Chapter 44

4.9K 541 22
                                    

Saga kembali ke dalam kamarku setelah Lintang pulang. Selama beberapa saat Saga hanya diam menatapku.

"Sebenarnya Saga ngelihatin apa?" Tanyaku karena tidak tahan terus menerus dipandangi Saga. Siapa tau alasan Saga melihatku karena ada sisa nasi goreng menempel di pipiku.

"Kamu."

"Lalu?" Aku berusaha nggak kedengaran gugup, tapi gagal karena suaraku sekarang malah kedengaran seperti orang kecepit pintu.

"Aku tau kamu nggak akan bohong waktu menjawab pertanyaan Lintang, soal kita."

Aku mengangkat kepala dan kulihat Saga tersenyum lebar begitu menawannya sampai-sampai aku hanya bisa memandanginya seperti orang idiot, "Darimana Saga tau kalau Lintang pasti bakal ngajuin banyak pertanyaan?"

Saga tersenyum ngejek, "Lintang nggak susah ditebak."

"Oh." Aku mengangguk bodoh.

"Sementara kamu susah di tebak." Potong Saga. Dengan raut wajah tidak puas ia melanjutkan, "Aku ingin tau. Sebenarnya, sekarang kamu sedang memikirkan apa?"

Wajahku berubah merah padam. Apa aku mengaku saja pada Saga? Tapi, Saga saja tadi tidak menanyakan balik soal perasaanku padanya, setelah ia mengatakan suka padaku. Aku nggak tau harus menjawab apa. Aku nggak punya banyak pilihan. Karena itu aku malah balik bertanya padanya; kira-kira menurut Saga, apa yang sedang kupikirkan sekarang.

Saga menjawab dengan mantab, "Makanan."

Seketika, harga diriku hancur. "Apa Saga nggak penasaran soal perasaanku pada Saga?"

"Aku penasaran." Jawab Saga terus terang, "Tapi aku nunggu sampai kamu juga suka padaku. Baru aku mau dengar jawabanmu."

"Tapi aku sudah suka Saga!" Spontan aku menjawab.

"Apa?" Ulang Saga. Ekspresinya berubah takjub.

Seketika aku gelagapan.

"Kamu bilang apa barusan?" Tanya Saga lagi.

Aku menggeleng. Malu setengah mati.

"Ulangi apa yang barusan kamu bilang." Perintah Saga. Ia menundukan tubuhnya mendekatiku.

"Nggak." Aku menggeleng makin keras, "Stop! Saga! Jangan terlalu dekat." Aku memohon-mohon padanya.

"Ulangi dulu." Nada suara Saga berubah tajam. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya di wajahku.

Aku menutup mataku erat-erat. Ini terlalu berlebihan untukku. Jantungku nggak akan kuat untuk berdebar lebih keras dari ini. Jadi aku berkata, "Aku suka Saga."

Lalu yang terakhir kuingat adalah bibir Saga menyentuh bibirku.

Dunia Saga (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang