Bagian 18

1.8K 86 0
                                    

...
Jalan kita memang sudah berbeda awalnya.
Perpisahan ? Iya, seharusnya 'perpisahan' sudah kita lakukan sedari dulu.
Pertemuan kita ini hanyalah episode kilas pelengkap cerita kehidupan.
Begitu banyak bumbu-bumbu tragedi didalamnya.
Dan aku tak pernah menemukan kebahagiaan yang sebenarnya dengan itu.

Bukan berarti, aku 'bertemu' kamu adalah 'kita'.
Aku dan kamu 'berbeda'
Dan 'perpisahan' adalah solusi terbaik untuk itu.
...
...
...
( 1 tahun kemudian )
Aku masih berdiri disini, di tepian pintu hendak memasuki ruangan itu. Tapi, langkah kakiku terhenti. Aku tak bergeming, lupa ... yah, aku mulai lupa.
Apa yang aku lakukan disini ?
Lalu, kenapa ruangan ini gelap sekali ?

Tunggu, ... cahaya ? Yah, aku harus menemukan cahaya. Tapi, dimana ? Ah, iya lampu. Bagaimana cara menghidupkannya ?

"Cekrek" dan lampupun hidup
"Apa yang kau lakukan disini Ali?" Dia mengagetkanku.
A :"Aku tidak tahu"
"Hmm, apa kau haus atau lapar ?"
A :"Ah, iya aku haus. Aku lupa, ... bagaimana kau tau ?"
"Karena kau menuju ke dapur"
A :"Ah, begitu ya"
...
A :"Kau siapa ?"

Mata wanita itu berkaca-kaca, sepertinya dia akan menangis. Aku tak begitu tau, yang jelas aku tak mengenalnya. Dia terlihat akrab, tapi aku tak pernah melihatnya sebelumnya.

" Aku Lyla, sahabatmu Ali."
A :"Lyla... ah iya Lyla, sahabatku. Maaf Lyla "
L :"Iya, aku mengerti Ali."

Ini sudah keberepa kalinya aku melupakan Lyla. Setelah melakukan operasi, aku mengalami amnesia. Dokter berkata bahwa lokasi operasi berdekatan dengan memori dan menyebabkan aku melupakan sebagian memoriku. Ini bukan berarti sebagian memoriku terhapus, hanya saja aku 'lupa', yah aku melupakan kenangan-kenanganku.

Semenjak itu, Lyla selalu datang setiap hari untuk merawatku. Setiap hari dia akan mengingatkanku kembali satu persatu kenangan yang telah aku lupakan.

L :"Ali, hari ini kita akan ke rumah sakit."
A :"ke rumah sakit ? Buat apa ?"
L :"Kita harus mengecek keadaanmu lagi."
A :"Aku kan tidak sakit Lyla."
L :"Kamu baru saja selesai operasi kanker otak, setelah pengangkatan mereka harus melakukan pemeriksaan, apa kah kanker sudah benar-benar terangkat dengan baik atau tidak."
A :"Ah, iya benar. ... . ... Ayo Lyla."
L :"Kamu jangan sedih Ali, pasti operasinya berhasil. Kita doakan semoga semuanya baik-baik saja."
A :"Iya, kamu benar Lyla. Terima kasih."
...
Wanita ini begitu sabar untuk menghadapiku. Aku beruntung mempunyai seorang sahabat seperti dia.
...
"Reymond" suara perawat memanggilku untuk masuk keruang pemeriksaan.

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, kemudian aku dan Lyla duduk berkonsultasi dengan dokter.

D :"Bagaimana perasaannya setelah selesai operasi ?"
A :"Maksudnya dokter ?"
D :"Masih lemas atau pusing ?"
A :"Masih sedikit dokter."
D :"Oh iya, kamu walinya ya ?"
L :"Iya dokter, saya sahabatnya dok. Kebetulan keluarganya sedang berada diluar kota."
D :"Rey, kamu bisa tunggu diluar ya. Ada yang mau saya rundingkan dengan temanmu sebentar."
A :"Saya Ali dokter, bukan Rey. Tadi perawatnya juga salah."
D :" ... (bingung)..."
L :"Dulu namanya Ali dokter (berbisik)"
D :"Ah iya Ali, maaf ya Ali."
(kemudian Ali keluar)
...
...
...
D :" nama kamu siapa ?"
L :"saya Lyla dokter."
D :"baiklah Lyla, bagaimana amnesianya Rey ? Sudah ada kemajuan ?"
L :"Sudah dokter, dia akan cepat mengingat memorinya kembali jika saya memberitahunya. Tapi, dia akan kembali melupakannya jika dia tertidur."
D :"Seperti yang saya duga, setelah melihat hasil pemeriksaan tidak semua sel kankernya terangkat. Masih ada beberapa bagian kecil yang tertinggal dan hal ini menyebabkan Rey seperti ini. Salah satu efek setelah dilakukannya operasi adalah dia akan mengalami amnesia. Tapi saya rasa kasus Rey sedikit berbeda."
L :"Maksudnya dokter ?"
D :"Dia seperti mereset ulang memorinya ketika dia tidur. Mendengar kamu berkata bahwa ia akan melupakan kembali semua yang telah ia pelajari ketika tidur."
L :"Iya benar dokter, bagaimana bisa itu terjadi?"
D :"Saya rasa tidak hanya efek dari operasi, tapi Rey juga mempunyai masalah psikologis. Dia seperti sengaja untuk melupakan semua hal baru yang ia pelajari."
L :"Ada apa dengan dirinya."
D :"Saya sarankan kamu untuk membawanya ke dokter psikologi, mungkin beliau lebih mengerti."
L :"Baiklah dokter, lalu bagaimana dengan sel kankernya ?"
D :"Kami akan tetap melakukan beberapa teraphy dan terus akan dipantau pertumbuhannya. Kami berharap, kanker yang tertinggal tidak ganas."
L :"Tolong lakukan yang terbaik dok untuk Rey."
D :"Kami akan melakukan semua yang terbaik sebisa kami."
...
...
Aku mendengar semuanya, aku mendengarkan pembicaraan mereka. Amnesia ? Yah aku sudah tau itu dengan jelas. Tapi ? Masalah paikologis ? Aku sengaja mereset ulang memoriku ? Apa mungkin ?
Kenapa aku harus sengaja melupakan semua yang telah aku pelajari hari ini ?
'Kami berharap kanker yang tertinggal tidak ganas' Oh, bagaimana jika ganas ? Apa yang akan terjadi padaku ?

L :"Ali, ayo kita pulang"
A :"Iya Lyla."

Dijalan pulang, aku berpikir dengan keras, mencoba untuk mencerna semua isi percakapan mereka.

L :"Ali, kenapa kau diam saja dari tadi ?"
A :"Ah, tidak apa-apa."

"Allahuakbar... Allahuakbar"
Deg, suara apa itu ?

A :"Suara apa itu Lyla ?"
L :"Ah itu adzan, panggilan ibadah bagi muslim."
A :"Muslim ?"
L :"Sebuah nama agama Ali, sama seperti kita. Tapi nama agama kita khatolik."
A :"Beda ? Apa sama ?"
L :"Beda tata caranya."
A :"Oh, begitu."

Ntahlah, Tapi suara adzan itu mengangguku.

A :"Lyla, aku ingin pergi."
L :"mm, kemana ?"
A :"Ke tempat adzan itu !"
L :"Ke masjid ? Buat apa ?"
A :"Aku penasaran."
L :"(menatapku sebentar, kemudian menghela nafas), hmm ... baiklah."
...
....
Bersambung
....
...
***
Sudah lama,
Sudah setahun lamanya, kami berpisah
Sudah tak ada kabar darinya
Sekarang, kehidupanku kembali normal seperti biasanya
Penuh tragedi menyakitkan, tapi syukurlah sekarang sudah memudar
Walau, aku tak berbohong
Semuanya masih membekas
...
"Yumna!"
Y :"Iya ayah, ada apa ?"
A :"Tolong jangan terkejut ya..."
I :"Yumna! Kamu terpilih nak !"
A :"Ibu .. baru saja ayah mau memberitahu Yumna!"
I :"Haha, maaf Ayah."
Y :"Terpilih apa bu ?"
A :"Belum loading ternyata yah bu., haha"
I :"Dakwah di Masjid sayang!"
Y :"Alhamdulillah!"
A :"Walau ini masih kecil-kecilan, tapi tidak apa-apa. Ayah mau kamu belajr sedikit demi sedikit untuk dakwah yah sayang."
Y :"Iya Ayah, terimakasih Ayah... Ibu.."

Ini adalah mimpiku, sudah lama aku ingin sekali mencoba untuk memberikan dakwah. Yah, aku sangat mengagumi Ayahku dan aku ingin mengikuti jejaknya.
Saat ini, aku benar-benar menginginkan untuk hijrah yang sebenarnya. Untuk melupakan semua masa-masa kelamku. Mendorong diriku untuk lebih dekat dengan Tuhanku. Aku percaya, semua hal yang telah aku lalui dan jalani ini adalah yang terbaik. Aku tidak mau menyesalinya, cukup lewati dan syukuri.
...
"Assalamualaikum warohmatullahhiwabarokatu"
.....
.....
(Berdakwah)
.....
.....
"Wassalammualaikum warohmatullahhiwabarokatu"
...
Awalnya aku sangat gugup, tapi setelah mengucapkan salam rasanya semua kegugupanku berubah menjadi percaya diri. Aku sangat bahagia bisa berbagi hari ini.
...
"Allahuakbar Allahhuakbar" suara adzan
Aku kemudian berwudhu dan sholat berjamaah bersama.
Setelah sholat, kami bersalaman untuk berpamitan, Silaturahmi hari ini sudah selesai dan aku sangat menanti-nantikan untuk dakwah selanjutnya.

Menelusuri tangga-tangga kecil Masjid, turun satu demi persatu dalam langkah kaki menuju pulang. Kuangkat sedikit rokku agar tak terjatuh. Setelah turun, aku .. bertemu .. dia ..

Betapa mengagetkannya, setelah setahun aku tak pernah bertemu dengannya, tak ada kabar darinya dan sekarang aku harus bertemu 'dia' kembali

Lihatlah dia. Usang sekali, sepertinya ia bertambah kurus, ruas-ruas tulangnya begitu tergambar. Wajah dan bibirnya terlihat pucat, apa ia sedang sakit ?

Dia melihatku, tapi ... kenapa ekspresinya begitu ? Kenapa dia menatapku dengan tatapan kosong? Ini canggung sekali! Apa aku harus menyapanya ? Atau apakah aku harus tersenyum ?

Tapi, dia hanya terus berjalan. Menatapku kosong lalu melempar pandangannya. Lalu, ia hanya melewatiku dengan mudahnya. Apa dia pura-pura untuk tidak mengenalku?
Heh, jadi begini ? Aku tersenyum kecil. Yah, benar ! Bukankah aku hanyalah masalalunya dan sekarang kita sudah berpisah ?!

Aneh, sungguh aneh, kita berpisah padahal tak ada 'ikatan'

"Yumna"

Deg, aku spontan membalikkan badanku kebelakang. Bukankah Ali pura-pura tak mengenalku? Lalu kenapa dia memanggilku ?

Tunggu,, tapi kenapa menatapku seperti itu ?
***

YUMNA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang