12. Charming

5.9K 405 76
                                    

Liburan malah bikin mood nulis ilang. Anyway, selamat menikmati. Mungkin 2 bab lagi tamat. Mungkin. Wahahaha.

BTW PERINGATAN MUATAN DEWASA!!! SI GIANI PENGEN MACEM2 NIH. XD

.

.

.

She was taken to the young prince, dressed as she was. He thought she was more charming than before ...

.

.

.

Cinta. 

Perasaan yang diagung-agungkan hampir seluruh umat manusia di muka bumi ini. Cerita cinta, lagu cinta, puisi cinta, nyaris semua karya manusia berkisah soal cinta. 

Siapapun yang sedang jatuh cinta, pasti menganggap perasaan cintanya yang paling indah, paling mendalam, paling unik sedunia. Romeo dan Juliet, Heathcliff dan Catherine Earnshaw, Jane Eyre dan Rochester, hingga Bella Swan dan Edward Cullen, mengklaim cinta mereka yang paling kuat, tak lekang dimakan waktu. 

Dan mungkin aku cheesy, tapi kini aku merasakan hal yang sama. Hatiku begitu penuh meluap-luap dengan perasaanku terhadap Aksha. Seluruh tubuhku menginginkannya. Begitu ia merengkuhku di antara kedua lengannya yang kokoh, dunia berhenti berputar. Semua hal di dunia menjadi trivial. Hanya kami -- dan cinta kami -- yang bermakna dan terasa benar di dunia ini.

Aku nggak ingat apa isi jawabanku untuk pertanyaannya. Kami berdiri di sebelah jendela, diriku terhanyut dalam kedalaman tatapan matanya, terbata-bata mengutarakan isi hatiku. Aneh, karena biasanya aku selalu sanggup mengatakan apapun. Kemampuan berbahasa adalah salah satu keunggulanku -- tentu saja, aku kan seorang jurnalis. Namun rupanya kata-kata belaka tak mampu melukiskan keindahan momen yang kurasakan ini. Karena pada momen itu, hanya ada aku dan Aksha. Momen di mana sepasang insan akhirnya menemukan belahan jiwa mereka. Akal sehatku ditenggelamkan perasaanku. 

Kami bertautan, enggan melepaskan satu sama lain. Napasku terengah-engah di sela-sela ciumannya. Perlahan, tanganku merambat dari dadanya ke belakang kepalanya, jemariku saling terjalin, mengalungi lehernya. Begitu pula tangannya berpindah dari belakang pinggangku ke atas punggungku, menurunkan resleting gaunku hingga lengan bajuku meluncur turun dari bahuku, menampilkan bra push-up Victoria's Secret hitam yang kukenakan. Selama beberapa detik, mata Aksha menikmati keindahan tubuhku, lalu dengan serakah ia mendudukkanku di atas counter di dapur dan menarik bagian depan kemeja Valentino-nya hingga semua kancingnya terlontar. Lalu ia melempar kemejanya dan mulai mencumbui bagian tubuhku yang terekspos. 

Ia mengangkatku sekali lagi, memindahkanku ke atas tempat tidur. Tubuhnya di atasku, terasa hangat. Dengan adrenalin yang meletup-letup di darahku, aku melepaskan sabuknya selagi ia melepaskan kait braku. Ia menanggalkan gaun yang masih menutupi pinggang dan pahaku, menjatuhkannya ke lantai. Kini hanya seutas kain tipis yang membungkus bagian terakhir dari tubuhku, sama seperti dirinya. Pergumulan yang indah ini berujung kepada penyatuan dari antara dua jiwa yang beresonansi pada frekuensi sama. Dua hati yang membisikkan cinta yang sama. Momen paling berarti dalam hidupku. 

Dan akhirnya aku terlelap di dalam pelukannya -- napasnya terasa hangat di tengkuk leherku, tubuh kami saling bersentuhan, dilindungi dari pendingin udara kamarnya oleh selimut sutra yang begitu lembut. 

***

Ketika aku terbangun, aku masih merasakan lengannya mengitari pinggangku yang polos. Sinar matahari yang menembus tirai menghancurkan pesona kegelapan, menyadarkanku pada perbuatan terlarang kami semalam. Jantungku berdebar tak karuan. Aku mendorong lengan Aksha dari atas tubuhku, tetapi lelaki itu malah mempererat pelukannya dan menempelkan hidungnya di bahuku. 

The Socialite ◇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang