AIRPLANE
Lagi, hujan semakin deras diluar sana. Kami sempat merapikan apartemen Renjun dan ㅡtentu saja mengganti sprei ranjangnya.
Aroma lavender menguar sejak kuaktifkan pengharum ruangan otomatis di kamarnya dua jam lalu.
Aku berbaring di ranjangnya, menyamping menghadap jendela dimana ribuan air hujan turun sedang kutonton saat ini, dan seseorang memelukku dari belakang.
Tangannya melingkari pinggangku.
Aku merasakan nafas teratur di leherku, saat mencoba berbalik, seseorang yang memelukku sudah terlelap.
Inilah alasanku menahannya pergi. Agar dia benar-benar menikmati waktu istirahatnya.
Andai saja dia tidak pernah terlibat semua ini.
Aku berbalik pelan dan kembali memeluk tubuhnya. Kuperhatikan detail setiap inci wajahnya.
Aku menyukai matanya. Kemudian aku menyukai bibirnya ㅡyang selalu kurasakan bahkan saat mulutnya dipenuhi alkohol sekalipun.
Renjun mengerjapkan matanya, kemudian dia mengangkat kepalanya.
"Kenapa tidak tidur?" Tanyanya.
"Shirreo."
(Tidak mau.)Aku berpikir, dia pasti akan pergi kalau aku tidur.
"Tidurlah lagi."
Dia hanya diam, kemudian mengubah posisinya.
"Lily, aku harusㅡ"
"Tinggalkan kawananmu." Potongku.
Dia diam.
"I can't."
"Liar." Kataku.
"For now on." Kelakarnya.
"..."
"Untuk sekarang ini aku tidak bisa."
"Forget it."
Dia menatapku sendu, kemudian bibirnya meraih bibirku dan mengulumnya pelan. Lalu kudorong tubuhnya, namun dia menahanku.
Lagi, kudorong tubuhnya, akhirnya dia mengalah. Aku beralih memunggunginya.
"Kau boleh pergi, tapi aku juga akan pergi."
Sengaja kubuat pikirannya berbelit. Kuandalkan posisiku saat ini yang pada akhirnya dia akan selalu menuruti kemauanku.
Dua tangannya kembali melingkari tubuhku, lalu kepalanya ditumpu diatas kepalaku.
Bibirnya mengecup pelan pipi kananku.
"Baiklah. Aku tidak akan kemanapun." Balasnya.
Dalam hati aku tersenyum.
Dengan cara ini, aku sempat berpikir ㅡaku lebih memilih Renjun tiba-tiba dicampakkan atau dibuang secara sengaja agar dia bisa benar-benar terlepas dari ini semua.
Mulai saat ini.
Di kali kedua ini.
Akan kubuat dia melepaskan kehidupan marabahayanya.
"Don't get mad." Bisiknya.
Aku menggeleng.
"Aku hanya kesal."
"Sorry." Bisiknya. "I'll never do that anymore."
Kan, sudah kubilang. Dia pasti menuruti semua kemauanku.
"Kapan hujan ini akan berhenti?"
"Lebih baik tidak usah berhenti."
"Wae?" Tanyaku.
(Kenapa?)"Aku menyukai hujan. Kemudian aku menyukaimu. Aku ingin berada dalam hujan yang kusukai bersamamu." Dia terkekeh pelan.
Aku ikut terkekeh pelan.
"Bicaramu menggelikan."
"But you loved that. Just admit it, babe. I know you." Jawabnya sambil mencium pipiku berkali-kali.
DUGH!
DUGH!
Setelah suara itu, terdengar suara bel ditekan berkali-kali.
"GET OUT NOW, HUANG RENJUN!"
episode O5
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRPLANE
Fanfiction❝goodbye until the day we meet again.❞ ©lie-ar 2018 [ not revised ] TW ⚠️ This book contains sensitive material relating to: Drugs, Violence, LGBT, Suicide PG-15