Not Fine

2.8K 232 6
                                    

Pagi dihari minggu memang cocok dan pas buat males malesan kan. Bangun disaat jam makan siang, atau bahkan bangun disaat makan malam. Tapi bagi seorang Shania Gracia, bangun pagi dihari minggu itu hal yabg wajib dilakukan. Dia harus menjalankan kewajibannya pada Tuhan sebagai hamba yang taat.

Maka setelah sarapan dengan roti panggang yang jelas rasanya biasa aja, dia segera berangkat menuju ke gereja. Ah iya, Gracia ini sendirian tinggal di Jakarta, keluarganya semua tinggal di Bekasi. Dia hanya ingin menjadi anak yang mandiri dan tidak merepotkan. Gracia juga sudah bekerja di salah satu perusahaan yang terkenal di kotanya.

Peribadahan hari ini terasa begitu sesak bagi Gracia. Gracia mengadukan semua dosanya pada Tuhan, memohon ampun karena berani mencintai bahkan menjalin hubungan dengan makhluk yang berjenis sama dengannya.

Setelah dia selesai beribadah, sebuah mobil ternyata sudah menunggunya. Gracia sudah hapal betul siapa pemilik mobil itu.

"Hai, udah lama nunggunya?" tanya Gracia.

Orang yang berada di balik kemudi itu menimpali seperlunya saja. "Lumayan."

Shani hari ini cuman pakai kaos putih polos dan celana jeans hitam dengab rambut tergerai, tapi meski begitu pacarnya Gracia itu sudah terlihat kek bidadari nyasar kalau kata wota.

"Ci Shani, nanti sore bisa antar aku ke restoran di deket jalan X itu? Aku cuman bentar kok disana." Gracia memandang Shani yang sedang fokus menyetir, dan entah kenapa dia kembali merasakan aura dingin saat bersama Shani. Seperti saat dulu mereka sebelum berpacaran.

"Gak bisa, nanti sore temenku ngajak Gathering di Bandung. Lagian kamu punya mobil buat apa? Diplastikin aja kalau gak mau make." jawab Shani tanpa menoleh sedikitpun.

Tuh kan, Shani beneran jadi dingin sekarang. Sudah sebulan ini Gracia merasakan perubahan Shani, terlihat dari intensitas bertemu mereka yang semakin jarang. Shani sibuk dengan teman temannya, dan Gracia yang sibuk dengan pekerjaannya.

"Kalau gak mau kan bisa bilang yang lebih baik, kenapa sewot mulu sih." Gracia menghela nafasnya.

"Biasa aja, kamu aja yang nganggepnya gitu." di belokan terakhir menuju perumahan Gracia, Shani mulai memelankan laju mobilnya. Rencananya sih hari ini Shani mau nemenin Gracia dirumah gitu. Lagi males kemana mana katanya.

Rumah Gracia ini cukup besar, dengan dua lantai dan lima kamar tidur dan kamar mandi. Bingung juga dulu kenapa Gracia beli rumah ini padahal tinggal sendirian. Tapi akhirnya dia gak jadi nyesel karena kalau keluarganya kesini jadi gak repot buat tidur dimana.

Mereka berdua langsung menuju ke ruang tengah, membuat Shani segera melemparkan tubuhnya. "Capek banget ya ampun."

"Aku ganti baju dulu." kata Gracia. Shani hanya mengangguk dan mulai menyalakan tv, padahal aslinya mah dia sibuk main hape.

"Lagi chat sama siapa?" tanya Gracia yang ternyata sudah duduk disampingnya.

Shani menelan ludahnya susah payah saat pandangannya tertuju pada paha Gracia yang terpampang jelas. "Mulus."

"Hah? Masa kamu chat an sama mulus?" Gracia bingung, tapi saat melihat arah pandangan Shani, dia menoyor pacarnya itu.

"Dasar mesum."

Shani langsung gelagapan setelah ditoyor oleh Gracia, tapi bukannya sadar Shani malah wajahnya semakin memerah, bahkan telinganya juga ikut memerah. Beruntung sebuah telepon di hape Shani bisa menyadarkan sepenuhnya dari nafsu durjananya.

"Aku angkat dulu."

Gracia terkekeh melihat pacarnya yang salah tingkah itu, tapi senyumnya segera memudar saat Shani kembali dengan wajah tergesa. "Kenapa?"

Greshan free area (Oneshoot Compilation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang