Dihari kedua, kukira Saga akan tukar meja dengan anak lain supaya tidak duduk disebelahku. Ternyata tidak juga. Kursi disebelah Saga tetap kosong seperti kemarin. Berhari-hari kemudianpun masih sama, Saga tetap duduk disebelahku sementara aku masih mengkeret dipojokan meja. Nggak berani mengeluarkan suara takut mengganggu Saga.
Di hari kedua pula, Saga mulai mengajakku bicara. Awalnya hanya pinjam pensil atau penghapus. Di hari keempat dan kelima, Saga juga mulai sadar kalau aku sungguhan bego dalam pelajaran Matematika dan Fisika. Bukan karena aku bodoh dari sananya, tapi rasanya Matematika nggak sesulit ini waktu SMP. Waktu SMP aku bisa mengikuti ulangan Matematika tanpa belajar dan tetap bisa mengerjakan. Setelah SMU aku nggak yakin bisa mengerjakan ulangan Matematika walaupun aku sudah belajar semalam suntuk.
Saga tau aku bego gara-gara pak Bambang, guru Matematika meminta kami berkelompok dengan teman sebangku masing-masing untuk mengerjakan tugas di LKS. Aku bengong memandangi soal, nggak ngerti gimana cara ngerjainnya. Dari 45 soal hanya 9 soal yang bisa kukerjakan itu juga beberapa salah. Ujung-ujungnya Saga juga yang mengerjakan nyaris semua sementara aku nggak banyak berkontribusi kecuali dapat bagian menulis.
Aku tau kalau aku nggak berusaha keras belajar, bisa-bisa aku tinggal kelas. Bermodalkan nekat aku memberanikan diri untuk tanya, kenapa menggunakan rumus ini pas mengerjakan soal ini. Bagaimana menjabarkan rumus di soal yang ini.
Mendengarku banyak tanya, Saga untuk pertama kalinya memandangku heran. Gimana Saga nggak heran kalau soal nomer satu pilihan ganda aja aku nggak bisa mengerjakan. Aku sudah bersiap-siap mendengar kata-kata sengak muncul dari Saga walau Saga nggak pernah sekalipun bicara ketus atau sengak sebelumnya. Untuk jaga-jaga saja kalau Saga sungguhan habis kesabarannya mengajariku yang nggak mudeng-mudeng ini.
Perkiraanku salah besar, dengan tampang galak psikopatnya Saga tetap sabar mengajariku bagaimana cara mengerjakan setiap soal satu persatu. Baru setelah berhari-hari duduk disebelah Saga juga membuatku sadar kalau Saga nggak segalak wajahnya. Mungkin karena ia jarang senyum dan nggak banyak ngomong kecuali dengan teman-teman terdekatnya, si Yugo, Abimayu, Yunan dan Adnan, Saga jadi kelihatan galak dan nggak ramah tapi sebetulnya dia baik. Ramah dan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Saga (Completed)
JugendliteraturRank 1# on innocent & first love and realistic fiction There's nothing like the innocence of first love..... This work dedicated for people who likes pure, sweet, stupid, innocent love story Enjoy! Thanks for reading and please dont copy my story...