Aku berjalan seorang diri menuju taman dekat UKS, tanganku membawa kotak makanan yang berisi nasi goreng. Ketika hampir sampai di taman aku melihat Axel yang sedang duduk di sebuah kursi sambil memainkan hpnya. Ketika kakiku berjalan semakin mendekat Axel menatapku sambil tersenyum kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku.
"Wah makanan buat aku ya?" ucap Axel sambil tersenyum saat aku sudah duduk di sampingnya. Tangannya hendak meraih kotak makanan, tetapi tanganku sudah lebih dulu menariknya.
"Bentar, aku tuh mau marah-marah dulu sama kamu." Seharusnya dia sadar sejak kedatanganku aku sudah mengerucutkan bibir.
"Loh?" Axel mengerutkan kening namun sedetik kemudian dia terkekeh, membuatku semakin kesal.
"Kenapa sih kamu tuh pemalas banget?"
"Maaf maaf, aku tuh nggak jemput kamu tadi pagi bukan karena malas, kan aku udah bilang alasannya."
"Bukan gitu, Ax." geramku.
Axel memang tadi pagi tidak menjemputku, dan itu bukan alasan mengapa aku kesal padanya. Justru alasannya yang membuatku marah seperti sekarang. Pagi-pagi sekali Axel sudah mengirimi aku chat, katanya dia tidak bisa menjemputku karena harus berangkat pagi, karena dia lupa mengerjakan PR Fisikanya dan tujuannya berangkat sangat pagi adalah untuk menyalin pekerjaan temannya, dan alasan itulah yang membuatku kesal.
"Kamu tuh kenapa bisa lupa sih kalo ada pr? Kenapa nggak dikerjain dulu sebelum pergi? Terus dari kemarin-kemarin kamu tuh ngapain aja?" Aku mengomelinya dengan kesal. Katakan aku lebay, terserah kalian. Aku hanya terlalu peduli pada apapun tentang Axel.
"Dari kemarin? Aku itu terlalu sibuk mikirin kamu."
"Aku juga mikirin kamu tapi aku ngerjain pr." cibirku.
"Lagian aku IPS dikasih peminatannya Fisika. Bikin pusing banget." ucap Axel. "Aku laper, Shaf. Tadi belom sarapan, tapi malah diomelin sama kamu gini." ucap Axel lesu. Aku tahu itu hanya dibuat-buat.
"Yaudah nih makan, tadi dibawain sama Ibu." Aku membuka kotak makanan lalu kuberikan pada Axel dan langsung disambut dengan senyuman lebar.
"Makasih ya, sayang." ucap Axel sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya yang berhasil membuatku mati-matian menahan senyum.
"Ya."
"Kamu lagi pms ya?" Aku langsung melotot melihat ekspresi polos Axel saat mengucapkan hal tersebut. Dan aku barusaja sadar kalau ucapan Axel memang benar.
"Nggak papa pelototin aku, ngomelin aku, bahkan kamu mau tonjokin aku juga nggak papa." ujar Axel setelah selesai mengunyah. "Tapi sayang sama cintanya juga harus sama aku aja." lanjutnya.
Aku hanya diam sambil membuang muka, karena sejujurnya sekarang bibirku sudah tersenyum lebar. Semurahan ini memang aku jika di depan Axel.
"Sini sini liat aku sini, mana pipinya yang merah?" Axel meraih daguku kemudian menariknya sampai aku menghadap ke arahnya.
"Ih apasih." gerutuku tapi sambil tersenyum karena jujur saja aku benar-benar tidak bisa menahan senyum.
"Gemes." Axel menekan-nekan kedua pipiku menggunakan ibu jari dan telunjuknya. Aku memukul-mukul lengan Axel pelan.
Tiba-tiba Axel melepas tangannya dan meraih ponsel di saku celananya. Ada sebuah panggilan yang masuk dan dengan cepat Axel menolak panggilannya membuatku mengerutkan kening. Dan detik berikutnya ada pop-up sebuah pesan yang menunjukkan nama... Bella.
"Bentar ya?" Axel meletakkan kotak makan di atas kursi lalu berjalan menjauh dariku, aku menatap punggungnya membuatku tidak bisa melihat ekspresinya ketika berbicara dengan orang diseberang telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cracked [Completed]
Teen FictionAku memang bukan perempuan paling cantik. Bukan. Aku hanya aku. Perempuan biasa dengan sedikit kawan. Tapi kamu... Terimakasih sudah merubah hidupku. Membuat masa SMA menjadi lebih berwarna. "Selama lo bisa senyum dan gue masih bisa lihat, itu semu...