Kenangan, ya kenangan yang cukup ku bilang indah tentang dia. Siapa yang mengira, setelah bertahun-tahun aku bisa bertemu dengan dia kembali. Bukan merasa akan ada takdir diantara kita berdua, tapi ya siapa tahu rahasia Allah.
Aku tak dapat mendeskripsikan secara pasti, apakah aku sudah benar menaruh titik hatiku yang bernama cinta ini pada dia. Hanya saja lucu rasanya menyukai seseorang hanya karena suaranya dan siapa sangka ketika aku bertemu dia, mengenal dia sudah sekian lama membuat aku lebih sedikit yakin dengan titik itu.
Apakah ? Haruskah ? Aku selipkan keinginan tentang ia di sepertiga malamku ? Sedikit lucu, tapi benar adanya, aku tak mengada-ngada karena hanya aku dan Allah-lah yang tahu isi hatiku.
Malam ini, di sepertiga malamku kusandungkan selip namanya dalam doaku. Siapa yang tahu jodohmu? Setidaknya aku sudah mencoba jujur dengan Tuhanku.
Setelah selesai dengan sujudku, kubaca beberapa surah dalam Al-Qur'An. Sambil menunggu suara panggilan sholat yang sedikit menggetarkan hatiku.
"Allahuakbar Allahhuakbar.." adzan berkumandang.
Eh ? Ini bukan suaranya ? Apa malam ini bukan dia yang adzan ? Oh iya, katanya dia adzan karena tidak ada yang bertugas untuk adzan. Berarti, jika sudah ada yang bertugas.. maka aku tidak akan dapat mendengarkan suara adzannya lagi ?
Astaghfirullah, ada apa dengan fikiranku, bukannya aku langsung berwudhu untuk sholat malah memikirkan dia, tenanglah Yumna ..
.....
Yah, tidak ada yang spesial dengan aku dan dia hari ini. Aku pergi kuliah seperti biasanya dan tidak bertemu dengannya. Sedikit kecewa, tapi tidak mungkinkan kalau aku yang datang untuk menyapanya terlebih dahulu ?
Sesuai dengan identitas syar'iku, aku memutuskan hanya untuk menyukainya dalam diam dan doa.
"Yumna !" Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengejutkanku dari belakang.
Y : " Astaghfirullah " Sambutku.
"Maaf sebelumnya mengejutkanmu. Perkenalkan aku Zack ketua organisasi kemahasiswaan rohani kristen" jelasnya.
Y : " Ah iya tidak apa-apa. Maaf, ada perlu apa ya zack ?"
Z : "Sebenarnya aku sedikit tidak enak untuk membicarakan ini, tapi aku sangat butuh bantuanmu Yumna."
...
Dia Zack, ketua organisasi kemahasiswaan rohani kristen di kampusku. Seorang Pria sekitar dua tahun diatasku. Dia terkenal sebagai pria yang baik,sopan dan sangat beriwibawa.
...
Y :" baiklah Zack, kamu bisa ceritakan apa yang kamu butuhkan dari aku?"
Z :" sebenarnya kampus kita akan menyelenggrakan sebuah acara dimana kita akan mengundang mahasiswa dari luar negri dan melakukan banding rohani. Ya seperti yang kamu tahu, mereka menggunakan bahasa asing dan hanya kamu yang sangat handal dalam ini."
Y :"Tapi aku rasa, tidak hanya aku yang dapat berbahasa asing. Beberapa mahasiswa lain juga bisa Zack."
Z :" Iya aku tahu, sedikt tidak nyaman untuk memintamu. Tapi seperti yang kamu tahu kami juga membutuhkanmu yang sudah hebat dalam ini Yumna. Kita juga membawa yang lain, tapi setidaknya kita juga membawa kamu yang jelas-jelas sudah handal."
Y :"kamu benar, tapi aku sedikit tidak enak."
...
Bukannya aku tidak mau, tapi berhadapan dengan orang asing dan berbeda agama denganku yang seperti ini membuatku sedikit ragu.
...
Z :"aku mengerti Yumna, makanya aku datang untuk berbicara langsung padamu. Rey mengatakan kalau cuma sebagai transleter kamu pasti tidak akan terlalu terganggu. Jadi kami akan membawamu hanya sebagai transleter, kau tidak akan kami libatkan dalam organisasi dan acara yang bersifat sensitif. Kami hanya membutuhkanmu untuk menerjemahkan beberapa kalimat dan menuliskannya untuk kami."
...
Rey ? Nama itu sedikit mengejutkan aku. Apalagi kalau bukan Rey adalah Ali. Siapa lagi yang mengenalku dengan nama itu kalau bukan dia.
...
Y :"Rey ? "
Z :" iya Rey, dia bilang dia teman masa kecilmu, dia juga mengerti aturan agamamu dan menjelaskan sedikit kepadaku, makanya aku datang atas rekomendasinya."
(Tidak salah lagi itu Ali)
Y:"Aku akan memikirkannya kembali Zack, jika aku sudah memberikan keputusan, aku akan mencoba menghubungimu. Apakah tidak masalah ?"
Z : "baiklah Yumna, aku akan tunggu keputusanmu. Oh iya, Rey juga kita bawa sebagai transleter, jika kau berpikir bahwa tidak ada teman, aku dapat membuatmu setim dengannya jadi kau tidak terlalu canggung nanti. Aku permisi dulu Yumna."
Y :"I..iya Zack,"
...
Oh Rabbku, berita ini cukup membuatku sedikit tergoyah. Ini adalah acara rohani kristen, pasti akan sangat canggung kalau aku juga ada disana. Walaupun hanya sebagai transleter, apakah mereka tidak akan terganggu denganku? Aku sedikit dilema. Ya benar, tidak semua orang akan berfikir seperti itu, tapi tetap saja. Aku akan mencoba untuk menolaknya.
Tunggu, rey ? Ali ? Kenapa ali juga ikut ? Bukankah ia akan terganggu juga sama sepertiku?.
Oh iya., Zack bilang hanya sebagai transleter. Apakah ali setuju hanya karena itu ? Atau adakah alasan lain.
Hey Yumna? Ali itu lebih pintar agama dibanding dirimu dan dia orang yang sangat kuat perhitungannya terhadap suatu masalah. Dia tipe orang yang akan benar-benar memikirkan positif dan negatif dalam memberikan keputusan. Bukankah kau mengenal dia sudah dari dulu ?
Iya, jika Ali setuju, pasti tidak akan ada masalah yang besar hanya menjadi seorang transleter pada acara itu. Lagi pula kita tidak akan terlibat dalam organisasi.
Ya Rabbku, aku sangat kebingungan.
Apakah aku harus menolak karena kecanggunganku ? Dan menjaga identitas diriku ? Ataukah aku harus menerima menjadi seorang transleter untuk membantu mereka ? Menyalurkan bakatku ? Tunggu... dan dapat bertemu Ali ?
Iya, karena aku sudah tak dapat mendengarkan suara adzannya lagi ?
Oh tidak, sudah selarut inikah aku padanya ?
Ataukah ? Apakah ? Ini jawaban doaku untuk namanya ?
Apakah Tuhanku memberiku jalan dan celah untuk lebih dekat dan mengenalnya ?
Yumna, apa keputusanmu ?
Tunggu, ali juga ikut ? Berarti ini aman bukan ?
Dia juga seorang muslim sepertiku bukan ?
Maka ku tegapkan pendirianku, selain doa bukankah aku juga harus usaha mengenalnya?
Mungkin ini jalan Rabbku untuk aku mengenal seberapa ia yang sekarang ini. Untuk lebih menetapkan, apakah akan aku lanjutkan doa untuk namanya ataukah sebaliknya.
Bismilaah....
(Menelpon Zack)
....
...
Bersambung
...
....***
"Waduh, bagaimana ini? " keluh Zack.
"Kenapa zack ?" Tanya Rey (Ali)
Z :"Dari semua transleter kita, sepertinya belum ada yang terjemahannya benar-benar sesuai grammar. Aku sudah beberapa kali konsulkan proposal kepada dosen bahasa asing dan hasilnya refisi lagi ! Kalau begini, aku takut akan terjadi misskomunikasi saat acara berlanjut."
R :"Sepertinya kemampuanku juga tidak sehebat yang kita butuhkan,"
Z :"Acara ini harus berhasil rey, tahun ini adalah tahun terakhir aku menjadi senior. Setidaknya aku ingin membuat suatu momen untuk dijadikan kenangan yang bagus."
R :" Yaa, aku mengerti Zack. Coba aku pikirkan kembali siapa yang sekiranya bahasa asingnya sangat bagus."
...
Kasian zack, aku tidak ingin semua yang telah ia usahakan akan berakhir dengan tidak mengesankan. Selain aku? Siapa yang kemampuannya melebihi aku dalam bahasa asing ?
Sepertinya aku sudah berlarut-larut memikirkan ini.
Tunggu.. Yumna ? Bukankah dia juga hebat dalam ini ?
Tapi, dia sudah syar'i dan dia pasti akan merasa tidak nyaman, apalagi ini acara rohani kristen.
Sebentar, kalau hanya menjadi transleter saja tidak akan masalah bukan ? Asal Yumna tidak terlibat dalam acara. Kita bisa saja meminta bantuannya untuk merefisi beberapa terjemahan untuk proposal dan beberapa kata sambutan. Selama tidak terjadi argumen antara dia dan peserta organisasi rasanya akan aman.
...
R :" Aku tahu seseorang, namanya Yumna tapi dia seorang muslim, dia sangat handal dalam grammar."
Z :" Rey, bukankah kau tahu tentang muslim ? Dia pasti akan merasa tidak nyaman. Kau saja kalau bukan aku yang minta pasti kau juga tidak akan mau"
R :" sama seperti aku, kami tidak akan terlibat dalam acara, hanya menjadi transleter saja tidak akan apa-apa. Kami hanya akan membantu untuk merefisi beberapa hal terkait proposal, dokumen dan kata sambutan."
Z :"Iya, kau benar juga Rey. Nanti aku akan coba mendatangi Yumna dan memintanya."
...
Kami ? Aku dan Yumna ? Yaah rasanya nostalgia sekali menggunakan kata 'kami' untuk menyebut aku dan dia.
Sudah berapa tahun aku tidak bertemu dengannya dan takdir menemukan kami kembali.
'Takdir' aku sangat suka dengan kata itu, untuk sekarang ini setelah sekian lama rasanya takdirku menakutkan.
Tetapi takdir bertemu Yumna yang dahulu adalah satu-satunya takdir yang hingga sekarang aku enggan membencinya. Dan bertemu Yumna yang sekarang ? Setelah selama ini ? Sedikit membuatku terganggu........
***
KAMU SEDANG MEMBACA
YUMNA [COMPLETE]
Romance(Complete) Romance - Fiksi - Tragedi - Drama - Religion Ketika cinta disalah artikan. Kisah Seorang wanita bernama Yumna yang hidup dilingkup keluarga yang sangat islami. Taat akan ajaran agama, membuat Yumna tumbuh menjadi wanita lemah lembut dan p...