"Jo, itu apa? Permen coklat? Bagi dong." Ujar Abimayu tau-tau membuka jendela kelas di belakangku.
Aku buru-buru memasukan permen coklat yang sedang kupegang kedalam kantung kemeja,"Nggak mau."
"Kalau pelit kuburanmu sempit lo, Jo." Ledek Abimayu sebelum menghilang daribalik jendela.
Siangnya saat aku sedang menunduk hendak mengambil jepit rambutku yang jatuh di depan pintu kelas, permen coklatku menggelundung dari kantong kemeja. Sontak, penampakan permen itu memicu nafsu makan si Abimayu yang lagi-lagi kebetulan ngeliat. Abimayu meraih permenku dari lantai sebelum sempat kuambil duluan.
"BUATKU YA!" Seru Abimayu.
"Nggak mau!" Seruku balik.
Abimayu mengangkat tangan yang ia gunakan untuk menggenggam permenku tinggi-tinggi ke atas. Bukan karena aku yang pendek tapi karena Abimayu yang terlalu tinggi, makanya aku sampai harus melompat-lompat untuk mencapai ujung genggaman tangannya.
"Nggak mau. Pokoknya nggak mau. Nggak mau. Nggak mau. Nggak mau!"
"Ya elah Jo. Cuma permen ini."
"Pokoknya enggak."
"Ya udah ambil sendiri sono kalau bisa." Abimayu mengangkat tangannya lebih tinggi.
Aku mendengus lalu mulai mengklikiti perut Abimayu. Abimayu yang nggak siap dengan senjata rahasiaku langsung bergerak macam cacing menahan geli.
"Ampun deh ini cewek." Abimayu menyerah kalah. Aku segera menyambar permen coklatku. Disaat yang sama aku melihat Saga sudah berdiri di sisi depan pintu kelas. Tau-tau tanganku bergerak untuk menutup pintu kelas secepat mungkin. Saking cepatnya jariku sampai kecepit pintu.
"Tuh kan! Tuh kamu di azab. Makanya jangan pelit." Seloroh Abimayu sambil membuka pintu kelas yang menjepit jariku.
Terlambat, pintu kelas terlanjur terbuka lagi. Saga keburu melihat permen coklat di tanganku. Bukan karena aku takut Saga juga ikut minta permen coklatku, tapi karena ini permen coklat yang di beri Saga berhari-hari yang lalu. Yang anehnya selalu ingin kusimpan dan kubawa kemana-mana. Yang anehnya lagi, aku nggak mau sampai Saga tau aku menyimpan baik-baik permen pemberiannya.
Saga menatap permen coklat di tanganku. Kemudian menatap tanganku satu lagi yang baru kejepit pintu. Kemudian menatapku yang meringis.
"Sakit kan? Makanya juga, jadi cewek jangan terlalu imut-imut Jo. Ponimu juga jangan di potong kepedekan di atas alis gitu kek. Kamu kan jadi kayak strawberry di kasih wig." Abimayu nyerocos tidak nyambung.
"Ha? Apa?" Gerutuku. Aku nggak bisa dengar dengan lengkap kalimat Abimayu karena cara dia ngomong cepat sekali mirip radio rusak.
"Poni Jo. Poni. Kamu tau poni? Kuda Ponny." Abimayu bicara makin nggak karuan.
"Apa sih." Aku mengeryitkan wajah sambil menyipitkan mata mirip raut wajah Leonardo Dicaprio dalam film Wolf of Wall Street.
Setelah itu, aku bingung antara Abimayu tadi pagi sarapan pakai narkoba atau dia baru kesambet setan. Yang jelas Abimayu tiba-tiba mendorong bahu Saga sambil ketawa ngakak. Saga yang nggak siap, terdorong kedepan hingga bibirnya menabrak puncak kepalaku.
Aku dan Saga terdiam. Kami berdua sama-sama mencoba mencerna situasi. Saga lebih cepat menguasai dirinya di banding aku. Karena ia langsung bisa memposisikan diri; berdiri tegak lagi dan memasang tampang cool.
Aku bengong, Saga diam dan Abimayu masih cengengesan sambil berseru, 'AKU JUGA MAU!'. Detik berikutnya, Saga sudah meminting lengan Abimayu yang malah ketawa terbahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Saga (Completed)
Teen FictionRank 1# on innocent & first love and realistic fiction There's nothing like the innocence of first love..... This work dedicated for people who likes pure, sweet, stupid, innocent love story Enjoy! Thanks for reading and please dont copy my story...