Jodoh (2) - Woojin x Jaehwan

572 62 46
                                    

Malam ini terasa lain bagi Woojin, ia ketakutan. Sore tadi ia membawa Jaehwan yang tak sadarkan diri ke rumah sakit. Woojin masih terus menggenggam tangan Jaehwan dengan bibir yang terus merapalkan doa, air matanya tak kunjung berhenti mengalir. Ia tak beranjak sedikitpun dari samping Jaehwan sejak Jaehwan di tempatkan di ruang pasien, namja Park itu takut, ia takut kehilangan Jaehwan, ia ingat bagaimana darah tadi keluar dari mulut Jaehwan karna perbuatannya.

Ceklek

"Ayah"

Plakk!

Pipi Woojin panas, ia baru saja mendapat tamparan dari ayah kandungnya yang datang bersama ibunya.

"Sabar, sayang. Sudah"ucap nyonya Park sembari mengusap lengan suaminya perlahan.
"Apa yang kau lakukan pada istrimu?"tanya tuan Park.
"Maafkan aku, ayah"sesal Woojin.

Tuan Park menggeram lalu memilih untuk mendekati menantunya yang masih terlelap dengan infus di tangan kirinya.

"Sebenarnya ada apa, sayang? Kenapa Jaehwan sampai berada disini?"tanya nyonya Park pada putranya.
"Maafkan aku, ibu"
"Ceritakan pada ibu, sayang"
"Aku sedang marah lalu tanpa sadar mencelakai Jaehwan sampai Jaehwan jatuh membentur dinding. Mulutnya mengeluarkan darah, bu"jawab Woojin lalu kembali menangis, ia menyesal jika mengingat apa yang telah ia lakukan pada istrinya.

Nyonya Park terdiam, beliau terkejut mendengar penuturan putra bungsunya itu.

"Maafkan aku, ibu"racau Woojin.
"Sudah, sayang. Sudah. Kita berdoa untuk Jaehwan, semoga Jaehwan cepat sadar"ucap nyonya Park sambil mengusap kepala putranya itu.
"Dimana tuan dan nyonya Kim? Kau sudah mengabari mereka?"tanya tuan Park.
"Sudah, ayah. Eomma dan appa Kim tidak bisa datang, mereka sedang tidak berada di Korea. Tadi aku sudah menelpon, mereka belum bisa pulang dalam waktu dekat"jawab Woojin.
"Kau ini menyusahkan! Apa yang kalian ributkan sebenarnya?"

Woojin terdiam sesaat, ia menunduk, takut membalas tatapan ayahnya yang kini menunggu jawabannya.

"Jawab, Park Woojin"ulang tuan Park.
"Jaehwan..... Jaehwan..... Jaehwan ingin berpisah denganku"jawab Woojin.

Hening.

"Memangnya kenapa?"tanya nyonya Park.
"Kenapa lagi? Karna anak ini selalu menyakiti Jaehwan"jawab tuan Park ketus.
"Ayah benar, aku sering menyakiti hati Jaehwan. Tapi aku tidak bermaksud begitu, aku tidak tau harus bersikap bagaimana"jawab Woojin.
"Kau ini sudah 18 tahun, ayah tau kau marah dengan pernikahan kalian, ayah tau kau benci perjodohan ini. Tapi kau juga harus bersikap dewasa, kau tau semuanya terjadi dengan cepat karna kesehatan eomma Jaehwan yang memburuk, beliau ingin melihat anaknya menikah dengan orang yang baik. Jika sudah begini, bagaimana caramu akan menerangkan semuanya pada orang tua Jaehwan? Ayah tidak tau kau sekasar itu, Park Woojin. Sekarang semua ayah serahkan pada kalian. Jika memang kalian ingin berpisah, terserah. Ayah tidak akan ikut campur"ucap tuan Park panjang lebar.
"Tidak, ayah. Jangan. Aku tidak mau berpisah"racau Woojin.
"Kau mau menyakiti Jaehwan lebih banyak? Jangan meninggalkan trauma pada gadis sebaik Jaehwan, Woojin-ah"kini nyonya Park lah yang bersuara.
"Ibu, aku akan memperbaiki semua kesalahanku. Tolong jangan pisahkan aku dengan Jaehwan"pinta Woojin histeris, ia bahkan berlutut di depan ibunya, meminta agar beliau membantunya mempertahankan Jaehwan, mempertahankan pernikahannya.
"Maaf, sayang. Ibu hanya akan menuruti permintaan Jaehwan nantinya"

Woojin menangis, ia meraung sedih di depan ibunya yang duduk di sofa bersama ayah Woojin. Beliau hanya mampu mengusap surai anaknya tanpa mengiyakan permintaan Woojin.

Malam itu menyadarkan Woojin akan sesuatu. Ia mencintai Jaehwan, ia takut kehilangan Jaehwan, ia baru menyadari arti Jaehwan untuknya selama ini. Tanpa ia tau bahwa ada satu hal lagi yang belum ia sadari. Jaehwan mendengarnya, mendengar semua kata-katanya bahkan tangisannya. Jaehwan terdiam, ia tak menyangka Woojin bisa menangis dan memohon seperti ini terlebih untuk dirinya.

Lovely Jae 💗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang