Gambar wajahnya Saga? Kalau cuma itu sih gampang. Menggambar kan keahlianku. Masih susah deretan syarat Saga yang lalu. Aku di suruh memperagakan kucing lagi marah, ngantri beli siomay, ikut dia main basket dan lain sebagainya.
"Gambar yang jenis apa? Realis? Karikatur? Boleh kugambar sekarang?" Tanyaku begitu aku selesai mengerjakan soal di papan tulis dan pak Bambang ngelus-ngelus jenggotnya sambil memberi tanda jempol ke arah Saga. Ew, beliau pasti taulah mustahil aku mengerjakan soal sesusah itu sendirian.
"Terserah." Jawab Saga tanpa menatapku.
Aku mengeluarkan kertas dan mulai menggambar mata Saga. Aku ingat bentuk lengkungan mata dan hidungnya, tapi aku nggak ingat bentuk bibir Saga.
"Saga." Panggilku. Saga menoleh, "Aku mau lihat bibirmu."
"Apa?" Saga memundurkan wajahnya.
"Jangan gerak. Aku mau lihat bentuk bibir Saga."
"BATAL! NGGAK JADI MINTA GAMBAR!"
"Tapi aku sudah terlanjur buat separuh sketsa wajah Saga. Cuma kurang bibir, Saga..." Protesku.
"AKU BILANG BATAL." Potong Saga galak. Lalu dengan seenak jidatnya lagi, Saga mengganti syaratnya menjadi; menyuruhku mencuci baju seragam ekstra basketnya hari ini.
Belum sempat aku melawan, pak Bambang berdeham dari depan kelas sambil menatap ke mejaku dan Saga, "Kalian ngapain ngobrol sendiri waktu pelajaran saya? Terutama kamu Johan. Nilaimu dinaikin dulu baru boleh kamu berisik." Gertak pak Bambang.
Aku menciut digertak pak Bambang. Seakan aku belum cukup sial hari ini. Siangnya aku disudutkan oleh Oza dan Ike. Mereka bilang aku tukang caper sama Saga. Tapi itu masih belum seberapa di banding kejadian sewaktu sepulang sekolah. Aku baru lima detik di dalam kamar mandi tau-tau aku disiram air dari atas bilik.
Aku tersentak kaget bersamaan dengan suara Yano dan kawan-kawannya berteriak dari luar bilik," Makanya jadi cewek jangan tukang ngadu! Dasar rese'!"
Suara tawa mereka perlahan menjauh. Meninggalkanku dalam bilik basah kuyup. Mereka nyiram air berapa liter?! Aku memekik jengkel dalam hati begitu menyadari bukan cuma kemejaku yang basah tapi sampai rok, tasku, bahkan hapeku.
Aku keluar dari dalam bilik dan mendapati bagian dalam kemejaku menerawang keluar lewat cermin kamar mandi.
Aku nggak bawa jaket dan hapeku rusak. Habislah aku. Terpaksa nongkrong dalam wc sampai kemejaku kering. Anak-anak perempuan lain yang menjadi saksi penyiraman di kamar mandi hanya diam saja menatapku kasihan. Mereka nggak bisa apa-apa karena mereka takut pada Yano.
Aku nggak suka jadi bahan tontonan. Jadi aku masuk lagi ke dalam bilik. Berdiri di sana dengan perasaan tidak karuan. Belum lagi gara-gara kejadian ini pasti aku terlambat datang kerja.
"Jo? Jooo? Kamu disini?" Teriak seseorang tiba-tiba menggedor pintu bilikku setelah sepuluh menit aku berdiri.
"May!" Aku segera berhambur keluar. Wajahku merah padam karena lega.
"Astaga, ternyata bener kamu disini! Ya ampun, bajumu basah semua Jo!" Seru May.
"Kamu nggak apa-apa Jo?" Novietta dan Ellie bertanya berbarengan.
Aku menggeleng, "Aku nggak apa-apa. Bajuku cuma basah kuyup."
"Iya. Bajumu nerawang Jo. Mana aku nggak bawa jaket. Ada yang bawa jaket nggak?" Tanya May.
"Aku nggak bawa." Ellie menggeleng," Tapi uhm.. sebentar."
Ellie menghilang dari balik pintu dua detik lalu muncul lagi membawa jaket. Jaket itu besar, berwarna putih dan berbau seperti bunga dan rempah-rempah.
"Ini jaket Saga?" Tanyaku ragu.
"Iya. Memang jaket Saga. Ayo, dia udah nunggu kamu di luar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Saga (Completed)
Teen FictionRank 1# on innocent & first love and realistic fiction There's nothing like the innocence of first love..... This work dedicated for people who likes pure, sweet, stupid, innocent love story Enjoy! Thanks for reading and please dont copy my story...