AIRPLANE
"You are my airplane."
"And you are my world." Balasnya.
Aku tersenyum menanggapinya dengan kepala yang masih berdenyut.
Renjun datang, tapi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas malam ini. Rasanya aku ingin terus menutup mataku dengan keadaan tubuh yang lemas dan kepalaku yang pusing.
Aku masih berada dalam gendongannya saat ini juga.
"Maaf aku tak cukup melindungimu."
Harus ya? Membahas soal ini disaat seperti ini?
"Kau benar." Kataku.
Renjun diam.
"Kau benar soal aku akan aman kalau kau ada denganku." Lanjutku.
"No, I was wrong."
"Aku akan menerima resiko apapun." Kataku.
Aku bahkan tidak menyadari apa yang sebenarnya keluar dari mulutku.
"Awalnya aku ingin semua ini selesai. Lalu aku akan kembali padamu, kalau memungkinkan. Namun sepertinya sulit karena mereka mulai mengincarmu."
"Jadi ini yang kau sebut hujan?" Tanyaku.
Aku teringat ucapannya malam itu.
"If the rain stops, I will comes to you."
"Benar. Tapi aku tidak menyukai hujan yang ini."
Aku tersenyum.
Kurasakan dia masih berjalan.
"Sejauh apa lagi?" Tanyaku.
"Sebentar lagi."
Kembali hening.
Lalu,
"Lily,"
"..."
"setelah malam ini, mari jangan pernah bertemu lagi." Lanjutnya.
Aku terenyak dan mencoba membuka mataku, namun sulit.
"Aku tidak bisa membiarkanmu terus-menerus terlibat urusanku. Ketika mereka melukaimu seperti ini, itu menyakitiku."
Aku diam. Air mataku keluar hanya dengan aku mecoba membuka mataku dan berkedip.
"Aku akan melindungimu. Tapi kau berusahalah lupakan aku."
"Aku tidak mau, Renjun."
"Cintai saja orang lain."
Huh?
Aku mulai menangis.
"Mana bisa begitu!"
"Aku tidak ingin kau terluka karenaku. Kau benar, bersamaku seperti ini membuatmu tidak aman."
"No, I was wrong!" Kelakarku.
"Jalani hidupmu tanpa aku. Lupakan saja semua tentang kau dan aku."
"Aku tidak mauㅡ"
"Setelah malam ini anggap saja aku menghilang dan mati. Jangan berpikir aku akan kembali. Aku mungkin tidak akan hidup se-lama itu."
"Kenapa?" Tanyaku.
Air mataku terus berjatuhan sejak kubuka sedikit mataku tadi.
"Aku selalu berdiri pada ambang kematianku berkali-kali, dan aku tidak pernah tahu kapan aku akan benar-benar mati. Jadi kupikir kau harus hidup bersama seseorang yang mempunyai jalan hidup yang lebih baik dariku."
Aku menggeleng. Kepalaku semakin pusing dan mataku terasa begitu perih.
"Berjanjilah padaku."
"Berjanji untuk apa?" Tanyaku.
"Lupakan aku setelah malam ini."
episode 12
ga ngefeel ya
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRPLANE
Fanfiction❝goodbye until the day we meet again.❞ ©lie-ar 2018 [ not revised ] TW ⚠️ This book contains sensitive material relating to: Drugs, Violence, LGBT, Suicide PG-15