Bruk
"Aw" gara gara terlalu buru buru, aku jadi tak fokus dengan jalan didepanku. Sudah tau pakai heels, masih saja nekat lari.
Aku memandang bus yang mulai berjalan menjauh. Hah, percuma juga aku lari. Bus gak dapet, malah jatoh. Ku hela nafasku, sial sekali rasanya hari ini. Sudah kena marah bos, ketinggalan bus pula.
Aku mencoba berdiri, tapi rasa sakit di kakiku semakin tak tertahankan. Akhirnya aku menyerah dan memilih duduk di trotoar. Malu sih, tapi sakit, gimana dong.
Aku mendengar orang menyetandarkan motornya. Tiba tiba seorang wanita jongkok di depanku. "Kamu kenapa, kok duduk disini?" tanya dia.
"Kaki aku terkilir kayaknya"
Dia lalu melihat kakiku yang memerah. Dia menatapku, "boleh aku lihat?"
Aku mengangguk saja. Ku perhatikan dia yang melepas pelan heelsku. Kalau dilihat lihat, dia manis juga. Dengan rambut panjang yang dibiarkan tergerai dan jaket denim yang dia pakai, dia terlihat manis dan menawan di waktu bersamaan.
"Awh" aku merintih saat dia mulai menyentuh kaki ku.
"Tahan ya, cuma sebentar kok" dengan telaten dia memijat pelan kakiku. Aku heran, jaman sekarang masih ada ya orang tulus menolong?. Tapi penampilan dia gak nunjukin kalo dia orang jahat sih.
Dia menggerak gerakkan kakiku pelan. "Masih sakit gak?" tanyanya. Aku menggeleng.
"Coba berdiri sekarang" dia mengulurkan tangannya, lalu membantuku berdiri. Perlahan aku berusaha berdiri. Masih sedikit nyeri, tapi udah gak kayak tadi.
"Masih sedikit nyeri ya? Nanti kalo sampe rumah tinggal olesin salep aja"
"Iya, makasih ya" sekarang aku bingung. Bagaimana caraku pulang?. Tadi adalah bus terakhir.
Mungkin di heran melihatku yang kebingungan, dia bertanya padaku. "Kamu kenapa?"
"Gak papa, lagi bingung aja. Udah ketinggalan bus, nunggu taksi aja kali ya"
"Ini udah malem, taksi jarang ada yang lewat. Aku anterin aja gimana? Pake motor tapi"
Aku menatapnya curiga, bukannya apa. Aneh aja, orang baru kenal udah mau nganterin aja. Sadar akan arti tatapanku, dia menjelaskan.
"Aku tulus mau bantuin kok, gak ada maksud apa apa. Kalo gak percaya, kamu bisa bawa Ktp aku"
Merasa tak ada pilihan lain, aku mengiyakan saja tawarannya. Dia menyerahkan helm padaku, jangan jangan dia mbak Go-jek lagi.
"Kamu mbak ojol ya?"
Dia malah tertawa, "hahaha ya enggaklah, mana ada mbak ojol manis kayak aku" duuh makin manis aja kalo ketawa. Pipi bolongnya itu loh.
"Pede banget ya"
"Udah deh, ayo naik. Keburu makin malem entar"
Dia lalu membalik jaket denimnya, bagian depan jadi dibagian belakang.
"Kamu kalo dingin peluk aja gak papa, sengaja jaketnya aku balik gini"
Ini mau modus ya.
Perlahan motor yang kami naiki melaju sedang. Semilir angin malam mulai terasa menusuk pori poriku. Ragu ragu aku bertanya sama dia.
"Beneran gak papa aku peluk nih?"
"Iya gak papa, santai aja."
Dengan ragu, aku mulai melingkarkan lenganku pada perutnya. Hhhmm jadi hangat kalo gini, posisi kami yang seperti ini, membuatku jadi leluasa buat cium wangi tubuh dia. Sumpah, dia wangi banget.
"Rumah kamu dimana?"
"Nanti aku arahin" jawabku sekenanya, karena aku masih sibuk menghirup wangi tubuhnya.
"Nama kamu siapa? Daritadi udah ngobrol lupa nanya" suasana jalan yang sudah sepi membuat suaraku jelas terdengar.
Dia menoleh sebentar. "Aku Shani, kalo kamu?"
Nama yang bagus, kayak drama india. "Aku Gracia, kamu kok gak takut sih nolong orang malem malem gini"
"Kan kamu cewek ngapain harus takut, lagian muka kamu gak nunjukin kalo ada niat jahat"
Perjalanan kita terasa singkat, karena di selingi dengan percakapan. Tak jarang, Shani menggenggam tanganku yang berada di balik jaketnya. Membuat tubuh dan hatiku menghangat.
Tak terasa sudah sampai depan rumahku, dengan berat hati aku lepaskan pelukan tanganku di perut Shani. Tapi Shani menahannya, membuatku urung turun dari atas motornya.
"Kenapa?" tanyaku. Dia terlihat menimang nimang.
"Eeeemm, bisakah kita lebih dekat dari ini Gracia?"
"Maksud kamu?"
"Yaaaa, maksudnya kita gak sampe sini aja, berteman gitu, iya berteman"
Aku terkekeh. "Hahaha iya gak papa, kamu boleh main kesini kok kapanpun kalo mau"
"Beneran?"
"Iya beneran"
Perlahan dia melepas tanganku yang masih melingkar di perutnya. "Enak banget ya peluk aku, sampe gak dilepas lepas gini"
Langsung saja aku tepuk bahunya. "Kan tadi situ yang nahan" aku turun dari motornya dan menyerahkan helmnya.
"Mau nginep gak? Ini udah malem banget loh"
"Yakin nawarin aku nginep, nanti aku apa apain gimana hahaha"
"Yaudah gak jadi deh hehehe, btw makasih ya Shani. Kamu baik banget, udah nolongin, nganterin pulang juga lagi"
"Sama sama, yaudah aku pulang ya"
"Hati hati, jangan ngebut. Inget Kamu Belum kawin"
"Hahaha siap, bye Gracia"
Shani akhirnya melajukan motornya, aku menunggu hingga dia sampai di belokan.
Aku berbalik dan masuk ke dalam rumah. Entahlah, seneng aja gitu rasanya dianterin Shani. Orangnya asik, baik dan cantik. Aku jadi ingin mengenalnya lebih dekat.
I knew is simple name, cause evertything has change.
Naaah muncul lagi 😁
Maaf ya kalo gaje hehehe. Buatnya pas mau tidur soalnya. Oh iya, pengen buat Greshan series baru gitu, tapi kok ya ngetiknya ituloh males. 😂Doain idenya lancar dan semangat nulisnya ya 😁
Vote dan komen jangan lupa
Keyhole💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Greshan free area (Oneshoot Compilation)
FanfictionArea bebas Gracia dan Shani.. Kepo?? Wajar, kan manusia. Silahkan mampir. Semacam Oneshoot dan lainnya