Dua orang manusia memang sudah pasti menjadi bodoh mendadak jika sudah mengenal cinta. Atau istilah jaman sekarang adalah Bucin, alias budak cinta.
Cinta itu anugerah terindah yang diberi Tuhan kepada manusia dan semua makhlukNya. Lantas masih bisa disebut anugerah kah jika cinta itu jatuh ditempat yang salah, atau mungkin sebenarnya cinta itu tak pernah salah, hanya saja manusia membuatnya terlihat rumit dan menjemukan.
Gracia malam Minggu ini menginap dirumah temannya, sekaligus kakak kelasnya. Tapi bagi Gracia, dia tuh lebih dari kakak kelas aja sih, mungkin bisa disebut sahabat.
Shani mengalihkan pandangannya dari hape dan menatap Gracia. Mereka berdua sedang tiduran di ranjang Shani, habis belajar online katanya. "Ge, kamu pernah cemburu gak?"
"Kenapa tiba tiba nanyain gitu Ci?" Gracia mengerutkan dahinya.
Pandangan Shani kembali teralih ke hapenya dan menunjukkannya ke Gracia. "Liat deh, Mas itu lagi jalan sama cewek."
Gracia menggaruk tengkuknya, "Terus kenapa Ci?"
"Dasar gak peka kamu."
Gracia terkekeh pelan melihat wajah cemberut Shani. "Cinta itu emang indah, tapi kalau cuman kamu yang berjuang ya sama aja bohong Ci."
Shani mengalihkan perhatiannya dari Gracia, selalu saja dia bisa melihat sorot mata itu. Sorot mata yang menyiratkan kesakitan setiap kali bibirnya berucap apapun yang menyangkut soal kekasihnya. Dia tau, bahkan sangat tau bahwa Gracia menyukainya, namun dia sama sekali tidak berani melangkah ke hubungan yang seperti itu dengan Gracia.
"Kamu gimana sama si Jeno?" Shani mengalihkan pembicaraan.
Gracia telentang menatap langit langit kamar Shani. "Cici kan tau kalau aku sama dia tuh cuman setengah hati, kalau putus sih yaudah."
"Jangan gitu dong, kasian si Jeno. Kamu sadar gak, omongan kamu tadi itu cocok buat kamu sendiri loh. "
"Hehehe ya habisnya gimana dong, orang yang aku suka beneran gak peka nih."
"Emang siapa sih yang kamu suka beneran?" Shani pura pura tidak tau.
"Kamulah hahaha." Gracia menjawab dengan tertawa. Tapi sungguh, Gracia sendiri juga tidak berani terlalu menunjukkan dengan jelas perasaannya. Dia lebih memilih bersahabat dengan Shani, daripada mengungkapkan perasaan konyolnya. Lagian kan Shani lagi suka sama Mas itu. Hiks.
Tuh kan, Shani mulai mengoceh soal Mas Mas yang sedang ditaksirnya. Mas Pandu namanya, orangnya tinggi manis, tapi masih manisan Gracia lah jelas.
"Duh Gre, sumpah deh aku siap banget misal lulus sekolah langsung dilamar sama mas Pandu hehehe."
"Nikah kok buru buru sih ci, kuliah dulu lah sama, banggain orang tua."
"Halah, kamu tuh sekolah yang bener, nanti kalau misalnya aku nikah sama Mas Pandu, kamu yang jadi Bridesmaids nya ya."
"Bisa lah diatur sama rekening mah."
Mereka berdua kembali sibuk dengan kegiatannya. Shani yang sibuk membalas chat Mas Pandu, dan Gracia yang sibuk memperhatikan Shani.
"Kalau misalnya aku sama Jeno nanti nikah, Cici juga Dateng ya." Pinta Gracia.
"Halah, sekolah aja belum lulus udah mikir nikah."
"Gak papa sih belum lulus, daripada lulus jalur Virus."
Shani melempar tatapan membunuh pada Gracia, seketika Gracia langsung nyengir. "Hehehe bercanda Ci, serius amat sih mentang mentang berharap di seriusin Mas Pandu."
Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, dan mata mereka berdua sudah sepet karena meladeni pesan yang masuk. Akhirnya mereka berdua menaruh hapenya dan Shani berdiri untuk mematikan lampu, menyisakan lampu tidur.
Tapi bukannya tidur, Gracia malah bangun dan mengambil ukulelenya yang sengaja dia tinggal dirumah Shani. "Ci, aku mau latihan ngucapin sesuatu buat orang yang aku suka nih, mumpung suasananya lagi mellow gini kayaknya pas."
"Harus banget lewat lagu nih?"
"Biar gak grogi Ci, oke aku mulai ya."
Suara instrumental mulai terdengar, ah sepertinya Shani mengenali lagu ini. Tapi Shani heran deh, kok Gracia malah cengar cengir gitu sih.Every Night thinking about you
Tapi tiba-tiba pandangan Gracia mengarah padanya dan berubah serius.
Would like to spend my life with you
Those eyes That Always
Make me feel like Home and YouSuara petikan Gracia mulai memelan dan sampai pada Genjrengan terakhir nya.
Will just always be something that I'll never Have
Pandangan mereka berdua terpaku, sorot mata Gracia malah semakin sendu.
"Aaakkk keren banget sih Ge, yuk bisa yuk ungkapin deh cepetan sama doi kamu." Shani mendadak heboh dan memecah keheningan.
"Udah barusan." Kata Gracia pelan dan berdiri mengembalikan ukulelenya.
"Apa Ge?"
"Oh enggak, kayaknya lebih baik sama si Jeno aja deh ya. Doiku juga belum tentu suka sama aku."
"Ya ampun Ge, kok murung gitu sih. Kamu tuh Girlfriend material banget tau gak sih, kalau misalnya aja kamu cowok, pasti udah aku pacarin dari dulu."
"Kebalik ah. Lagian ya, kalau salah satu dari kita cowok tuh bisa aja kita gak saling kenal. Jadi takdirnya begini yaudah sih jalanin aja yang ada dulu."
Shani terdiam, dia merasa mungkin salah bicara. Dulu dia sering sekali berandai jika Gracia cowok, pasti semua akan lebih mudah.
Dia tidak perlu pura pura tidak peka, dan Gracia tidak perlu menyamarkan perasaannya.
"Aku tau Ge, dari awal aku udah tau semuanya. Tapi ya gimana, keadaan udah begini. Yang jelas kalau doi kamu udah gak nanggepin, cari yang lain. Kamu berhak bahagia."
"Kalau bahagiaku sama doi gimana?"
"Kalau pun kalian bersama pun belum tentu bahagia."
"Iya juga ya."
"Btw makasih ya Ge, udah sabar dengerin semua curhatan aku soal Mas Pandu. Aku doain kamu sama Jeno langgeng ya."
"Aku juga doain Cici yang terbaik, pokoknya doa Cici yang baik baik, aku bantu aminkan ya."
Jam sudah pukul tengah malam lebih, mereka berdua akhirnya tidur dalam keheningan malam yang menyelimuti seluruh hati. Karena mereka memang harus memilih, tetap sebagai sahabat seperti sekarang, atau mengambil resiko dengan mengungkapkan apa yang mereka jaga selama ini agar tak sampai keluar ke lisan mereka.
...
End
KAMU SEDANG MEMBACA
Greshan free area (Oneshoot Compilation)
FanfictionArea bebas Gracia dan Shani.. Kepo?? Wajar, kan manusia. Silahkan mampir. Semacam Oneshoot dan lainnya