Coincidence

281 36 4
                                    

Jaehwan harus memeluk tas ransel nya kala ia sadar jika ia tak sampai untuk menyimpan tas di kabin yang ada atasnya.

"Tidak nyaman"keluh Jaehwan.
"Eum, butuh bantuan nona?"

Jaehwan mendongak, menemukan namja tampan yang dengan baik hati menawarkan bantuan nya.

"Ya, te.. Terima kasih"
"Sama-sama"

Keduanya saling diam setelah itu, duduk bersebelahan namun sama sekali tak ada percakapan. Saat pesawat hendak lepas landas, Jaehwan mulai meremas jari-jari lentik nya, menggumamkan nama kakak nya yang biasa nya selalu ada di sebelah nya.

"Jong oppa, Jong oppa, Jong oppa, Jong oppa. Bagaimana ini, aku takut"bisik Jaehwan panik.
"Kau bisa memegang tangan ku jika mau"ucap namja di sebelah Jaehwan.

Tanpa menatap sang lawan bicara, Jaehwan segera meraih tangan besar itu dalam genggaman nya. Merasakan hangat yang menjalar di sana.

"Tenang saja, ada aku"bisik sang namja.
"Terima kasih"
"Daniel, nama ku Daniel"
"Terima kasih, Daniel-ssi"
"Sama-sama, eumm"
"Kim Jaehwan"
"Ah, sama-sama Jaehwan-ssi"

Suasana mulai mencair setelah nya keduanya berbincang kesana kemari tanpa melepas tautan tangan keduanya.

"Jadi kenapa kau pulang ke Korea?"tanya Daniel.
"Di jodohkan"
"Dan kau menurut?"tanya Daniel tak percaya.
"Mau bagaimana lagi, aku sudah mangkir beberapa kali dan sempat menolak. Sepertinya kali ini tidak bisa, ayah ku sudah tua"terang Jaehwan.
"Dengan Jong oppa yang kau gumam kan tadi?"tanya Daniel penasaran.
"Bukan. Jong oppa itu oppa ku kandung"

Daniel mengangguk paham.

"Kalau kau?"tanya Jaehwan balik.
"Liburan dan karna ibu ku rindu"jawab Daniel.
"Kau bekerja di Jerman?"
"Ya, kau juga?"
"Tidak, aku hanya membantu oppa ku mengelola caffe nya. Mungkin kembali mungkin tidak"
"Sayang kita bertemu di sini, akan menyenangkan jika kita bertemu di Jerman"ucap Daniel. 
"Benar. Tapi sepertinya aku mengantuk"gumam Jaehwan.

Daniel mengerutkan dahinya lalu terkekeh kala melihat yeoja di sebelahnya tengah menahan kantuk namun gagal dan berakhir bersandar pada bahu lebar Daniel.

"Selamat tidur, Jaehwan-ssi"
.
.
.
"Tidak bisa jemput? Lalu Jjaeni bagaimana?"rengek Jaehwan saat mendapat telpon dari ibunya.
"Maaf ya, sayang. Ayah dan ibu sedang ada acara makan malam. Oppa mu menginap di kantor, sayang"
"Paman Lee ikut ibu dan ayah?"
"Iya"
"Ya sudah, Jjaeni naik taksi saja"
"Maaf ya, sayang"
"Iya, bu. Tak apa"

Jaehwan terdiam sebentar, semalam ini apa masih ada taksi? Dan hei! Kemana pergi nya semua taksi? Kenapa kosong?

"Ah ada satu!"seru Jaehwan senang.

Brakk

"Pak!"

Jaehwan terkejut saat ternyata ada seseorang lain yang juga naik ke dalam taksi.

"Jaehwan-ssi?"
"Daniel-ssi?"
"Tidak di jemput?"tanya Daniel.
"Iya, supir sedang pergi bersama orang tua ku. Oppa ku masih di kantor semalam ini"
"Maaf, tuan, nona. Jadi siapa yang akan naik?"tanya sang supir.

Daniel dan Jaehwan saling pandang. Ingin mengalah tapi tak ada lagi taksi. Ingin egois tapi tak enak hati.

"Antar nona ini saja, paman"ucap Daniel akhirnya.
"Lalu kau?"
"Aku eumm gampang"

Daniel hendak keluar namun tangan nya di cekal oleh Jaehwan lebih dulu.

"Kita bisa pergi bersama. Tapi, apa tidak keberatan jika aku dulu?"tanya Jaehwan.
"Tentu saja. Aku bisa menunggu"

Lovely Jae 💗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang