29

2.5K 107 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Classmeet hari terakhir, penutupan classmeet sekaligus pesta puncak porseni.

Aku sedang menyiapkan kostum para talent. Axel yang menemaniku, dia sedang mengusung setumpuk pakaian, sedangkan aku hanya berjalan dengan tangan kosong di sampingnya. Dia benar-benar melarangku untuk membantunya membawa setumpuk pakaian itu.

"Dibilangin kamu di sana aja siap-siap. Biar aku yang ngurusin ini."

"Terus siapa yang bantuin kamu? Mau ngangkatin beginian sendirian?" seloroh Axel.

Tentu saja, ucapannya barusan sontak membuatku tidak bisa menahan senyum lagi, rasanya itu.. bahagia. Dia meletakkan setumpuk pakaian yang bertema kerajaan ke atas meja. Dan aku langsung memberinya sebotol air mineral.

"Makasih ya." ucap Axel. Aku mengangguk sambil tersenyum.

Ruangan ini sudah riuh sedari tadi, sebentar lagi pesta puncak porseni akan segera dimulai. Aku mulai memilah pakain untuk masing-masing talent. Aku membagikan pakaian ke mereka.

"Habis ini kamu ganti ini ya." ucapku pada Axel yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya. Dasar anak itu, yang lainnya sedang sibuk malah dia asik memainkan ponselnya.

Setelah aku meletakkan pakaian di sampingnya, aku meninggalkannya untuk mengecek anak-anak lainnya.

Seluruh persiapan talent sudah beres. Acara pun sudah dimulai. Bima sebagai ketua panitia sekaligus koordinator lapangan, dia berada di samping panggung sambil mengamati acara, sedangkan aku berada di sisi panggung lainnya menunggu para talent yang akan keluar-masuk panggung.

° ° °

Aku sedang duduk di meja kantin paling pojok bersama Revina. Sore yang cukup melelahkan. Setelah acara pesta puncak porseni yang menampilkan teater selesai, aku dan Revina memutuskan untuk ke kantin. Sejujurnya Revina yang memaksaku untuk ke kantin, dia tahu sedari siang aku belum mengisi perut, hingga sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 16.00.

Lihat! Betapa beruntungnya diriku memiliki orang-orang yang perhatian padaku. Aku yang hanya perempuan biasa, tidak secantik dan hits seperti mereka. Tapi ketimbang berteman dengan mereka Revina lebih memilihku yang kudetnya berlapis-lapis, ketimbang berteman dengan orang-orang yang bisa membuatnya semakin hits dan terkenal, Revina lebih suka bergaul denganku yang biasa-biasa saja. Aku? Tentu saja sangat bersyukur dikelilingi mereka. Mereka yang baik dan tanpa pamrih.

"Buru dimakan, Shaf!" ucap Revina, membuatku langsung terkesiap dan nyengir.

"Iya-iya, Rev." ucapku, lalu sambil menyuapkan bakso yang sudah kutusuk menggunakan garpu.

Sekarang aku hanya berdua dengan Revina. Tetapi Axel dan Reza nanti akan menyusul kemari. Mereka sedang berganti kostum, katanya. Tapi sudah sekitar 30 menit aku dan Revina duduk di sini, mereka belum sampai juga.

"Lo sama Reza gimana, Rev?" tanyaku.

"Gue nggak tahu. Kesel banget gue sama dia kadang-kadang." jawab Revina dengan tidak santai, ekspresinya membuatku harus menahan geli.

"Kenapa?" tanyaku sambil terkikik geli.

"Dia tuh.. Ya ampun, Shaf, sampe capek gue nunggunya tuh. Gue sendiri bingung, apa cuma gue ya, yang baper sama dia, tapi dianya enggak?" cerocos Revina, dia itu lucu sekali. Nggak tahu apa kalau dibelakangnya itu sudah ada Axel dan Reza yang sedang berdiri. Reza memberiku isyarat agar aku diam, tentu saja aku tidak bisa menahan kekehan.

Cracked [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang