2 bulan kemudian..
Gadis cantik itu kini sedang berdiri di depan ruang ganti pria dengan tas yang cukup besar berwarna merah yang tergeletak dibawah kaki nya, tangan nya memegang sabuk berwarna hitam dan terus melihat kearah jam tangan nya. Sudah hampir 15 menit ia menunggu tapi seseorang yang di tunggu belum juga memunculkan batang hidung nya.
Selanjutnya gadis itu tersenyum saat melihat seorang laki-laki yang ia tunggu dari tadi akhirnya keluar, menggunakan baju Taekwondo yang selalu membuat nya menatap kagum dengan ciptaan tuhan yang satu ini.
"Lama gak Ky?"
"Mau bilang sebentar berarti gue bohong, mau bilang lama tapi gue gak enak hati" sinis Anya
"Tadi gue kebelet, jadi pup sebentar" jawab nya sambil terkekeh
"Najis banget si Rick. Pertandingan 3 menit lagi dimulai, masih aja sempet-sempet nya. Heran gue"
"Dari pada pas lagi tanding gue kalah gara-gara kebelet pup emang lo mau tanggung jawab??"
"Iy—iya enggak sih" jawab Anya sambil menunjukan sederetan gigi putih nya.
Erick mengambil tas nya yang tadi sengaja ia tinggal bersama Anya, berjalan terlebih dahulu dengan jemari mungil Anya yang berada di genggaman nya . Sedangkan Anya sedang berusaha menyamakan langkah nya agar bisa mengimbangi langkah besar Erick.
Anya membuka sling bag nya saat merasakan ponsel nya berdering menunjukan nama sang kekasih nya disana. Anya menatap punggung Erick yang berada di depan nya kemudian melihat lagi kearah ponsel nya. Harus menemani Erick atau mengangkat telfon dari Agam, hanya itu pilihan yang Anya punya.
"Angkat aja" tiba-tiba Erick bersuara dan menghentikan langkah nya membuat Anya menabrak punggung kekar nya itu.
"Eh—gak usah, hm ay—ayo Rick" Anya berusaha menarik tangan Erick namun tenaga yang Anya punya tidak sebanding dengan tubuh Erick membuat nya sangat sulit untuk menarik Erick agar terus melanjutkan langkah nya.
"Sana pergi, Agam pasti udah nungguin lo"
"Gak. Ayo Rick nanti lo bisa telat tanding" panik Anya
"Lo susul Agam, kasian dia Ky"
"Rick dengerin gue ya. Gue ada disini buat lo, jadi jangan sia-siain perjuangan gue"
"Raga lo emang disini sama gue, tapi hati lo—" jemari Erick bergerak menunjuk dada Anya.
"Tapi hati lo disana, dengan Agam" sambung Erick. Mendengar kalimat ini membuat Anya berdecak kesal karena Erick terus saja membahas Agam.
"Ayo cepet, tuh nama lo udah di panggil!!" selanjutnya Anya berhasil menarik tangan Erick.
Erick menyimpan tas nya di kursi yang memang sudah di sediakan, kemudian ia mengambil sabuk hitam yang di genggaman Anya untuk ia pakai. Sebelum masuk ke area pertandingan Erick terlihat menghembuskan nafas nya pelan, kedua tangan nya bergerak memegang bahu Anya.
"Pertahankan apa yang lo miliki sekarang, karena di tempat lain ada orang yang berharap punya apa yang lo punya" setelah mengucapkan itu Erick tersenyum dan berjalan masuk ke area pertandingan.
• • • • •
Erick keluar dari gedung pertandingan, mencari sosok gadis yang tadi menemani nya tapi sekarang gadis itu entah pergi kemana. Ponsel nya pun sangat sulit untuk di hubungi.
Langkah nya berhenti disebuah pohon besar yang berada di dekat parkiran, melihat kesana kesini berharap gadis nya itu menampilkan batang hidung nya, namun tetap saja nihil. Tiba-tiba Erick teringat dengan ucapan nya beberapa jam yang lalu sebelum ia memulai pertandingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEEVAN [TAMAT]
Teen FictionPART LENGKAP!! CERITA INI HANYALAH FIKSI. (Bila ada kesamaan tempat, nama, atau kemiripan dalam alur cerita semua tanpa unsur kesengajaan) ***** Kamu tahu Gam arti dari semua kehidupan ku ini apa?.. Melupakan atau mencintaimu bukanlah sebuah pilih...