13. promise (🎵)

6.2K 1.4K 122
                                    

AIRPLANE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AIRPLANE


























Aku terbangun tadi, namun bukan di kamarku. Renjun masih cukup baik dengan membawaku ke apartemennya dan memberiku obat pereda nyeri semalam.

Dia menyuruhku untuk melupakannya, namun dia bertindak diluar pembicaraannya. Dia malah membuatku sulit melepasnya.

Renjun memelukku, dia menenggelamkan wajahnya di lekuk leherku.

"Aku mungkin akan mati beberapa hari lagi."

Air mataku berkerumun, tapi aku berusaha keras untuk terus menengadah.

"Aku tidak mau ada selamat tinggal antara kau dan aku." Jawabku.

"I love you." Ucapnya

"..."

"I will love you." Lanjutnya.

"..."

"And if i die, if we aren't together, I still love you."

Aku merasa sedikit takut mendengarnya bicara begitu.

"Kau pasti tahu, kematianku tidak lagi sulit. Malah semakin mudah kali ini karena aku menanggung kematian orang." Jelasnya.

Ini pasti soal Haechan.

Air mataku mengering, aku tidak bisa menangis. Tapi dadaku begitu sesak.

Dia menengadah dan meraih bibirku dalam satu kedipan mata.

"Maafkan aku."

"Berhenti meminta maaf, Renjunㅡ"

"Aku tidak bisa membuat waktumu berharga selama bersamaku."

"Setiap waktu bersamamu tidak pernah sia-sia." Jawabku secara tidak langsung menjelaskan betapa berharganya waktuku bersamanya.

Dia terdiam.

Aku menatap ke bawah, mencoba masuk kedalam matanya yang legam sekaligus hancur.

Di wajahnya terdapat beberapa lebam dan luka yang hampir mengering.

Sekali lagi, bibir kami bertemu. Sedikit lebih lama.

Ibu jarinya baru saja menyeka sudut mataku.

Begitu banyak perih menelusup. Aku tidak ingin dia pergi.

Aku tidak bisa menahan air mataku, akhirnya kudorong Renjun dan menunduk. Sibuk menyeka air mataku kasar.

"I wanna see tomorrow sunrise with you. Can we?" Pintaku.

Beberapa detik hening.

"I can't."

Tangisanku mulai mengeras.

"But you can. And I'll be your sun, Lilyㅡ"

"Tetaplah hidup. Berusahalah untuk hidup meskipun kita tidak bersama." Potongku.

Dia menyelipkan anak rambutku ke belakang telinga.

"Kenapa harus?" Tanyanya.

"Karena aku akan bahagia dengan begitu."

Perlahan, Renjun mengangguk.

"Baiklah, saatnya berjanji." Ucapnya.

Aku menatapnya.

"Berjanjilah untuk melupakanku." Dia mengacungkan jari kelingkingnya.


































episode 13

gimanagimana?

AIRPLANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang