AIRPLANE
"Semalam Yuta hyung ditangkap, Johnny hyung ditangkap. Kami semua sibuk menyelamatkan diri kami masing-masing.
Air mataku sudah mulai berkerumun.
"Haechan diancam orang-orang Jepang, mereka akan sampai di Korea beberapa hari lagi."
Aku mendengarkan penjelasan Mark, sangat ingin kudengarkan secara rinci.
"Sementara Haechan mengatasnamakan Renjun sebagai pemegang utama barang kami."
Air mataku kembali turun.
"Dimana Haechan?" Tanyaku.
Mark sedikit terenyak. Urat-urat di pelipisnya menegang dengan rahang mengeras.
"He's gone."
Seperti mendapat sambaran petir, pikiranku sepenuhnya langsung terpusat pada Renjun.
"Tidak ada yang tahu dia dimana." Jelas Mark.
"What about Renjun? Where is he?"
Mark hanya menggeleng.
"Kenapa dia ingin pergi dariku?"
"..."
"Dia memintaku untuk tidak pergi malam itu. Tapi kenapa semalam dia membuangku?"
"..."
"Tell me, Mark Lee!" Pekikku.
Mark menatapku nanar. Ada gurat yang tidak bisa kuartikan lewat matanya.
"Jaehyun hyung menghajar Renjun dalam keadaan mabuk semalam. Dia bahkan memegang pistol di tangannya dan mengancam akan menembak siapapun yang maju untuk melindungi Renjun."
Kurasa aku mengerti.
Maksudku ㅡini masih soal sex slave. Sepertinya ada hubungan diantara Taeyong dan Jaehyun. Aku tidak ingin mengetahui lebih dalam.
Tapi kenapa semua disalahkan hanya pada Renjun?
Kurasa pemimpin Zero Mile si keparat itu pantas mendapatkan bayaran atas tindakannya selama ini.
Memangnya dimana salah Renjun?
"Kenapa diaㅡ"
"Dia berusaha melindungimu."
Huh?
"Dengan cara mendorongmu menjauh darinya." Lanjut Mark.
Rasanya perih menelusup ke dadaku. Meskipun aku tahu kehidupannya, namun sulit bagiku menerima yang seperti ini.
"Biarkan dia pergi agar dia tetap hidup." Potong Mark.
Tangisanku semakin memecah.
"Banyak yang harus dia urusi. You can't understand, Lily. Please don't. Andㅡ" Mark menghela nafasnya. "Please don't try to understand."
Aku hanya menangis mendengar penjelasan Mark.
"Let him go. So he will stay alive, Lily."
Aku menyesal kenapa aku harus terjatuh pada anggota gangster yang hancur seperti Renjun.
Kalau saja aku tidak pernah mengenalnya, aku tidak akan seberat ini memerima kepergiannya atau bahkan kematiannya sekalipun.
"Forget him."
Secara tidak langsung, Mark sedang menyuruhku menikamkan pisau di jantungku sendiri.
Aku menunduk dan menyembunyikan wajahku.
"I can't,"
+
Aku berbaring di ranjangku. Cuaca terlalu dingin, tapi aku lebih memilih mati dibunuh perasaanku sendiri malam ini.
Tidak menenangkan bagiku disaat seperti ini.
Taeyong ditangkap.
Haechan menghilang.
Renjun ㅡsudah pasti dia yang akan secara paksa menanggung kematian Haechan di tangan pihak Jepang.
Mendadak rasanya ingin kutikamkan sebuah pisau di leher Haechan.
Pesanku sejak tadi pagi tidak terkirim dan nomornya tidak bisa kuhubungi.
Aku menangis lagi, bodoh.
"Aku berjanji akan meninggalkan ini semua. Dan hanya akan ada kita. Percaya padaku."ㅡin part 3
Kalimatnya berdengung di kepalaku. Tanpa kusadari tangisanku semakin keras. Dadaku sesak sementara kepalaku berat.
Kupukuli dadaku berkali-kali. Dengan bodohnya aku berharap rasa sakitnya bisa sedikit dinetralkan.
"I HATE YOU! SON OF A BITCH!"
Aku menangis semakin keras dan menendangi angis kosong begitu saja.
Mataku perih dan panas, tapi tubuhku hampir membeku.
📞Incoming call...
+82xxxxxx
Tanpa kusadari, kuangkat teleponnya.
📞 "KELUAR KAU, JALANG!!!!"
episode 1O
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRPLANE
Fanfiction❝goodbye until the day we meet again.❞ ©lie-ar 2018 [ not revised ] TW ⚠️ This book contains sensitive material relating to: Drugs, Violence, LGBT, Suicide PG-15