-29-

27 6 0
                                    

Rista dan Kelvin sampai di sebuah cafe yg sangat klasik. Namun suasana disini sangatlah romantis.

Walau klasik, tak sedikit tamu yg berkunjung kesini. Terutama anak muda, dan yg membawa pasangannya. Seperti Rista dan Kelvin contohnya.

"Duduk dimana?" Tanya Rista. Kelvin langsung menarik tangan Rista menuju salah satu kursi yg akan mereka duduki.

Rista hanya bisa pasrah mengikuti Kelvin.

Dan akhirnya mereka sampai di bagian outdoor. Semua lampu-lampu tampak indah menghiasi penglihatan mereka.

Bahkan kendaraan yg berlalu lalang dibawah sana sangat terlihat.

Rista yg tadinya tengah terhanyut dalam kekagumannya, kini tersadar.

Mereka hanya berdua disini.

"Pin," panggil Rista dan dibalas gumaman oleh Kelvin.

"Kok kita disini cuma berdua? Sepi amat disini, padahal disini bagus?" Kelvin hanya menaikkan bahu atas pertanyaan Rista.

"Mungkin belom tau?" Rista pun menganggukkan kepalanya. Mungkin saja.

Dan benar saja, setelah beberapa saat kemudian, terdapat sepasang kekasih memasuki kawasan outdoor.

Rista merasa iri. Pasalnya, wanita itu sangat cantik, memilik body yg goals dan feminin. Dan pria itu, sangat tampan, dan tingginya pas.

Tidak dengan Rista. Rista yg tidak begitu feminin, tidak terlalu cantik, namun apa adanya. Dan sedangkan Kelvin? Ia tampan, tinggi, dan gentle. Apa ia pantas bersanding disamping Kelvin?

Kelvin melihat wajah Rista. Ia mengerti, apa yg sedang Rista pikirkan.

"Jangan liatin orang pacaran, ah."

Sepertinya ucapan Kelvin tak membuat fokus Rista teralihkan dari sepasang kekasih itu.

Kelvin pun menggerakkan tangannya di depan Rista, "Woy!"

Rista yg tadinya fokus pada sepasang kekasih dipojok lainnya pun akhirnya tersadar.

"Hm? Iya?"

"Ngelamun aja!" Rista hanya menunjukkan gigi kudanya pada Kelvin.

"Lo pengen, ya?" Rista menatap Kelvin penuh tanya.

"Pengen apa?"

"Pacaran."

"Sotoy!" Rista lalu menoyor jidat Kelvin. Namun Kelvin mengambil tangan Rista.

"Kalau pengen, bilang aja. Gue siap," ujar Kelvin yg malah membuat rona merah di pipi Rista terlihat.

Dalam hati, Kelvin tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Rista seperti ini. Ia kira, Rista adalah manusia super kebal. Manusia yg paling anti dengan yg namanya 'baper'. Namun kali ini, Kelvin salah.

"Gue siap kok," ulang nya sekali lagi. Rista membuyarkan lamunannya.

"Hah? Siap? Siap apa?"

Kelvin tertawa melihat wajah Rista yg menurutnya lucu.

"Jadi pacar lo," ucapnya yg lagi-lagi membuat pipi Rista memerah.

"Najis Pin, najis!"

Namun percayalah, beda di mulut, beda juga di hati.

"Serius, nih? Ngga nyesel entar?" tanya Kelvin dengan menaikkan satu alisnya menjaili Rista.

"Yakin!"

"Yaudah," ucap Kelvin sok pasrah.

Namun kepura-puraan di Kelvin, beda pada Rista. Rista menganggap itu serius. Ia kembali merutuki kebodohannya.

DEAR MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang