Rindu

377 50 9
                                    

Jaehwan menggerakkan tubuhnya tak nyaman kala mimpi itu datang lagi, selalu seperti ini setiap malam.

"Jangan... Jangan... Kumohon... Jangan... Kang Daniel!!"

Jaehwan terbangun, tubuhnya terduduk, air matanya telah membasahi wajah cantiknya, piyamanya telah basah oleh keringatnya.

"Niel~"ucap Jaehwan disela isakannya yang semakin lama semakin keras.

Ceklek

"Astaga, Jaehwan-ah! Apa yang terjadi? Ada apa denganmu?"
"Eomma~, Daniel ku. Eomma, tolong bawa Daniel ku kembali eomma"tangis Jaehwan.

Nyonya Kim yang sempat bingung dengan keadaan putrinya perlahan mengerti setelah sebuah nama disebutkan Jaehwan. Nama yang sudah sering Jaehwan sebutkan dalam tangisnya, nama yang juga menimbulkan rasa sesak pada dada nyonya Kim.

"Sayang, jangan seperti ini. Jangan menyiksa dirimu sendiri"pinta nyonya Kim.
"Aku merindukan Daniel, eomma~"

Nyonya Kim tak menjawab, beliau hanya mengeratkan pelukannya pada putrinya dan terus mengusap kepala Jaehwan lembut. Berharap apa yang beliau lakukan bisa sedikit menenangkan putrinya meskipun hanya sebentar.

.
.
.

"Sayang, kau harus memakai baju hangat. Kau kan mudah sakit"

Jaehwan mengeratkan baju hangat nya kala berjalan keluar dari kelasnya, langit sudah sedikit mendung, sepertinya akan turun hujan sebentar lagi.

"Aku tak membawa payungku, Niel"ucap Jaehwan.

Kaki ramping itu berjalan menuju halte bus, tempat dimana banyak tercipta cerita tentang dirinya bersama namja tercintanya itu. Langkah Jaehwan berhenti sesaat hanya untuk menatap bangku halte yang sering ia duduki. Kenangan itu pun kembali berputar.

"Sayang, jangan berdiri terus. Kau tidak lelah?"
"Aku ingin menjadi nomor 1 yang masuk ke dalam bis, Niel-ah"
"Kita tetap saja bisa duduk, ini sudah sore. Bis tidak akan seramai pagi hari"
"Tidak, bukan itu. Aku hanya ingin duduk di bangku paling belakang, dekat dengan jendela"jelas Jaehwan.

Daniel meraih tangan Jaehwan lalu menuntunnya untuk duduk di bangku halte lalu dia menggantikan kekasihnya itu untuk berdiri.

"Kenapa kau yang berdiri?"tanya Jaehwan.
"Aku akan berlari masuk ke dalam bis saat bis datang dan akan memberikanmu tempat duduk kesukaan mu"jelas Daniel.

Jaehwan tersenyum, kekasihnya memang selalu manis, dan Jaehwan tak pernah bosan dengan itu. Tidak akan pernah. Daniel terkejut kala jemarinya di genggam erat oleh Jaehwan.

"Kita bisa menunggu bersama lalu berlari masuk ke dalam bis bersama. Benar kan?"tanya Jaehwan.

Daniel tersenyum gemas.

"Kau ini manis sekali"kata Daniel diiringi cubitan gemas pada pipi kiri Jaehwan.

.
.
.

"Hujan. Kau menyukainya kan Niel-ah?"gumam Jaehwan.

Hari ini Jaehwan telah masuk ke dalam bis saat rintik hujan turun perlahan lalu berubah menjadi hujan yang deras. Jaehwan duduk disana, tempat favorit nya. Pandangannya kosong menatap keluar jendela, dan disaat seperti ini pun kenangan itu kembali muncul.

Lovely Jae 💗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang