Chapter 37

4K 493 12
                                    

Aku mencoba mengatur nafas. Berusaha mengeyahkan pikiran aneh dari kepalaku. Setelah agak tenang, aku mulai berkonsentrasi menonton film sambil menyomoti nachos. Di tengah film, Saga tiba-tiba meminta minumku. Ya langsung kukasih tanpa mikir apapun. Begitu melihat Saga minum, aku baru sadar. Saga nggak masalah berbagi sedotan denganku bahkan dia juga nggak masalah mencomot coklat yang sudah kugigit.

Makanya aku pikir, kalau Saga saja biasa aja terus kenapa aku harus risih mencomot donatnya padahal aku sendiri memang masih lapar? Lagian itu kan donat buatanku (walaupun statusnya sudah jadi milik Saga). Jadi kami mulai berbagi dua donat selundupan bersama-sama.

Aku berusaha bertingkah layaknya kami yang biasa. Bukannya selama ini, aku dan Saga biasa saling berbagi makanan? Kenapa baru sekarang aku betul-betul memperhatikan. Siapa lagi yang mau membagiku cemilan dari koprasi kecuali Saga? Aku kan selalu lapar. Saga selalu bilang dia bosen cemilan yang dia beli selalu kulihatin dengan muka laper. Sekarang aku mulai paham, alasan lain kenapa Saga kadang memanggilku kucing. Karena aku memang mirip kucing gendut kelaparan yang suka ngeliatin orang makan.

Aku bertanya, "Saga? Makanku banyak ya?"

"Iya." Saga tertawa pelan.

Aku terpaku. Harusnya Saga jangan ketawa karena aku nggak pantas dapat tawanya. Pelan-pelan aku berbisik,"Maaf ya Saga."

Saga mengerutkan kening. Ia tidak dengar suaraku jadi Saga mulai mendekatkan telinganya di bibirku.

"Maaf ya Saga." Bisikku," Aku nggak akan bohongi Saga lagi."

Kalimatku merubah senyum Saga menjadi mematikan dan mendadak Saga menatap mataku sangat dekat,"Ya. Jangan bohong lagi, karena aku PASTI TAU."

Aku terpaku. Kakiku gemetaran. Saga menatap mataku tajam sambil menyelipkan sesuatu dibawah tanganku. Setelah itu Saga mengalihkan pandangannya lagi ke depan.

Perlahan aku menunduk. Menatap telapak tanganku. Disana ada permen coklat. Permen coklat yang selalu kuceritakan ke Saga kalau aku sangat ingin mencoba rasanya.

.......

"Gimana kalau kita makan malam dulu?" Seru Lintang begitu film selesai di tayangkan.

"Boleh." Jawab Abimayu dan langsung di hadiahi tampang jutek Lintang.

"Sorry, aku harus pulang." Ujar Fanny.

"Kita juga harus pulang." Lanjut Saga.

Aku mendongak di saat yang sama Lintang bertanya," Kita? Kita siapa?"

"Aku dan Johan." Jawab Saga.

"K..Kalian pulang bareng?" Lintang tertegun sesaat.

"Rumah kami arahnya sama." Jawab Saga singkat.

"Oke, ati-ati ya bos." Seru Abimayu, masih juga nggak berkurang riangnya.

"Siap." Balas Saga dan ia langsung menepuk-nepuk bahu sahabatnya.

"Lah terus aku cuma makan malam berdua gitu sama Abimayu?" Seru Lintang sewot.

"Tenang Ntang. Ntar kamu juga ku anterin pulang."

"Nggak mau! Aku bawa kendaraan sendiri!"

"Kalau gitu kuikuti kamu dari belakang sampai kamu nyampek di rumah."

"Anjir. STALKER!"

"Kenapa galak amat? Bukannya ngintilin orang itu kan hobimu Ntang?" Ledek Abimayu sambil menarik tas Lintang.

Aku masih ingin berpamitan dengan Lintang dan Fanny tapi Saga juga keburu menarik bahuku. Sebelum pulang, Saga mengajakku mampir ke toko kue. Aku hanya pernah satu dua kali datang ke toko kue semewah ini. Di sini bukan cuma pelanggan bisa memesan roti yang baru keluar dari panggangan tapi juga bisa membeli potongan kue yang belum pernah kulihat sebelumnya seperti chesecake blueberry atau cinnamon roll.

Aku memang kerja di toko roti tapi seumur hidup pak Wito dan bu Wito belum pernah menjual kue jenis itu. Aku juga jarang melihat roti yang dihias secantik di toko ini.

"Ini buatmu dan ibumu." Kata Saga sambil menyerahkan sekotak penuh potongan kue.

"Buatku?" Aku mendongak menatap Saga.

"Sudah terlanjur kubeli. Jadi jangan ditolak."

Aku terdiam sesaat sebelum perlahan mengangguk,"Makasih ya Saga. Padahal aku..."

"Kamu daritadi diam ngelihatin apa?" Potong Saga.

"Eh? Apa? Oh kue ini. Fruitcake."

"Kenapa? Kamu paling suka fruitcake?"

"Bukan. Soalnya Fruitcake mirip Abimayu." Jawabku ngelantur.

"Apa?" Saga tertawa kecil, "Kenapa kamu nyamain orang sama kue?"

"Kalau Saga mirip chocolatecake." Ujarku nggak kalah ngelantur dibanding yang tadi.

Alis Saga terangkat dan bibirnya tersenyum penasaran,"Kenapa?"

Karena kue yang paling kusukai, chocolatecake.

"Karena Saga favorit semua orang." Jawabku dengan pipi memerah.

Termasuk aku.

Dunia Saga (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang