-16-

51 8 0
                                    

SMA Harapan Bangsa sudah dipenuhi siswa-siswi yg mengikuti Darma Wisata ke Puncak tersebut. Yg mengikuti kegiatan ini hanyalah murid kelas 12. Darma Wisata ini berfungsi untuk kelas 12 supaya merasa tenang sebelum melaksanakan ujian. Walau ujian masih beberapa bulan lagi dilaksanakan.

Semua murid sedang sibuk membawa barang-barangnya dan sibuk memilih untuk siapa yg menjadi teman duduknya.

Lain halnya dengan 6 murid yg berada di dekat lapangan basket. Mereka tidak sulit untuk mencari teman duduk. Dikarenakan mereka sudah genap ber-6.

Namun,  mereka belum mengetahui akan duduk bersama siapa. Mereka berdebat akan masalah ini. Seperti anak bocah saja. Mereka bahkan sampai kejar-kejaran, serta pertengkaran lainnya. Ya mereka lah Reta, Reita, Soni, Risa, Tokia, dan Reva.

Soni dan Tokia berdebat dengan Reita. Mereka ingin duduk bersama pacarnya. Tapi, Reita ingin duduk dengan Reva atau Risa. Ia malas duduk dengan Reta. Ia masih mengingat tragedi kemarin. Ia tahu bahwa Ia tak memiliki hak apapun. Tapi apa salahnya? Lagipula Reita dengan Reta sudah mantan. Jadi tidak apa kan untuk menjauh?

"Reita, ngertiin kita. Kita sama-sama 3 orang. Biar adil aja ini. Ngertiin kita, Reita." bujuk Reta lembut sambil mengelus rambut Reita. Namun dengan kasar Reita menepis tangan itu.

"Jangan sentuh gue!" ketus Reita sangat dingin.

"Yaudah. Just for today." sambungnya sambil menghembuskan nafas untuk meredam emosinya.

"Reita kenapa, sih? Kok ketus plus dingin banget ke gue? Emang gue sempet salah apa? Rasanya engga ada ngapain?" tanya Reta dalam hati yg melihat perubahan sikap Reita yg mendadak.

^~^~^~^

Mereka memasuki bisnya. Dan mencari tempat yg strategis. Semua langsung memasuki bis gerusukan. Tak peduli mereka akan berjatuhan. Tak peduli mereka merasa sesak saat memasuki bis itu. Yang terpenting adalah, mereka harus mendapatkan tempat yg mereka inginkan. Tak peduli jika mereka menjadi ganas untuk saat ini juga.

"Sshh, Awh" ringis Reita saat ingin memasuki bis dan terdesak oleh anak-anak lain yg langsung menerobos ke dalam. Tanpa melihat ada orang maupun tidak. Sudah dibilang, bukan? Kalau mereka tidak peduli siapa pun dan apapun?

Reta yg dari tadi berada di belakang Reita langsung memegang badan Reita. "Lo gapapa?" tanya Reta dengan khawatir saat melihat Reita meringis kesakitan di bagian tangannya.

"Jangan pegang gue. Gue udah bilang, kan? Jauh-jauh sama gue!" ketus Reita sambil menghempaskan tangan Reta yg bertengger di tangannya.

Reta yg mendengar itu langsung melepas pegangannya dan kembali berdiri di belakang Reita supaya kejadian itu tak terjadi lagi. Reta sedari tadi berdiri dibelakang Reita hanya untuk menjaganya. Tidak lebih. Bahkan Reta bisa saja menyalip Reita dan menerobos orang-orang itu. Hanya saja, Ia mengkhawatirkan keadaan Reita.

"Reta sebagai anak baik harus sabar menghadapi Reita yg ngeselinnya minta ampun. Anak sabar disayang Tuhan." batinnya menguatkan diri sendiri dari cobaan wanita yg ada di depannya ini.

Reta engga peka? Atau Reta yg sok engga peka, sih?! Mengapa Ia begitu membuat Reita kesal dengan ketidak pekaannya? Reita kesal karena melihat Reta kemarin bermesraan bersama Rista di depan kelas.

"Reta bener-bener cowo engga peka!" kesal Reita dalam hati yg ingin mencabik Reta sampai tersisa tulangnya saja.

Sampai akhirnya, Reita berhasil menembus orang-orang yg ada di pintu masuk bis. Huh, Reita bersyukur karena bisa sampai di dalam bis dengan selamat. Ia pun mulai mencari tempat untuk Ia duduki bersama Reta.

DEAR MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang