Bagian 15

1.9K 88 0
                                        

...
"Aku akan masuk islam, ustad"

Kata-kata ini tidak dengan mudah aku keluarkan. Aku sudah memikirkan dengan matang keputusanku. Bukan ! Bukan karena aku lebih mencintai Yumna daripada Tuhanku, bukan begitu. Aku benar-benar sangat mencintai agamaku yang sekarang. Disepanjang perjalanan terpurukku, jalan iman inilah yang selalu aku pegang untuk bertahan. Melewati masa lalu yang begitu kelam bagiku, bahkan kekelaman itu masih mencari dan menghantuiku.

Aku memikirkan bayiku, bagaimana dia akan tumbuh ? Ketika ayah dan ibunya berada pada jalan yang berbeda walau dengan tujuan yang sama. Dia anakku dan akan menjadi tanggung jawabku di dunia maupun di akhirat.

Ketika dia tumbuh dengan agama dari ibunya, lalu bagaimana tanggung jawabku sebagai ayah yang seharusnya mengajarkan anaknya untuk beribadah ? Bagaimana nantinya saat aku bertemu Tuhanku, alasan apa yang harus aku berikan ?

Dan jika ketika dia tumbuh dengan agamaku, bagaimana 'surga dibawah telapak kaki ibu'nya dapat ia wujudkan ketika dia dan ibunya berbeda ?

Anakku adalah titipan Tuhanku padaku. Tuhanku adalah prioritas utama dalam hidupku. Aku tidak berpaling dari Tuhanku, aku hanya akan menjalani 'cara baru' untuk beriman dengan Tuhanku, yaitu dengan masuk islam.

Dengan begitu aku bisa bertanggung jawab penuh atas anakku, aku bisa bersama dengan Yumna wanita yang aku cintai dan aku juga masih bisa beriman dengan Tuhanku walau dengan cara yang berbeda.
...
Tolong jangan bilang bahwa aku meremehkan situasi ini. Tidak, jujur ini sangat berat. Bagaimana bisa aku kembali muslim ketika aku sudah mulai mencintai khatolik? Semua ini tidak segampang itu.

Aku menjadi sorang muslim selama 5 tahun sedangkan khatolik sudah selama 18 tahun. Seluruh keluargaku yang sekarang adalah khatolik, kami adalah keluarga yang sangat religius. Selalu beribadah dan mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian.

Sangat tidak mudah bagiku untuk melepaskan semua ini dan memulai kembali dengan cara yang baru. Tetapi aku masih harus memberi suatu keputusan. Suatu keputusan yang harus aku pikirkan matang-matang, keputusan yang harus menguntungkan kedua pihak, aku tidak boleh egois.
Dan berakhir dengan keputusan 'aku masuk islam'
...
"Nak Ali, sebelum kamu masuk menjadi muslim kembali, ustad ingin kamu mempelajari islam lebih dalam."
A :"Iya ustad, saya juga berpikir demikian."
U :"Ustad tidak ingin kamu masuk islam karena Yumna atau lainnya, ustad ingin kamu masuk islam karena Tuhan bukan yang lain."
A :"Baiklah ustad."
U :"Kita akan bertemu setiap hari di misjid ini setiap selesai ashar. Ustad ingin kami belajar lebih dalam mengenai akida dan aturan-aturan dalam islam."
A :"Berarti sekitar jam setengah 4 sore ya ustad?"
U :"Iya benar Ali, apakah kamu masih bisa ngaji ?"
A :"Kalau adzan saya masih ingat dan hafal ustad, kalau mengaji saya bisa cuma terbata-bata karena sudah lama tidak dilakukan."
U :"Baiklah nak, kita akan mulai semuanya dari awal."
...
Masuk islam karena Tuhan ? Aku tidak mengerti maksudnya.
Kemudian, kami selalu bertemu selepas ashar untuk belajar. Dimulai dari belajar membaca doa, mengaji, wudhu dan tata sholat. Kadang ustad juga memberikan ceramah dan bercerita tentang nabi-nabi. Aku juga sempat belajar untuk berpuasa.

Ternyata larangan dalam islam itu begitu banyak, tidak boleh ini dan itu, Apalagi para wanitanya, mereka benar-benar dijaga kesuciannya. Awalnya aku merasa sedikit ada kejanggalan tetapi mendengar penjelasan dari ustad, memang ada benarnya.

Lama kelamaan aku jadi semakin kagum dengan mereka yang beragama muslim, bagaimana bisa selama ini mereka menahan nafsu dan amarah mereka untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang seperti tidak bersentuhan sesama lawan jenis, tidak berduaan dengan lawan jenis (walaupun hanya berteman), bagi wanita mereka tidak memperlihatkan kecantikan diri mereka padahal jika mereka melakukannya mungkin banyak yang akan menyukai mereka. Ketika aku mengetahui semua itu beserta alasannya, aku menjadi semakin kagum dengan islam.

Tidak hanya kagum, aku juga mendapati diriku merasa sangat damai dan tentram saat membaca maupun mendengarkan lantunan Al-Qur'An. Aku tidak tau secara pasti, tapi semua bebanku terasa berkurang dan aku hanyut dalam ayat-ayatnya.

Begitu juga dengan sholat, setelah berwudhu dan mendirikan sholat, aku merasa seperti terlahir kembali. Lebih segar dan semangat menjalani hari.
Puasa memang sangat berat, benar-benar berat. Tetapi, saat puasa aku bisa belajar bagaimana caranya menahan lapar, haus, nafsu dan amarah, tidak hanya itu aku juga belajar bagaimana menghargai makanan (rejeki).

Aku tak dapat jelaskan satu-persatu manfaat yang aku dapatkan dari ibadah-ibadah yang dilakukan oleh para muslim. Yang jelas walaupun aku belum sepenuhnya muslim, mempelajari agama mereka saja sudah membuatku seperti ini dan terkagum-kagum.

Aku merasa, muslim dan khatolik mempunyai cara atau jalan masing-masing yang berbeda. Kau tak bisa mengatakan bahwa yang satu lebih baik dari yang lainnya jika kau tak belajar dan mempelajarinya lebih dalam. Dan aku mendapati diriku kagum pada agama islam walaupun aku masih dalam status khatolikku.
...
....
Bersambung
....
...
***
Y :"Ayah, bagaimana proses belajar Ali ?"
Ay :" Alhamdulillah, seperti dulu, Ali belajar dengan cepat, dia sangat cerdas. Hmm,, kamu pasti sangat senang ya Yumna ?"
Y :"Ah ayah, bukan begitu maksudnya, sebenarnya aku sedikit takut ayah, aku takut dia masuk islam bukan karena rasa cintanya pada Allah."
Ay :"Iya, ayah tau maksud kamu nak. Insyallah, Ali akan menemukan jati dirinya pada Islam. Ayah yakin suatu saat dia akan menyadarinya dan mencintai Allah dengan jalan islam."
Y :"Insyallah Ayah ."
Ay :"Yumna jadi mau pergi periksa kandungan hari ini ?"
Y :"Jadi ayah, ini udah mau pergi."
Ay :"Tidak tunggu ibu dulu ?"
Y :"Ah, tidak apa-apa ayah. Yumna juga sudah sering pergi sendiri periksanya."
Ay :"Tidak terasa sudah 6 bulan umur kehamilan kamu ya nak."
Y :"Iya yah, doain lancar yah Ayah nanti Yumna melahirkannya. Doain juga biar Ali cepat mencintai Allah,"
Ay :"Iya sayang Ayah "
Y :"Yumna pergi dulu yah, Assalamualaikum."
Ay :"Waalaikumsalam."
...
I :"Yumna sudah pergi ?"
Ay :"Sudah barusan pergi."
"Drdrdrdr" suara handphone berdering
Ay :"Assalamualaikum, iya... ... Yumna ? ... benar anak saya ... Astaghfirullah..."
I :"Kenapa yah ?"
Ay :"Yumna, kecelakaan bu"
***

YUMNA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang