Aku sudah selesai bersiap-siap saat Ibu memanggilku. Aku keluar kamar memakai kaos berwarna abu-abu dan celana jeans. Aku cukup tersentak ketika mengetahui Axel juga memakai kaos yang berwarna senada dengan kaosku. Padahal kami sama sekali tidak janjian.
Axel yang sedang duduk di ruang tamu bersama Ibu tersenyum melihatku. Kemudian aku duduk di samping Ibu. Aku sudah meminta ijin pada Ibu untuk pergi sore ini. Hari Sabtu dan Minggu memang Ibu libur kerja, tapi Ayah harus kerja dari Senin-Sabtu dan kata Ibu hari Sabtu ini Ayah lembur jadi pulang agak malam.
"Jadi ini pada mau pergi kemana?" tanya Ibu.
"Gini tante, saya mau minta ijin buat ngajakin Shafaa main ke pasar malem." Aku cukup tersentak mendengar ucapan Axel. Sejujurnya Axel sama sekali tidak memberitahuku mau mengajak pergi kemana. Dan ucapannya barusan membuat Ibu tertawa pelan.
"Jadi kalian berdua ini mau ke pasar malem toh. Yasudah boleh, tapi jangan pulang malam-malam ya."
"Iya tante makasih ya."
"Hati-hati."
° ° °
"Ngapain sih Ax ke pasar malem?" tanyaku ketika Axel barusaja memasuki mobilnya dan duduk di kursi pengemudi mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.
"Kenapa? Nggak suka, ya?"
"Ehmm, bukan... Bukan gitu maksud gue. Kayak anak kecil aja gitu ke pasar malem."
"Kalo gue ngomong lo bakal percaya nggak?"
"Apa?"
"Gue belum pernah ke pasar malem."
"Bohong."
Axel tertawa tipis membuat aku mengerucutkan bibir.
"Anggap aja ini kencan pertama kita, cuma ke pasar malam juga nggak apa-apa, kan?"
Mendengar kata 'kencan' membuat telingaku terasa panas. Aku tersenyum tipis kemudian tiba-tiba saja Axel mengelus kepalaku lembut. Selalu, entah sejak kapan ini adalah hal yang paling kusukai, ketika Axel mengelus kepalaku lembut.
Ada yang berbeda sekarang, jika biasanya aku membuka pintu mobil sendiri kali ini tidak. Axel membukakanku pintu mobil, sikap manisnya ini membuatku diam-diam mengulum senyum.
Mataku langsung menangkap lampu warna-warni di sini. Banyak penjual gulali-gulali dan pernak-pernik yang lucu. Terakhir kali aku mengunjungi pasar malam itu ketika aku kelas satu SMP.
"Mau gulali?"
"Mau." jawabku cepat sambil mengangguk-angguk.
Axel menggandeng tanganku menuju penjual gulali. "Beli satu aja ya." Aku mengangguk bersemangat.
"Makasih." Aku tersenyum sambil menerima gulali. Aku mulai mencuil gulali berwarna pink ini kemudian memasukkannya ke mulut. Axel mengacak rambutku pelan sambil tertawa tipis.
"Mau?" tawarku padanya yang disambut dengan dia membuka mulutnya. Aku mencuil gulalinya kemudian menyuapkan ke dalam mulutnya. Kami tertawa bersama kemudian dia merangkulku dan kami berjalan bersama membelah pasar malam yang ramai ini. Dan selama itu pula senyum dan tawaku tak pernah hilang.
Entah sejak kapan aku dan Axel jadi sedekat ini, entah sejak kapan aku jadi sebahagia seperti sekarang ini walau hanya jalan di pasar malam.
"Sebenernya gue pengen ngomong." ucap Axel tiba-tiba ketika kami sedang duduk di dalam bianglala. Hanya berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cracked [Completed]
Teen FictionAku memang bukan perempuan paling cantik. Bukan. Aku hanya aku. Perempuan biasa dengan sedikit kawan. Tapi kamu... Terimakasih sudah merubah hidupku. Membuat masa SMA menjadi lebih berwarna. "Selama lo bisa senyum dan gue masih bisa lihat, itu semu...