Di sebuah apartement yang tidak terlalu jauh dari pusat kota, terdapat seorang wanita yang asik berkutat dengan laptopnya. Asap terlihat mengepul dari gelas di samping laptop itu.
Merasa punggungnya pegal, dia merentangkan tangannya ke atas dan menariknya pelan. Krek, "aaaahhhh Gre capek banget ya Tuhan."
Dia lalu mengambil gelas tadi dan meneguk isinya hingga tandas. "Gilaaaa, ini aku lagi haus apa emang doyan ya." Monolognya.
Pandangan matanya berputar mengelilingi tempatnya dan berhenti di satu titik. Pada seorang wanita yang berdiri di balkon memunggunginya. Alasan dia tak pernah menyerah selama ini, alasan dia masih mau bertahan di perusahaan penuh orang beracun. Hanya karena gadis itu.
Gre atau Gracia, beranjak menuju gadis itu. Angin malam langsung membelai wajahnya kala dia membuka pintu balkon. Dia berdiri di belakang gadis itu, dengan pelan, Gracia menelusupkan tangannya. Memeluk dari belakang.
Gadis itu, Shani. Dia mengusap tangan Gracia yang melingkar di perutnya. "Udah selesai ngerjain laporannya?."
Gracia menganggukkan kepalanya, dia semakin mengeratkan pelukannya dan mengusap usapkan wajahnya di punggung Shani.
"Terus kamu mau ngapain lagi sekarang?." Tanya Shani.
Gracia mendongak, menaruh dagunya pada pundak Shani, helaan nafas lolos dari bibirnya.
Cup
Shani mencium kening Gracia dengan sayang, dia berharap bisa mengurangi beban sahabat atau apalah sebutan yang pas untuk mereka.
"Jika suatu saat nanti aku gagal nyelamerin papa kamu, apa kamu bakal tetep mau bareng sama aku?." Gracia menoleh, masih menaruh dagunya pada pundak Shani.
Cup
Lagi. Shani mencium kening sahabatnya itu, membuat Gracia memejamkan matanya. Tak kuat bila terlalu lama menatap Shani, takut jikalau dia melewati batas.
"Berhasil atau enggak, aku bakal tetep sama kamu, dengerin aku." Shani memutar tubuhnya menghadap Gracia, membingkai wajah sahabatnya dengan tangannya.
"Kamu udah berusaha mati matian selama ini, kamu berjuang tanpa aku minta dan aku berterima kasih untuk itu. Aku justru merasa gak berguna sebagai anak papa karena cuma bisa diem, hal yang bisa aku lakuin hanya terus berusaha ada dan bareng sama kamu." Jelas Shani panjang lebar.
Mata Gracia yang berkaca kaca membuat Shani tak tega. "Kamu bisa berhenti kalo kamu udah gak kuat. Aku bakal tetep disini, sama kamu. Apapun yang bakal terjadi."
Gracia merasakan matanya semakin berair, gadis di depannya ini adalah seluruh nafasnya, separuh jiwanya. Mana mungkin dia berhenti berjuang dan melihat raut kesedihan di wajahnya.
"Aku gak bakal berhenti sebelum menang, aku juga bakal berusaha keep in touch sama kamu. Tetap temani aku ya." Helaan nafas Shani yang memburu menerpa wajahnya, membuat Gracia memejamkan matanya.
Tatapan Shani terpaku pada bibir merekah Gracia yang seperti siap di lahap. Apakah dia harus melepas semuanya malam ini. Melepas perasaan yang mencengkeram hatinya, perasaan cinta pada sahabatnya sendiri. Memilih egonya untuk mengatakan yang sebenarnya.
Tapi sepertinya lidahnya terlalu kelu hanya untuk mengungkapkan tiga kata penuh makna itu. Perlahan dia memiringkan kepalanya dan mendekat. Nafas mereka sama sama memburu, berusaha sekuat tenaga menahan gejolak yang selalu timbul ketika berdekatan.
"Aku sayang kamu Gre." Nyatanya hanya kata itu yang mampu terucap dan Shani lebih memilih mencium sudut bibir Gracia.
Manik Gracia kembali terbuka, memandang wajah Shani yang masih berjarak kurang dari saru jengkal. "Bisa kita lepaskan semua beban itu sekarang?. Hanya ada aku dan kamu, bisakah kamu melepasnya untukku?."
Cup
Tanpa aba aba Shani mencium bibir Gracia. Melepaskan semua rasa yang membelenggu, "Aku cinta kamu." Kata Shani di sela sela ciumannya.
Cup
Kini Gracia semakin mempererat pelukannya. Mengimbangi setiap gerak bibir Shani, mencengkeram punggung Shani. "A...aku juga."
Shani melepaskan ciumannya dan mengusap bibir Gracia. "Biarin semua mengalir seperti air ya, aku gak nyangka kamu bakal ijinin aku. Aku kira kamu bakal tampar aku."
Gracia terkekeh, dia sedikit menjauhkan wajahnya. "Ya kali aku nampar kamu, aku gini karena aku tau nahan itu gak enak."
Shani tak tahan, dia memeluk Gracia dengan erat. "Sayang banget deh sama pacar aku ini."
"Siapa yang bilang aku pacar kamu?." Gracia menyeringai.
Shani melepaskan pelukannya. "Loh, jadi kita gak pacaran?."
"Mimpi, ya enggaklah. Kamu sendiri yang bilang biarin semua mengalir seperti air. Yaudah kita gini aja kalo gitu."
Shani mengacak rambutnya geram, "Tempat penarikan kata dimana sih?. Ayo anterin aku kesana sekarang."
"Hahaha udah ah. Iya iya kita pacaran, kayak anak SMA aja kamu kalo minta status."
"Tau ah." Shani membalikkan badannya memunggungi Gracia.
Gracia menggelengkan kepalanya melihat tingkah Shani. Dia kembali memeluk Shani dari belakang. Membisikkan sebuah kalimat.
"Aku pikir kata cinta dari aku udah cukup."
"Iya, udah cukup kok."
End
Nah loh muncul lagi 😂
Part ini tercipta karena pict ini loh 👇Saya gesrek kawan 😂😂
Sekian
Keyhole
Author yang berharap besok tetap semangat karena senin 😥
KAMU SEDANG MEMBACA
Greshan free area (Oneshoot Compilation)
FanfictionArea bebas Gracia dan Shani.. Kepo?? Wajar, kan manusia. Silahkan mampir. Semacam Oneshoot dan lainnya