5. A Wish

6.2K 501 110
                                    

She said she could not but heartily wish she might go to the ball the next day as well, because the king's son had invited her.  

.

.


Aku baru ingat kalau aku belum meminta nomor hand phone lelaki yang mengantarku ke rumah kemarin malam. Add friend di Facebook pun belum. Bagaimana aku bisa menghubunginya?

"Cie, bunga dari siapa tuh?" tanya Aries, rekanku yang mejanya pas di sebelahku. "Gebetan baru?"

"Mau tahu aja," balasku sambil menjulurkan lidah. 

"Hati-hati buaya darat, Gi," ledek Tanto, rekanku yang lain. 

"Pengagum doang, kaliii," ujarku kesal. Mereka tahu Mas Danar bukan tipe orang yang sudi memboroskan uang hanya untuk membeli buket bunga raksasa. 

Mas Reza menghampiriku sambil memerhatikan bunga mawar yang dirangkai dengan estetika berkelas. Lalu berbisik padaku perlahan, "Gi, kesetiaan itu diuji saat ada yang menggoda hati." Ia berhenti sejenak, menahan napas, sok dramatis. Tiba-tiba suaranya berubah lantang, "Sekarang simpan buket itu atau buang, terserah lu. Pokoknya balik ke meja dan mulai kerja!"

"Eh, buset!" teriakku kaget. "Iya, Mas, iya!" 

Padahal aku menikmati jadi pusat perhatian dan bahan pembicaraan. 

Aku meletakkan buket bungaku di bawah mejaku. Meskipun posisiku sudah duduk di kursi dengan mata menghadap monitor laptop, aku nggak bisa mengalihkan pikiranku dari Aksha dan bunga pemberiannya. Ia jelas-jelas mengaku sebagai pengagumku. Lalu apa artinya? Apakah ia mengagumiku layaknya penggemar, atau sesuatu yang lebih?

Aha! Twitter. 

Meskipun kami bukan friends di Facebook, mungkin saja Aksha adalah pengikutku di Twitter. Aku mengecek daftar followers-ku di Twitter yang jumlahnya ribuan orang itu, mencari nama Aksha Fajar Syahreza. 

Ketemu! Pasti dia pemilik akun dengan username AFSyahreza, dengan foto profil dirinya di depan stadion sepakbola Liverpool. Wah, Liverpool adalah salah satu klub favoritku. Kok bisa samaan, sih?

Pencet follow.

Aku nggak mau membuat sensasi ke para pengikutku, jadi aku kirimkan direct message ke akunnya. 

GianiParamita: Makasih ya buat bunganya. Bagus banget, aku suka

Kutunggu beberapa saat. Nggak dibalas. Aku melirik ke jam di ujung kanan layar laptopku. Pukul sembilan pagi. Mungkin dia lagi rapat. Ya sudah, aku kepoin saja akun Twitter-nya. 

Tanpa sadar, kuhabiskan setengah jam hanya untuk scrolling linimasa Twitter Aksha. Ternyata ia orangnya cukup berkelas. Senang membaca buku motivasi. Suka olahraga futsal. Cukup aktif menyuarakan opini politiknya yang tentu saja mendukung ayahnya dan pemerintahan yang sekarang, namun cara bertuturnya menunjukkan pemikirannya yang logis dan kritis. 

Impresif. 

Notifikasi yang muncul di direct message-ku membuyarkan aksi stalking-ku. Rupanya pesanku sudah dibalas. 

AFSyahreza: Sama2. Syukurlah kalau suka

GianiParamita: Maaf kontaknya pake DM Twitter hehe. Soalnya gak punya kontakmu. FB juga belum friend

AFSyahreza: Oh iya ya. Ini nomorku 08xx-xxxx-xxxx. 

GianiParamita: Eh gak usah kookkk

The Socialite ◇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang