Mata Jaehyun terbuka perlahan. Dia memperhatikan jam pada meja kecil disisi kanan tempat tidurnya. Pandangannya masih buram. Samar-samar, dia membaca angka dilayar jam itu. Baru pukul enam pagi, tetapi ponselnya sudah berbunyi sejak tadi. Dia mendesah kesal. Malas-malasan, dia mengulurkan tangan untuk meraih ponselnya diantara lipatan selimut, lalu menjawab dengan suara parau yang lebih mirip gumaman.
"Ah, akhirnya kau bangun juga."
Jaehyun mengenali suara lawan bicaranya. Dia mengerutkan alis. "Ten?"
"Aku ingin mengingatkan jadwalmu hari ini," kata Ten.
Bagi Jaehyun, Ten sudah seperti agenda berjalan. Selama ini, dia tidak pernah membuat jadwal sendiri. Semua dilakukan oleh Ten, dari rapat sampai rencana main golf. Perempuan itu yang menerima semua telepon klien, mengatur janji, dan menentukan tempat pertemuan. Dia tinggal mengikuti. Hanya saja, hari ini adalah minggu.
"Aku membuat janji pada hari minggu?" tanyanya.
Dia mendengar tawa Ten dari ujung sana. "Entah apa jadinya dirimu tanpa aku, Jaehyun," kata sepupunya itu. Hari ini, kau akan bertemu dengan Kim Doyoung."
"Ah." hanya itu tanggapan Jaehyun. Dia membiarkan Ten melanjutkan. "Pukul empat tepat di Tea House. Aku sudah menyediakan hadiah perkenalan. Akan kuantar sebelum makan siang."
"Pukul empat? Apa tidak terlalu awal untuk makan malam?"
"Malamnya, kau harus menghadiri jamuan makan malam yang diadakan oleh Choi Siwon." Ten mengingatkan.
"Ah, ya, benar. Aku lupa."
"Jangan lupa telepon Doyoung sebelum kalian bertemu. Apa kau perlu menggunakan sopir hari ini? Kau sudah tahu dimana letak Tea House?"
Jaehyun melepaskan tawa kecil karena pertanyaan-pertanyaan Ten. "Letak Tea House di Myeongdong. Ya, aku tahu. Aku akan membawa mobil sendiri hari ini," jawabnya.
"Oke. Semoga kencanmu menyenangkan."
***
Pesawat telepon di apartemen Doyoung berbunyi, memancing sang pemilik keluar dari kamar gelap. Sambil membawa satu lembar foto yang baru selesai dicetak, Doyoung menghampiri meja di salah satu sudut ruang tengah, lalu menerima panggilan tersebut.
"Yeah, this is Doyoung."
"Doyoung, aku Jung Jaehyun," kata seseorang yang memiliki suara berat di ujung lain sambungan. Tanpa sadar, Doyoung menahan nafas begitu tahu siapa lawan bicaranya.
"Oh. Hai." dia menjawab dengan canggung.
"Kita ada janji sore ini di Myeongdong?" tanya pemilik suara itu, Jung Jaehyun.
"Pukul empat di Tea House." Doyoung membenarkan.
Lawan bicaranya bertanya lagi, "Aku perlu menjemputmu atau kita bertemu disana?"
"Emm, aku ada sedikit urusan di studio siang ini. Kalau kau tidak keberatan, kita langsung bertemu di Myeongdong saja," jawab Doyoung.
"Oke. Sampai bertemu kalau begitu."
Doyoung terdiam setelah pembicaraan mereka berakhir. Dia membeku ditempatnya berdiri. Rupanya, ini benar-benar nyata: Jung Jaehyun dan rencana pertunangannya dengan lelaki itu. Tiba-tiba saja, perasaannya kini dipenuhi suatu emosi yang tidak dapat dia pahami.
***
Johnny mendapati Doyoung sedang sibuk membingkai sebuah foto saat dia masuk ke ruang kerja perempuan itu. Foto di tangan Doyoung menggambarkan pemandangan kota Paris dalam nuansa hitam putih, hasil jepretan Doyoung sendiri. Foto itu diambil dari ketinggian dan menyorot pada salah satu kawasab hunian lama yang klasik. Doyoung duduk menghadapi meja, ditemani beberapa butir jeruk mandarin kesukaan perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORANGE ; Jaedo
Hayran Kurgu[COMPLETED] Originally by Windry Ramadhina _Bagian tersulit saat mencintaimu adalah melihatmu mencintai orang lain_