Semenjak kejadian hari itu, aku jadi sering pulang diantar oleh Shani. Entahlah, saat aku hendak pulang naik bus, dia sudah menunggu di halte. Katanya, dia senang saja melakukan hal itu. Toh aku juga temannya.
Hari ini aku pulang sore, bukan malam lagi. Aku kira Shani tidak akan mengantarku, karena biasanya aku pulang malam. Tapi aku salah, dia sudah menunggu dan menatapku sambil tersenyum.
"Kok kamu tau aku pulang sore?" heranku.
"Aku selalu tau tentang kamu, udah ah ayo naik"
Dia menyerahkan helm padaku. Aku memakainya lalu naik di motornya. Perlahan kami mulai meninggalkan halte ini.
"Kamu gak perlu jemput aku setiap hari loh Shan" ujarku sedikit berteriak.
Dia menoleh. "Gak papa, kamu kan sekarang teman aku."
Selalu sama saja jawabannya.
"Jangan jangan kamu beneran mbak ojol ya?" tebakku.
Dia tertawa. "Sudah aku bilang berkali kali, bukan."
Rambut panjangnya yang terkena angin tak jarang menerpa wajahku. Pernah aku bertanya dia pakai Shampo apa. Dia malah jawab 'yang pasti bukan deterjen' kan ngeselin.
Aku menatap bayangan kita di jalan. Dia terlalu berlebihan bukan, jika hanya menganggapku sebagai teman. Tapi aku senang saja, aku jadi tal sendirian di kota ini.
Tak terasa kita sudah sampai di depan rumahku.
Aku turun dan menatap Shani. "Kamu mampir dulu yuk, ini masih sore kan?"
Melihatnya hendak menolak, aku menatapnya tajam. "Kamu selalu nolak karena alasan kemaleman, sekarang masih sore."
"Lain kali aja ya"
"Kalo kamu gak mau, aku akan anggap kamu bukan teman. Tapi murni anggep mbak ojol yang ngantar aku."
Aku melihat dia sedikit gugup(?). Tapi dia akhirnya menurut dan ikut masuk.
"Kamu mau minum apa?" tanyaku.
"Terserah kamu aja."
Aku mengambil dua botol softdrink dan menemaninya duduk.
Dia menatap mengitari rumahku. Terakhir menatapku.
"Kamu selama ini tanya kerjaan aku apa kan?"
Aku mengangguk, bingung kenapa dia bahas ini. Aku memang pernah bertanya pada dia. Kenapa dia bisa selalu tau jadwalku.
Dia menatapku intens. "Janji setelah tau pekerjaanku kita akan tetap dekat seperti ini" Shani mengulurkan kelingkingnya di depanku.
Tanpa berpikir lagi, aku menautkan kelingkingku dengan dia, "janji."
Shani terlihat menghela nafasnya sebentar, lalu menunjukkan sebuah kartu nama kepadaku. "Kamu tau kan maksudnya apa?"
Aku mengernyit, memperhatikan dengan seksama kartu nama itu. Tunggu, sepertinya aku pernah melihatnya. Ku pahami lagi apa maksudnya. Emosiku langsung memuncak saat menyadari maksudnya. Dia ternyata atasanku.
"Jadi kamu ibu atasan yang selalu ngasih aku tugas lewat bu Wina?" aku berusaha menekan seluruh emosiku. Jadi secara tidak langsung, dia yang sudah sering mempersulit pekerjaanku.
Ku lihat wajahnya memancarkan rasa bersalah. "Aku baru tau tadi pagi kalo bu Wina perlakuin kamu kayak gitu.""Terus kemana kamu selama ini, baru tau kalo pegawai kamu di perlakuin gak adil?. Kamu itu kerja apa gimana sih"
"Aku baru di angkat papa kemaren dan baru bisa negur bu Wina tadi pagi. Maafin aku, itu juga masih tanda tangan aja, belum pengangkatan resmi."
Aku jadi teringat kemaren bu Wina semakin sering marah marah, dan aku jadi tau penyebabnya. Tapi tunggu, dia barusan nyebut siapa? Papa?.
"Kamu tadi bilang apa? Papa?"
Dia memutar matanya ke segala arah, asal tidak menatapku. "I-iya, aku CEO baru kamu. Presdir itu papa aku"
Aku menghela nafas. "Maafin aku, aku gak tau. Terus kok aku jarang lihat kamu?"
"Aku kan kuliah di luar negeri. Masak gak tau?"
"Aku tau kalo anaknya presdir kuliah di luar, tapi aku gak tau kalo kamu anaknya"
Dia kembali memasang wajah gelisahnya. "Jadi kita masih berteman kan?"
"Aku pertimbangin lagi"
Bahunya langsung terkulai lemah, dia memanyunkan bibirnya. "Yaaaahh, padahal aku baru aja ngerasain punya teman yang tulus."
Tulus? Apa maksudnya.
"Aku udah tau kamu dari lama, karena aku juga sering ke kantor. Tapi aku gak berani nyapa kamu. Akhirnya tuhan mentakdirkan kita ketemu malam itu. Aku sengaja nutupin kerjaan aku, karena aku saat itu masih belum kerja. Jadi aku gak bohong.. "
"Jadi kamu nguntit aku?" tanyaku.
Dia gelagapan. "B-bukan, aku hanya sedang mencari teman saat itu. Dan aku rasa dari awal, kamu orang baik. Kamu bahkan mau berteman denganku yang statusnya gak jelas. Aku gak mau orang mau berteman dengan aku hanya karena status aku, dan kamu nunjukin bahwa masih ada orang yang tulus di dunia ini."
Aku mengernyit. "Tau darimana aku tulus? Bisa aja aku berteman sama kamu karena sungkan kamu udah nolongin aku"
"Apapun itu, hati aku yang ngerasain kalo kamu tulus. Biasanya orang akan langsung masang wajah fake nya saat tau aku siapa, tapi kamu gak. Bahkan tadi malah mau nolak temenan sama aku" dia kembali mengerucutkan bibirnya.
"Itu aku udah jelasin panjang lebar, kamu keterlaluan kalo masih biarin aku gak punya teman"
Aku menatapnya meledek. "Gak percaya tuh kalo cuma aku temennya"
"Teman yang benar benar teman Gracia, baru kali ini aku mohon mohon temenan sama orang. Ya Tuhan" Shani menyandarkan punggungnya, menatap langit langit, lalu menghela nafasnya.
Aku berpindah duduk disampingnya, "kenapa?"
Shani menoleh menatapku. "Karena kamu beda,udah aku jelasin di awal kan"
Aku mengikis jarak diantara kita, lalu menyandarkan kepalaku di bahunya. Aku merasa dia menegang sebentar.
"Aku merasa kamu terlalu berlebihan jika hanya menganggapku teman. Apa aku salah?"
"Tidak"
"Jadi?"
"Aku suka sama kamu"
Shani mengerjapkan matanya, saat sadar apa yang dikatakannya dia menutup mulutnya dengan tangan.
Aku terkekeh. "Jadi dugaan aku bener, kalo kamu itu ternyata selama ini modusin aku"
"Enak aja, itu tulus tau..."
"Elaaaah, ini mulut kenapa jadi los banget sih?"
Aku tersenyum mendengar gerutuannya, lalu aku memeluknya dari samping, menghirup aroma yang tanpa sadar mulai aku sukai. "Makasih udah jujur ya teman"
"Apa itu merupakan kalimat bahwa aku ditolak"
"Tidak ada penolakan kalimat disana, karena tidak ada permintaan di awalnya"
"Iya juga ya"
Melihatnya bingung, aku jadi tertawa sendiri. Berapa kali sih ini orang pacaran? Kok ya polos banget. Iiihh jadi sayang kan akunya hehe.
Shani memegang tanganku, mengelusnya pelan, lalu menyandarkan kepalanya di atas kepalaku. "Yaudah kita temenan aja, teman tapi menikah hehehe"
Eeehhmm yah, aku rasa tidak buruk juga.
Heiiiihoo, update lagi malem malem hehehe 😅
Ini emang dasarannya aku lagi gak ngapa ngapain, makanya up cepet 😂
Maaf jika ada salah kata atau typo, males baca ulang soalnya. Harap maklum kalau gak jelas 😅
Vote dan komen jangan lupa ya 🙏
Keyhole💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Greshan free area (Oneshoot Compilation)
FanfictionArea bebas Gracia dan Shani.. Kepo?? Wajar, kan manusia. Silahkan mampir. Semacam Oneshoot dan lainnya