16

3.3K 148 6
                                    

Aku sedang menikmati siomay yang sekarang hampir masih utuh. Untuk mengunyahnya benar-benar membutuhkan perjuangan, karena bergerak sedikit saja pipiku terasa nyeri yang merembet sampai ke rahang.

Jam istirahat kedua ini, Saga menghampiriku di UKS sambil membawa siomay. Perutku memang sudah keroncongan daritadi, tapi rahangku tidak bersahabat. Sejak Saga duduk di hadapanku dia terus-terusan mengucap kata maaf membuatku memutar bola mata jengah.

"Diem dong, Ga! Gue lagi berusaha ngunyah siomay nih."

"Iya iya. Gue minta maaf sekali lagi."

"Gue maafin. Udah stop buat minta maaf gitu!"

Akhirnya dia diam. Aku kembali fokus pada siomay yang sedang kupotong kecil-kecil. Kali ini aku memakannya tanpa mengunyah, hanya satu atau dua kali kunyahan saja dan langsung kutelan.

"Nanti biar gue yang anterin lo pulang ya, sekalian gue anter ke dokter."

"Nggak usah, gue udah nggak papa kok. Lagian nanti pulang mau dianter Kak Asnan, sekalian biar dia aja yang jelasin ke Ayah." ucapku sambil menggembungkan pipi.

"Gue jadi makin nggak enak sama lo." Aku menggeleng sambil mengibaskan tangan.

"Nggak apa-apa. Makanya jangan suka ngomong sembarangan."

"Gue minta maaf."

"Ishh minta maaf mulu lo."

° ° °

Sudah hampir satu bulan sejak kejadian pipiku ditonjok oleh Aji. Dan kini pipiku sudah kembali seperti sediakala.

Bahkan sekarang aku berteman dengan Aji. Dan hari ini dia mengundangku untuk BBQ an di rumahnya. Tidak, sebenarnya bukan Aji yang mengundangku secara pribadi. Tapi Axel lah yang mengajakku.

Katanya untuk kumpul-kumpul anak koordinator ekstra suporter, mereka boleh mengajak kakak, adek, teman, pacar, sahabat. Karena ini adalah ajang untuk berkenalan dan menambah teman. Semenjak kenal dengan Axel, sekarang temanku bertambah cukup banyak, kehidupan SMA ku jadi lebih berwarna. Ternyata dugaanku tentang anak-anak ekstra suporter tidak sepenuhnya benar. Mereka sangat baik dan mempunyai solidaritas tinggi.

Lucunya setelah Axel mononjok Aji, Axel langsung meminta maaf dan melakukan tos serta pelukan persahabatan. Setelahnya mereka tertawa walaupun Axel masih terus mengomeli Aji.

Sore ini aku sedang menyisir rambutku, aku sengaja menggerai rambut panjangku tanpa aksen apapun. Aku berjalan gontai keluar kamar menemui Ibu yang sedang memasak di dapur.

"Ibu, masaknya jangan banyak-banyak. Aku pamit dulu ya, Bu."

"Ini Ibu bikin secukupnya kok. Hati-hati ya nduk. Jangan jauh-jauh dari Asnan lho." Ibu mengelap tangannya lalumenghadap ke arahku.

"Siap boss." Aku menyalami tangan Ibu kemudian mencium pipi kanan dan kirinya. Kemudian aku duduk di kursi teras, menunggu Kak Asnan yang katanya akan menjemputku jam 4 sore.

Lima menit berlalu aku mendengar suara deruman motor. Aku berdiri kemudian berjalan keluar gerbang. Bukan Kak Asnan yang kulihat melainkan Axel. Aku tertegun melihatnya, dia terlihat sangat kasual dengan kaos abu-abu yang dipadukan dengan jaket jeans serta celana jeans dan sneakers nya.

Aku masih diam dihadapannya, dia masih duduk di atas motor sport merahnya, dia melepaskan helm fullface nya kemudian menaruh di depannya.

"Sengaja gue minta ijin Kak Asnan buat jemput lo" ucapnya sambil nyengir. Sepertinya dia tahu kebingunganku.

"Kak Asnan udah berangkat?"

Cracked [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang