Analisis

5.7K 153 35
                                    

Kalian setuju nggak dengan pernyataan ini? 

Happiness depends on your state of mind

Alias kebahagiaan bergantung kepada pemikiranmu sendiri. 

Nyatanya, mau sekaya atau sesukses apapun manusia, pasti ada saja kan hal-hal yang bikin mereka nggak bahagia? Orang kaya pengen keluarga penyayang. Orang yang udah punya keluarga penyayang pengen kaya. Dan masih banyak beratus, ribu, bahkan jutaan alasan lain kenapa manusia nggak bahagia. 

Semua itu bergantung pada jalan pikir tiap-tiap orang. 

Seperti pesan cerita ini dan juga Disillusioned (di sana diceritain secara gamblang oleh Nella), salah satu kunci kebahagiaan adalah bersyukur atas segala yang kita miliki

Kalian lihat deh pola pikir Giani. Dia suka sekali membanding2kan dirinya dengan orang lain, misalnya dia merasa iri dengan Tiara karena lahir di keluarga super kaya bla2. (Padahal yang baca JV pasti tahu Tiara juga punya kesulitannya sendiri.) Selain itu, dia juga membanding2kan dan menghina orang lain, seperti saat dia menghina suami temannya (Sabrina ya namanya) dan membanding2kan Danar dengan Aksha. 

Giani juga korban standar masyarakat. Dia sangat memedulikan imej dan pencitraan diri. Dia senang kalau dipuji2 orang (ya, siapa sih gak senang, tapi jangan keterusan aja). Dia kemakan merek mahal, menganggap cewek cantik kalau tinggi/putih/langsing, juga mengutamakan penampilan (sampe baru bangun tidur aja udah langsung mikirin muka, pas hamil gak suka karena jadi gemuk, dll). 

Yah, tapi realistis kan? Jujur, siapa yang gak kemakan standar masyarakat? Bahkan aku masih kepengen langsing T-T (tapi buat sehat dan kepuasan diri sih) *minta ditabok* Soal tinggi ya udah pake heels aja. Putih, udah putih dari sononya *ditabok lagi* Bercanda kok, aku puas sama diri sendiri, lagian menurutku kulit apapun bagus asal sehat (baca cerita Chrystell/CEO).

In the end, Giani is just a mere human. Dia punya kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, ya, dia setia kok sama Aksha (apa duitnya yah XD). Dia juga berusaha jadi ibu yang baik ... biarpun masih kebanyakan mikirin diri sendiri. Well, ibu juga manusia, gak sempurna. 

Okeh! Lanjut ke analisis berikutnya. 

*

VERDICT: Giani dan Aksha itu dua2nya manipulatif. Cuma Aksha lebih parah manipulatifnya sih. 

Btw kayanya aku hobi bikin orang manipulatif ya? Surya manipulatif, Tiara juga (cuma Tiara main kasar, ngancam2 pake duit dll). Aksha jauh lebih halus. Giani aja sampe kemakan sama Aksha. Wakakaka.

Beberapa ciri orang manipulatif:

1) Mainin emosi. 

Lihat si Aksha, berkali2 dia mainin emosi Giani. Awalnya ngasih bunga, trus ngajak jalan2, bawa ke Ancol, eh tahu2 ngilang bikin Giani galau setengah mati. Dia pandai membaca emosi orang lain dan memanfaatkannya. Waktu Giani bilang udah suka sama Aksha tapi masih mau bertahan sama Danar, dia sengaja ngilang biar Giani kangen sama dia. Strateginya berhasil kan? 

Selain itu aku juga sempat baca di salah satu referensiku, orang manipulatif itu ngajak ke rumah biar lebih personal dan nggak bisa ditolak (Aksha berkali2 ajak Giani ke apartemennya), terus ngancam2 pake waktu (Aksha kasih batas waktu buat berkencan sama Giani selama Danar pergi). Pas baca aku langsung mikir, wah Aksha banget ini. 

Giani juga salah sih. Jelas2 masih punya pacar, dikasih bunga sama cowok lain malah kegeeran. Kalau setia sama Danar, dia harusnya buang bunga itu dan matiin kontak sama Aksha. Ini malah di-friend, di-follow ... 

Kenapa Aksha memanipulasi Giani? Well, he wants her to be his wife. Sesimpel itu memang. Cuma karena Giani udah punya cowok, dia harus main "cantik", bukan sembarang menikung. Padahal coba kalau dia nggak ganteng, nggak kaya. Boro2 Giani mau sama dia. Ya kan? XD Sisi baiknya Aksha, dia sayang sama Giani dan nggak diabaikan kok setelah menikah, nggak kaya Surya wakakaka. Eh cuma aku belum eksplor POV Aksha sih. Siapa tahu apa isi pikirannya?

2) Ngasih sesuatu tapi ada pancingannya. 

Lagi2 Aksha banget. Dia bersikap manis banget ke Giani, ngasih bunga, nganterin ke mana2, nemenin ke kondangan, jelas banget ada maunya. Biarpun awalnya ngakunya mau berteman, ngefans, dan segalanya. Bohong abis. Jelas2 dia suka Giani, cuma biar gak dianggap tukang tikung, pebinor (eh belum bini), jadinya main alus. Setelah Giani awalnya milih Danar, langsung dijauhin, nggak ditemenin dan dikasih barang2 lagi sama sekali. Selain buat memanipulasi emosi, ini juga semacam "menghukum" si Giani karena nggak milih dia. 

3) Membenarkan kelakuannya sendiri (rasionalisasi), nyalahin orang lain. 

Kalau ini Giani jatuhnya ke sini. Hati kecilnya juga udah ngingetin dia, tapi dia selalu merasionalisasikan tindakannya. Bilang Danar yang gak perhatiin dia lah, Danar sibuk, gak percaya dia, dll. Padahal kakaknya aja udah nasihatin dia. Trus dia juga nyalahin Aksha, kenapa ngejar dia padahal dia masih punya cowok. Come on, girl, kamu nggak sepasif itu! Orang itu semua perbuatanmu sendiri, malah nyalahin orang lain. Bahkan sampai akhir, Giani gak berani ngomong tentang perselingkuhannya ke Danar. Danar tahu sendiri gara2 Giani masuk rumah sakit. Aku sengaja bikin begini buat nunjukin betapa pengecutnya Giani. Dia nggak berani menghadapi konsekuensi perbuatannya sendiri. 

*

Seperti yang kutulis di Akhir Kata, Giani emang kelihatannya masih hidup bahagia. Tapi dengan state of mind yang seperti itu, dia suatu saat pasti akan mencari2 kekurangannya dan mulai nggak puasan lagi. Let's see deh. 

Selain itu, aku mau bikin kisahnya sedikit "realistis". Kadang ada orang yang kita anggap "nggak baik", tapi hidupnya lancar2 aja, mulus, kok nggak dihukum ya? Nggak kena "karma"? 

Well, I'll say, kamu cuma lihat di permukaan aja. Nggak tahu kesulitan hidupnya. Makanya jangan kebanyakan main medsos, apalagi Instagram. Semuanya dibikin indah. Yang jelek2 ditutupin dong. Namanya juga ...

PENCITRAAN

*

Gimana dengan Danar? Kalau mau dicari2 kesalahannya ... menurutku salahnya dia itu terlalu tertutup, semua beban ditanggung sendiri, nggak mau dibagi ke Giani. Alasannya ya dia nggak mau ngerepotin orang. Tapi ada kan orang senang direpotin. XD 

Jatuhnya buat Giani, dia ngerasa nggak dipercaya sama Danar. Padahal pengennya dia kan sebagai pacar, dia mau ngebantu Danar. Minimal ngasih dukungan moral. Mungkin Danar juga kena penyakit cowok pada umumnya: KURANG PEKA. XD 

Maklum Danar kan orangnya tertutup banget sejak kecil. Buat dia gak gampang ungkapin emosi, apalagi berbagi sama orang lain. Apalagi masa lalunya dia hidup susah, bikin dia gak percayaan sama orang asing, trus nggak mau ngerepotin keluarga sendiri. Jadinya gitu deh, apa2 dipendam. 

Tapi karya ini bukan mau highlight kekurangan Danar kok. Biarlah Mas Bodyguard Gantengku tetap menjadi cowok idaman *apaan sih* XD

.

.

.

Referensi:

[1] https://www.inc.com/justin-bariso/10-ways-manipulators-use-emotional-intelligence-for-evil-and-how-to-fight-back.html

[2] http://www.thelawofattraction.com/signs-manipulative-person/

[3] https://www.psychologytoday.com/us/blog/in-flux/201610/9-classic-traits-manipulative-people

The Socialite ◇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang