AXEL
"Sayang,"
Gue mengamati Shafaa yang lagi asik mainin hapenya dan nggak merespon gue sama sekali. Nggak biasanya dia akan sibuk dengan ponselnya saat sedang bersama gue.
"Sayang," panggil gue sekali lagi, saat lampu menunjukkan warna merah.
"Hmm," dia hanya bergumam tanpa ada niat untuk menoleh ke arah gue.
"Shafaa Ulfina!" panggil gue agak keras, sambil mengambil ponsel di tangannya. Gak, gue gak kasar sama sekali kok. Cuma agak gemes aja.
Dia menoleh sambil menghembuskan napasnya pelan. "Kenapa?"
"Aku mau cerita nih, tapi kamu gak boleh marah." ucap gue.
"Hmm."
"Tadi malem aku dapat undangan." ucap gue jujur.
"Undangan apa?" tanyanya.
"Undangan ulang tahun."
"Ohh, terus?"
Gue gak yakin sih harus ngelanjutin omongan gue atau gak, tapi belajar dari pengalaman-pengalaman gue gak mau bohong sama dia.
"Dari Alea." jawab gue ragu-ragu. Gue sempet lihat ekspresi wajah dia yang berubah, kemudian dia menatap gue dengan datar.
"Mantan kamu?" tanyanya.
"Iya."
"Ohh." Shafaa membuang pandangannya ke samping kirinya.
Respon dia gitu doang. Cuma 'Ohh' aja. Njirr. Dan kayaknya sekarang dia jadi bete deh, keliatan sih dari mukanya.
"Gimana?"
"Apanya yang gimana?" tanya dia ketus.
"Ya itu."
Shafaa menoleh ke arah gue. "Emang siapa yang ngasih undangannya?"
"Dialah." jawab gue cepat tanpa mikir dulu. Iya gue keceplosan. Gimana sih Ax jujur kok setengah-setengah.
Dia sempat menatap gue dengan tajam, tapi kemudian kembali datar lagi. Lucu banget anjir ekspresi dia kalau lagi kesel gini.
"Ketemu langsung ya?" tanya dia, "Kapan?" lanjutnya.
"Iya, tadi malam."
"Ohhhh," ucapnya cukup keras dengan ekspresi yang mencibir, "Jadi itu toh yang buat kamu gak mau temenin aku buat beliin kado Revina."
Anjir salah lagi gue. Keceplosan lagi. Iya tadi malem emang harusnya gue nemenin Shafaa nyari kado untuk Revina, tapi gak tau deh, gue malah batalin.
"Bukan gitu,"
"Iya ngerti kok mau ketemu mantan." ucapnya sarkas sambil membuang pandangan.
Gue sekarang malah menggaruk-garuk kepala gue yang gak gatal sama sekali.
"Kenapa gak cerita?" tanyanya. Gue tahu sih kalau dia udah mulai bete parah.
"Ini kan lagi cerita, sayang." jawab gue penuh pengertian.
"Tadi malem maksudnya. Kenapa gak bilang kalau gak mau nemenin aku emang karena mau ketemu mantan." Dia udah mulai ngomel-ngomel.
"Ihh apaan sih, sayang."
"Ya kamu yang apaan. Nyebelin banget." Mukanya dia udah ditekuk parah.
"Yaudah aku minta maaf."
"Hmm."
"Tuhkan marah."
"Ya kamu pikirlah, Ax! Kalau aku juga pergi sama mantan gak bilang sama kamu, kamu juga pasti bakalan marah." Napas dia udah mulai memburu gitu. Bentar lagi suaranya pasti bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cracked [Completed]
Teen FictionAku memang bukan perempuan paling cantik. Bukan. Aku hanya aku. Perempuan biasa dengan sedikit kawan. Tapi kamu... Terimakasih sudah merubah hidupku. Membuat masa SMA menjadi lebih berwarna. "Selama lo bisa senyum dan gue masih bisa lihat, itu semu...