Seorang gadis berseragam SMA sedang berjalan menelusuri koridor asrama yang akan menjadi tempat tinggalnya selama sekolah disini. Sekolah ini mengkhususkan agar siswinya wajib menginap di asrama, sedangkan untuk siswa tidak. Matanya meneliti nomor setiap pintu yang berjejer rapi di samping kanan dan kiri.
Suasana sedikit bising karena di pagi hari, nampaknya para penghuni asrama sedang bersiap menuju sekolah. Ada yang keluar dari kamarnya dengan membawa tas dan perlengkapan melukis, bahkan ada yang membawa gitar.
Beberapa pasang mata sangat jelas sekali menampakkan keheranan saat melihatnya. Gadis itu kemudian tersenyum dan menghadang salah satu siswi.
"Permisi, kamar nomor 308 ada di sebelah mana ya?"
Siswi yang ditanya kemudian membalas senyum gadis itu. "Lo lurus aja, tuh kamar ada di poros kanan."
"Makasih ya." Saat gadis itu hendak beranjak, siswi tadi menahannya.
"Nama lo siapa?"
"Nama ku Shani, kelas 11. Kalo kakak?" Tanya gadis tadi yang ternyata bernama Shani.
"Eh udah tau ya kalau gue kelas 12? Nama gue Manda. Oh iya, ati ati sama anak yang bakal sekamar sama lo, Namanya Gracia." Kata manda.
Shani mengernyit, tapi kemudian dia menggeleng pelan. "Hehe iya kak, aku pergi dulu ya."
Shani kemudian menarik kopernya dan kembali berjalan.
"Ya aku tau lah dia kelas 12, orang roknya jauh di atas lutut. Dan ya ampun, dia tadi memperingatiku ya? Yang bener aja." Batin Shani.
Langkahnya terhenti di depan pintu kamar 308. "Ini kok nomor kamarnya kayak judul film horror sih." Monolog Shani.
Tangannya kemudian terangkat dan mengetuk pintu itu. Berkali kali dia mengetuknya, hingga buku tangannya memerah. Baru pada ketukan ke sepuluh, seorang Gadis yang Shani tau bernama Gracia, membukanya.
"Sabar keleus, gue lagi ganti." Kata Gracia sambil membukakan pintu lebih lebar.
"Waaah kata sambutan yang sangat luar biasa." Shani menarik kopernya masuk dan otomatis matanya menjelajah seluruh kamar.
Semua sesuai ekspektasinya, di sebelah kanan ada pintu yang bisa di tebak kamar kecil. Kemudian sedikit agak masuk, di sebelah kanan juga ada dua lemari setinggi dua meter. Dan oh God, yang benar saja. Hanya ada satu bed disini, kayak pihak sekolah sengaja agar siswanya saling ngelonin temennya. Ya mungkin maksudnya baik, agar mereka cepet akrab, ya tapi gak gini juga dong.
Di kaki ranjang ada sebuah sofa yang mengarah langsung ke TV LED yang ada di dinding. Kemudian di sebelahnya ada meja rias, sebelahnya lagi ada meja belajar. Meja belajar Shani ada di sisi sebelah kanan, sebelahan sama nakas. Satu yang membuat Shani suka adalah ada balkon di depan kamar, cocok kalau mau menggalau mengingat kenangan bersama jodoh orang alias mantan terbangsatque kalo kata Gracia.
Semuanya oke, kecuali bungkus Snack dan kaleng soda yang bertebaran. Itulah yang sedikit menonjolkan nilai asrama yang mana penghuninya adalah anak muda tuna kebersihan.
Pandangannya teralih pada Gracia yang sedang duduk di depan meja rias, serius menggambar alisnya. Dengan iseng dia menyenggol lengan Gracia. Otomatis ukiran di alis Gracia sedikit tidak simetris, alias tercoret. Seolah tidak melakukan kesalahan apapun, Shani menuju lemari yang masih kosong sambil menyeret kopernya.
"Lo nyoret alis gue bambang!!" Pekik Gracia, dia berbalik dan menatap kesal ke arah Shani.
"Lagian bukannya ngajak kenalan, ramah tamah sama aku, malah sibuk sendiri. Dan lagi, nama aku Shani S-H-A-N-I, bukan bambang." Dengan acuh Shani mulai memindahkan pakaiannya ke dalam lemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Greshan free area (Oneshoot Compilation)
FanfictionArea bebas Gracia dan Shani.. Kepo?? Wajar, kan manusia. Silahkan mampir. Semacam Oneshoot dan lainnya