O5. omelette

7.2K 1.6K 109
                                    

AIRPLANE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AIRPLANE





















Kuhidangkan tiga omelette dan nasi yang baru saja kumasak. Benar-benar, di penyimpanan makanannya hanya ada mie instan dan beberapa botol soju.

Renjun menghampiriku, penampilannya lebih segar dengan kemeja hitam pas badan dan jeans skinny warna sama.

"Maaf merepotkanmu."

Aku tersenyum dan menggeleng, lalu dia ikut tersenyum. Setelahnya aku lebih memilih memanggil Jaemin dan Jeno dibanding harus menyuruh Renjun, namun Renjun menahanku.

Tidak lama, dua laki-laki itu keluar dan duduk di meja makan minimalis di dapur Renjun.

"Kenapa hanya tiga?" Tanya Jeno.

"Aku tidak lapar." Jawabku.

"Kalau begitu aku tidak akan makan." Renjun menyimpan kembali sumpitnya.

"Jangan bodoh."

"Untukku saja." Timpal Jaemin saat Renjun mengabaikan omelettenya.

Bukan karena apa-apa, aku mengkhawatirkan kesehatan Renjun. Kuambil kembali omelette Renjun dan mulai menyuapkannya ke Renjun.

"Menjijikkan." Cibir Jaemin yang dibalas hanya kekehan pelan Renjun.

Dasar bodoh.

Memangnya lebih menjijikkan mana, hubungan normalku atau hubungan gay-nya?

Sejak pagi aku tahu kalau Renjun pasti tidak hanya akan istirahat. Maka dengan ini aku akan mencegahnya.

Aku pernah datang kemari, ke apartemennya. Namun seketika aku merasa muak untuk datang ke lingkungan yang tidak membuatku nyaman.

Tapi mau bagaimana lagi, aku harus kemari. Setidaknya sekali ini.

Tiba-tiba ponsel Renjun menampilkan layar panggilan masuk.










📞Incoming call...
재헌 형
(jaehyun hyung)










Renjun sempat melirikku sebelum mengangkat teleponnya.

"Boleh kuangkat?" Tanyanya.

"Kau sedang makan." Jawabku sambil menyodorkan sumpitan omelette ke arah mulutnya.

"Hanya sebentar, sayang."

"Kau sedang makan, Huang Renjun. Taruh ponselmu."

Dia sempat menatapku, aku tahu pikirannya pasti mulai kalut. Namun dia menyimpan kembali ponselnya di meja dan membalik layarnya.

"Baiklah."

Dia membuka mulutnya dan menerima suapanku. Kami makan dalam keadaan hening, tapi Renjun sesekali melirikku. Dan saat kudapati tatapannya, dia tersenyum.

"Holy shit! Jaehyun hyung!" Umpat Jeno saat layar ponselnya menyala.

Apalagi ini?

Jeno menempelkan ponsel di telinganya.

"Waeyo?" Tanyanya. To the point, exactly.
(Ada apa?)

Mendadak kulihat Jeno yang berbeda saat ini juga.

Tidak lama dia membanting ponselnya dan mengacak rambutnya, kemudian dia meninggalkan meja makan, pergi ke arah kamar Renjun dan diekori Jaemin.

"Apa yang terjadi?" Tanyaku.

Renjun hanya menjawabku dengan gelengan dan senyuman samar.

Jeno keluar dan Jaemin mengekorinya cepat.

"Cepat pergi sebelum malaikat maut menjemputmu kemari!" Ucap Jaemin dan keluar begitu saja dengan Jeno dari apartemen Renjun.

Setelah debuman pintu tertutup terdengar, Renjun melirikku.

"Lily,"

"Jangan pergi."

"Hanya sebentar, kau tunggu disini."

"Kau tidak mendengarku?" Tanyaku.

Rautnya tidak menunjukkan perasaan terenyak sedikitpun, namun dia menahan marahnya. Aku tahu.

"Hanya sebentar, aku berjanji."

"Kau tidak menghargaiku lagi. Untuk apa kita kembali seperti ini?"

"Jangan memulai ini, Lily."

"Pergilah kalau begitu. Akupun akan pergi."

Sadar akan kalimatku, dia terdiam.

"Baiklah, aku tidak akan kemanapun."













































episode O4

episode O4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AIRPLANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang