Part 8

5.2K 514 14
                                    

Aku sudah jadi anak kelas 2 SMP. Aku masuk kelas 8B sementara Lintang masuk kelas 8E. Jarak kelas Lintang dan kelasku dipisahkan lapangan Bola. Makanya aku jadi jarang mengobrol dengan Lintang. Kalau kebetulan kami bertemu di kantin, Lintang juga lebih sedikit membicarakan tentang Saga- Saga masuk kelas 8A, bersebelahan dengan kelas ku. Kali ini Lintang lebih banyak membicarakan Abdul, salah satu cowok teman sekelasnya. Aku nggak kenal Abdul dan nggak mau tau. Takutnya aku bakalan bernasib sama kayak waktu masih kelas 7. Disuruh menemani Lintang menguntit orang yang dia taksir melulu.

Saat aku sedang sibuk mengipasi wajahku dengan topi upacara setelah nyaris dua jam berjemur di lapangan untuk memperingati hari kemerdekaaan, May, teman sebangku sekarang tau-tau berdiri di sampingku.

"Sebentar lagi pertandingan antara kelas kita sama kelas 8A." Kata May sambil mengucir rambut pendeknya,"Kamu mau liat nggak?"

Begitu aku mengangguk, May langsung menarik tanganku. Kami duduk di kursi panjang didepan kelas kami. Aku melihat siswa laki-laki kelasku mulai keluar satu satu dari balik ruang ganti di belakang perpustakaan sekolah. Mereka memakai baju olahraga sekolah dan celana bebas hitam. Anak-anak kelas 8A juga sudah bersiap menggunakan baju olahraga dengan celana bebas berwarna putih.

Satu-satunya anak laki-laki yang kukenal diantara semua pemain kelas 8A hanya Saga. Aneh, padahal Saga bukan artis, tapi saat Saga memasuki lapangan anak-anak perempuan kelas delapan yang duduk bergerombol di bagian timur lapangan langsung bersorak.

"Sebenarnya mereka ngebelain kelas sendiri atau enggak sih?" Tanya May sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah beberapa anak-anak perempuan kelasku yang juga bersorak saat Saga memasuki lapangan.

Tatapan jengkel May persis sama kayak tatapan mata anak laki-laki kelas kami yang berlaga dilapangan. Mereka kompak serempak cemberut memandang gerombolan anak perempuan kelasku yang berkhianat.

Pertandingan di mulai. Jelaslah aku membela kelasku. Tapi sekelompok anak perempuan, teman-teman sekelasku sendiri, malah kebanyakan dari mereka juga bersorak sewaktu kelas 8A mencetak skor.

Dita, teman sekelasku, yang bersorak paling keras dari yang lain. Sudah jadi rahasia umum kalau Dita naksir Saga semenjak mereka satu kelas waktu kelas 7. Aku yakin tadi Dita bersorak bukan karena si Cahyo anak kelas 8A berhasil masukin bola, tapi nyorakin Saga padahal bukan dia yang mencetak gol.

Dita berdiri di belakangnya May sekarang. Aku meliriknya, tingginya lebih beberapa sentimeter dibanding aku. Rambutnya di rebonding karena dia mungkin korban mitos cewek cantik itu harus berambut lurus. Ngomong-ngomong aku pernah melihatnya pura-pura menabrak Saga kemudian lari sambil ketawa.

Tanpa sengaja, aku juga melihat Lintang sedang duduk di bawah undakan batu di seberang lapangan. Di sebelah Lintang, ada anak perempuan kelihatan seperti juru kamera sibuk merekam pertandingan itu dengan menggunakan handphone. Aku yakin pasti Lintang yang menyuruh dia untuk merekam. Karena dulu saat aku masih satu kelas dengan Lintang, Lintang juga sering memaksaku jadi juru kamera padahal aku mati-matian bilang nggak mau.

Pertandingan babak pertama selesai dengan kelas 8A yang memimpin. Selama jam istirahat babak pertama aku sibuk membagikan air minum, membawakan tisu dan roti bersama dengan May.

Begitu akhirnya lima belas menit berlalu, aku mendengar Dita ketawa-tawa kecil sambil memandang kearah kelas 8A. Aku menoleh penasaran untuk melihat apa yang membuat Dita kedengaran segitu bahagianya. Ternyata, Saga sedang meneguk air mineral dari botol. Dia kelihatan kayak bintang iklan air mineral walaupun sebenarnya cara Saga minum biasa saja. Aku dan May pun kalau minum langsung dari botol air mineral juga begitu. Tapi nggak pernah ada tuh yang menyoraki kami saat kami sedang minum.

Dunia Saga (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang