Bonus: Aksha's POV (1)

4K 213 104
                                    

2010

Namanya Giani Paramita.

Aku pertama kali melihatnya di saluran televisi X-zone meliput persiapan kontingen Indonesia menjelang Asian Games 2010 di Guangzhou, Tiongkok. Kebetulan aku sedang mengganti-ganti saluran televisi dan berhenti di kanal X-zone karena melihat Bapak -- yang menjabat sebagai Menpora dan ketua kontingen Indonesia -- sedang memberikan pernyataan kepada wartawan. Aku terus menonton sampai tayangan berpindah ke jurnalis muda yang menarasikan persiapan atlet di depan Stadion Gelora Bung Karno, di mana sebagian atlet berlatih.

Parasnya, suaranya, dan caranya membawakan berita langsung memukauku. Aku tumbuh dikelilingi wanita-wanita elok dengan penampilan bak aktris dan model, tetapi Giani Paramita mempunyai pesona tersendiri. 

She has that down-to-earth charm, that girl-next-door look, which no other women in my acquaintance have ever had. Gadis manis nan ceria yang tahu dirinya menarik, tetapi tidak sadar betapa mempesona dirinya jika aku menyulapnya menjadi ratu. Gadis yang butuh dilindungi, disayangi, diperhatikan, dan menjadikan seorang lelaki sejati sebagai pahlawannya. 

Aku segera mencari tahu lebih banyak tentang dirinya. Seorang gadis kelahiran Jakarta, berasal dari keluarga menengah bawah, baru bekerja penuh waktu di X-zone selama setahun. Posisinya sebagai jurnalis media olahraga seharusnya membuka kesempatan bagiku untuk berkenalan dengannya. Namun bagaimana pun aku memutar otak, sepertinya belum ada cara yang mulus dan tidak terlalu mengada-ada untuk mendekatinya.

Sebenarnya aku bisa saja menggunakan kekuatan uangku untuk menciptakan alasan memanggilnya. Atau langsung dengan memamerkan pesonaku di depan matanya. Namun aku harus menggunakan pendekatan yang lebih halus. Gadis polos yang tidak terbiasa dengan kemewahan tiada tara akan shock berat jika aku terburu-buru. Lagipula, seandainya Giani ternyata matre -- tentu pesonanya akan hilang di mataku.

Aku tidak boleh tergesa-gesa, tetapi tetap selalu sigap. Wanita suka dikejar, tetapi tidak dengan cara vulgar. Namun jika telat, wanita secantik dia pasti sudah menjadi milik orang.

Dan, shit!

Ternyata aku terlambat dua tahun.

Giani Paramita sudah berpacaran dengan seorang atlet taekwondo nasional, Danar Eka Narabhakti.

***

Minggu berlalu berganti bulan. Aku belum mulai bergerak mendekatinya. Seharusnya aku tidak boleh mengganggu hubungan orang lain, tetapi Giani Paramita telah menyihirku tanpa sadar. Tidak pernah satu hari lewat tanpa aku memikirkannya. Dan yang lebih menyiksaku adalah kata seandainya.

Seandainya aku lebih dulu bertemu dia ....

Seandainya dia belum punya pacar ....

Well, pacar bukan suami. Kurasa tidak ada salahnya jika aku mendekatinya dan melihat reaksinya apakah ada kemungkinan ia tertarik padaku. Tahap pacaran, kan, masih tahap penjajakan. Jika ada pilihan yang lebih baik, mengapa bertahan dengan yang sekarang?

Lagipula, seorang wanita yang begitu mempesona seperti Giani Paramita layak hidup dengan kemewahan yang bisa kutawarkan.

Layak bersanding denganku, sang pewaris Grup Syahreza.

Layak menjadi permaisuriku.

Aku bertekad untuk mendekatinya.

***

Malam itu, aku hadir di pesta penghargaan atlet sepulangnya mereka dari Asian Games. Bapak merupakan tuan rumah acara ini, sehingga tidak aneh jika aku datang. Aku sudah memastikan bahwa Giani turut hadir di sana, karena sebagai jurnalis olahraga tentunya ia akan meliput penyambutan ini sekaligus mewawancarai para atlet.

The Socialite ◇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang