Sedetik setelah rombonganku bertemu Lintang di depan gedung bioskop, Lintang melemparkan pandangan 'kenapa cecunguk ini ada disini?' padaku sambil melirik Abimayu keji.
Samar-samar aku mengangkat bahu. Aku sendiri juga nggak tau Ntaang. Aku berusaha memproyeksikan isi suara batinku kedalam batinnya.
'Kamu yang ngundang Abimayu?' Lintang menuduhku.
'Nggak. Sumpah. Aku nggak tau.'
'Terus gimana nih?' Jelas-jelas Lintang menggerutu dalam hati. Di saat yang sama Fanny menatapku. Dia cengar-cengir, nggak sadar kalau aku sekarang sedang perang kebatinan dengan Lintang.
Kalau aku saja kaget, apalagi Lintang. Ia sudah dandan super cantik. Sudah siap dengan apapun yang ia rencanakan kali ini. Tapi kalau kulihat dari ekspresi Lintang sekarang, kutebak apapun rencana di kepalanya jadi berantakan. Lintang nggak menceritakan apapun padaku. Jadi aku kurang mengerti bagian sebelah mana rencananya yang di gagalkan Abimayu. Tapi, nggak mungkin kan ia mengusir Abimayu? Jadi mau nggak mau Lintang melemparkan senyum manis manjanya pada Saga dan Abimayu.
Saga lagi-lagi tidak tampak terkejut melihat Lintang. Dia nggak komentar atau menujukan ekspresi. Seperti sudah tau kalau hal ini memang bakal terjadi. Di lain pihak, Abimayu cengengesan nggak jelas. Dia juga anehnya nggak kaget bertemu Lintang disini. Santai saja. Tanpa beban. Bodoh amat. Mau nonton bioskop sama presiden juga nggak apa-apa.
"Wah ini ceritanya reuni ya? Aseek udah lama nggak reuni. Kapan ya ada reuni SMP yang beneran? Eh kamu siapa ya? Loh kamu nggak satu SMP sama kita-kita ya? Halah nggak apa-apa. Sini kenalan sama om." Cerocos Abimayu ceria. Ia menyodorkan tangan pada Fanny dan mereka mulai berkenalan. Oh ya, Abimayu itu kadang punya kebiasaan menyebut dirinya sendiri om-om. Itu kebiasaan yang aneh. Makanya jangan ditiru.
Selesai berkenalan dengan Fanny, tatapan Abimayu tiba-tiba teralih pada Lintang,"Namamu Lintang kan? Kita nggak pernah ngobrol ya sebelumnya? Tapi aku tau kamu loh Ntang. Kamu yang dulu waktu SMP suka NGIKUTIN AKU itu kan? BWAHAHAHA." Seru Abimayu dan dia langsung ngakak sendiri.
Tampang Lintang berubah desperate seperti ingin nyebur ke sumur. Aku jadi kasihan kan.
"Eh, ayo cepetan beli tiket. Mau nonton film apa?" Aku bermanuver cepat untuk menyelamatkan harga diri Lintang.
"Wah ini kayaknya bagus ni pilem. Judulnya STALKER. CUCOK DEH buatmu Ntang! " Seru Abimayu sekeras TOA masjid sambil menunjuk salah satu poster film. Muka Lintang makin merah ijo biru seperti habis di genjet Abimayu pakai truck.
"Abimayu, kita nonton Baby driver aja ya." Aku nyerobot suara Abimayu.
"Oh ya. Terserah apalah. Yang penting jangan horor ntar Lintang ngumpet di ketiakku gimana?"
"Siapa yang mau ngumpet di ketiakmu?!" Semprot Lintang.
"Lintang." Jawab Abimayu dengan santainya," Kamu kan dulu suka ngeliatin aku dari jauh. Siapa tau begitu ngeliat ketiakku nganggur kamu langsung ngusel."
"Ih, amit." Damprat Lintang dan mereka sekarang ribut sendiri ngomongin ketiak.
"Lintang itu dulu suka ngelihatin Abimayu to?" Tanya Fanny. Dia jadi tertarik soal 'hubungan' antara Lintang dan Abimayu.
Aku menggeleng. Gimana cara menjelaskan kalau Saga yang sebenarnya selalu diliat Lintang dari jauh? Tapi memang daridulu di dekat Saga selalu ada Abimayu. Jangan-jangan Abimayu beneran GR ngirain Lintang selama ini ngelihatin dia.
"Ntang, jangan jauh-jauh duduknya. Duduk di sebelahku aja. Mumpung ketemuan. Kapan lagi kamu bisa duduk di sebelahku?" Kata Abimayu dan mereka berdua masih berantem bahkan selama pembagian kursi bioskop.
"Najis. Siapa juga yang pengin duduk di sebelahmu?!"
"Lah kamu kan pernah bilang aku ganteng."
"Ih, ngimpi. Kapan coba?"
"Itu waktu kita masih kelas tujuh di ruang aula waktu bimbingan outbound MOS."
Lintang bengong," Hah? Kapan tuh? Emang pernah ya."
"Serius. Aku denger betulan."
"Nggak mungkin." Bantah Lintang.
"Ya udah di banding kita berantem melulu terus di usir sama petugas. Mending kamu duduk anteng sekarang. Nggak usah gengsi duduk sebelahku. Kalau kamu ngehindar malah kuanggap kamu emang suka. "
Lintang langsung mengeluarkan raut mau muntah. Jadilah posisi duduk kami seperti ini; Fanny, Lintang, Abimayu, Saga kemudian aku.
Lucunya, diantara kami semua yang justru tampak paling rileks adalah Saga. Padahal seharusnya ia yang paling marah karena sudah kujebak dua kali.
Lagi-lagi aku yakin dari awal Saga sudah tau. Dia tau Lintang bakal ada di sini. Dia tau kami nggak sekedar nonton film 'berdua'. Saga tau semuanya. Kadang aku tak percaya aku bisa sebegitu idiotnya. Bisa-bisanya melakukan kesalahan tolol dua kali. SALAH BESAR mencoba membohongi Saga.
Tapi kenapa setiap aku dengan teganya membodohi Saga, dia selalu diam tanpa protes? Kenapa Saga malah mengikuti jebakan idiotku dan Lintang? Jangan-jangan selama ini Saga memang tidak masalah bertemu dengan Lintang. Mungkin selama ini Saga diam-diam juga tertarik pada Lintang. Aku duduk membeku. Mendadak, perutku terasa seperti di aduk-aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Saga (Completed)
Teen FictionRank 1# on innocent & first love and realistic fiction There's nothing like the innocence of first love..... This work dedicated for people who likes pure, sweet, stupid, innocent love story Enjoy! Thanks for reading and please dont copy my story...