I LOVE THIS PART!!

Ini adalah bagian favoritku di novel Orange. Selamat menikmati, kalian semua :*

***

"Parah juga hujan hari ini." Jeno berkomentar.

Mark berdiri diam di hadapan jendela rumah kontrakannya, sementara ketiga temannya sibuk berdiskudi di tengah ruangan. Dia menatap ke luar jendela, memperhatikan hujan yang tidak berhenti mengguyur Seoul beberapa hari ini. Diisapnya rokok di tangan untuk melawan dingin, lalu dia membiarkan pikirannya bersafari.

Dia belum menemui kakaknya lagi sejak peristiwa di pelataran parkir apartemen Doyoung tempo hari. Ada sedikit rasa menyesal di hatinya, tetapi Jaehyun memang pantas menerima pukulan itu. Bukan karena Jaehyun menemui Yuta secara diam-diam atau karena telah membohonginya selama ini. Namun, karena kakaknya itu bisa memiliki Doyoung meskipun tanpa cinta.

Dia cemburu. Begitu cemburunya sampai dia tidak kuasa menahan keinginannya untuk memukul Jaehyun.

Mulutnya melepaskan asap rokok ke udara. Sekarang, setelah dia mengetahui semuanya, apa yang bisa dia lakukan? Sejauh yang dia sadari, Doyoung dan Jaehyun tetap bertunangan.

"Kalau hujan tidak segera berhenti, mungkin Seoul bisa banjir, nih." terdengar Lucas berkata demikian menanggapi Jeno.

Mark tetap diam. Dia tidak peduli apakan Seoul akan banjir atau tidak, tetapi dia memang berharap hujan berhenti secepatnya. Baru kali ini dia merasakan keinginan yang begitu besar untuk menemui Doyoung.

Baru kali ini dia berani menginginkan Doyoung.

***

"Doyoung, bagaimana kondisimu? Hari ini ibu datang agak sore. Deras sekali hujannya."

Doyoung mendengar suara ibunya meninggalkan pesan di telepon. Sejak Jaehyun memberi tahu perempuan itu mengenai kondisi kesehatan Doyoung, perempuan itu datang menjenguk setiap hari, membawakan makanan dan menemani Doyoung beberapa jam di apartemen.

Malas-malasan, Doyoung membuka mata. Tubuhnya masih bersembunyi dalam selimut flanel yang tebal, menghangatkan diri dengan manja di atas tempat tidurnya yang nyaman. Dia melirik ke luar jendela kamar tidurnya lewat sela-sela tirai yang tersingkap. Hujan memang belum berhenti, padahal sudah lewat dua hari.

"Jaehyun sudah menjengukmu lagi?" tanya ibunya.

Doyoung mendesah kesal mendengar pertanyaan itu. Dia menggerutu dalam hati. Jangankan menjenguk, Jaehyun bahkan tidak menelepon. Lelaki itu sedang sibuk dengan Yuta, barangkali.

Tidak lama setelah ibunya selesai meninggalkan pesan, telepon kembali berbunyi. Sebuah panggilan lain masuk. "Doyoung." kali ini, Jisoo yang menghubunginya. Lagi-lagi, mesin yang menjawab.

"Hari ini studio tutup. Tapi, kalau kondisimu sudah lebih baik, tolong datang karena air hujan meluap masuk."

Seketika, Doyoung terbelalak.

"Tapi, jangan khawatir, semua gambarmu sudah disimpan di lantai dua. They are save." Jisoo berkata lagi sebelum mengakhiri telepon.

Dia cepat-cepat bangkit. Rasa pusing di kepalanya terlupakan begitu saja, kalah oleh rasa panik yang tiba-tiba muncul. "Gawat!" serunya, lalu dia beranjak dari tempat tidur. Diambilnya pakaian dan handuk. Setelah itu, dia berlari masuk ke kamar mandi.

Dia harus pergi ke studio segera. Hasil pemotretannya saat di Busan ada di gudang bawah tanah dan Jisoo tidak tahu itu.

***

ORANGE ; JaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang