AIRPLANE
"Renjun bilang kau hanya boleh merindukannya selama satu hari. Setelah itu dia bilang kau harus mengambil janjimu untuk melupakannya."
Tangisanku semakin memecah.
Dear, my beloved man.
Why you choose another way?
Pada akhirnya kita tidak bersama. Kau memilih jalan lain, dan aku bahkan tidak akan pernah bisa melihatmu lagi.
Kukira dia mendengarku saat kuminta tetaplah hidup meskipun kita tidak bersama.
Renjun pergi.
Dia memilih jalan lain yang bukan aku.
Laki-laki itu tidak akan pernah bisa kembali lagi.
Hujan membasahi Seoul, dan aku menangis sekeras-kerasnya.
Aku hanya menyesal. Aku tidak berusaha lebih keras membawa Renjun agar berada pada jalanku lima tahun lalu.
Aku berjongkok memeluk lututku sendiri.
So, this is the end of us?
Mengalami malfungsional organ hati dan kerusakan pada jaringan otak akibat benturan.
Kemudian meninggal karena terlambat penanganan medis beberapa bulan lalu.
Ternyata perasaanku begitu kuat. Selama beberapa tahun ini aku selalu merasa dia tidak benar-benar pergi. Sampai beberapa waktu terakhir aku mulai sering teringat mengenai Renjun yang ternyata sudah benar-benar pergi pada akhirnya.
Tapi bagaimana bisa aku tidak pernah menemukannya sekalipun selama berbulan-bulan itu?
Andai saja aku tahu keberadaannya, aku akan menjadi orang nomor satu untuknya.
"Kenapa kau tidak mencariku?" Tanyaku.
"Renjun melarangku."
Bohong.
"Dia bilang dia tidak ingin memberatkanmu karena kematiannya. Dia tidak ingin kepergiannya menjadi kisah cinta yang menyedihkan." Lanjutnya.
How could you leave me. I know I'm noot good enough. But don't go.
"Biarkan dia pergi." Ucap Jeno.
Kau tahu? Aku tidak ingin bicara apapun saat ini.
Pasti rasanya lebih menyakitkan saat aku harus mempertanyakan semuanya sementara aku tahu tidak akan ada jawaban yang kudengar.
Nafasku tersengal. Tangisanku berantakan. Tubuhku dingin. Pikiranku kacau. Perasaanku hancur. Dadaku sesak.
Kenapa hujan yang Renjun sukai harus turun disaat seperti ini?
Diantara riuhnya suara hujan yang memenuhi kepalaku, aku begitu ingin mendengar suaranya sekali lagi saja.
Aku merindukan nada bicaranya yang tenang dan sorot matanya yang teduh.
Rasanya aku kesulitan mengingat matanya sekarang.
Semua yang kulewati dengannya berakhir disini.
Renjun, I will try.
"Ayo kuantar pulang." Ucap Jeno.
I'll go.
"Kau bisa mati kedinginan, Lily."
"You too."
You know that I'll always love you.
Renjun, you were my everything. You were my man.
I'll go, and I 'll let you go.
Aku berdiri, tapi tubuhku limbung. Jeno segera menahanku.
"Tidak perlu berdiri. Naik ke punggungku."
I'll remember you. I'll remember anything about us. Thankyou for everything.
Goodbye.
「 END 」
death is only the end of the story. not the end of the relationship.
from ¦ AIRPLANE
episode 21 ¦ END
masi ada chapter depan untuk epilogue dan spin off (untuk penjelasan lebih rinci aja takut kalokalo part ini kea ngegantung soal death nya).
annyeong!
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRPLANE
Fanfiction❝goodbye until the day we meet again.❞ ©lie-ar 2018 [ not revised ] TW ⚠️ This book contains sensitive material relating to: Drugs, Violence, LGBT, Suicide PG-15