Plak!
Plak!
Plak!
Tiga tamparan melayang di pipi seorang gadis berseragam SMA elite di sebuah kota besar. Gadis itu hanya diam saja dan menatap tajam seseorang di depannya.
"Cuih." Gadis itu meludahkan darah yang mulai mengalir di sudut bibirnya. Seseorang di depannya tersenyum miring.
"Kalau Lo gak mau pindah dari sekolah ini, Lo akan dapet sesuatu yang lebih dari ini Gracia." Kata seseorang itu kepada gadis yang tadi di depannya, yang ternyata bernama Gracia.
Gracia hanya terkekeh dan mengibaskan debu di jaketnya. "Gak ada alasan kenapa harus gue turutin mau Lo itu, Shani."
Seseorang yang menampar Gracia itu ternyata adalah Shani. "Gue hanya gak suka liat Lo di bully disini dan itu bikin mata gue sakit. Gue tadi nampar Lo biar Lo sadar sama keadaan disini yang udah gak menginginkan elo."
Gracia maju satu langkah, sedikit mendongak menatap kakak kelasnya. Dia kemudian berbisik, "Lalu kenapa Lo gak nolongin gue? Ah, gue tau. Lo hanya gak mau citra bidadari Lo di sekolah ini luntur kan?"
Shani menatap semakin tajam pada Gracia, dia mengulurkan tangannya dan mengelus pipi Gracia yang tadi ditamparnya. Tangannya sedikit bergetar saat mendekati ujung bibir Gracia yang mengeluarkan darah. Dia mendekatkan wajahnya pada Gracia dan berkata, "apakah gue harus membuktikan kalau gue juga bisa jadi iblis?"
Gracia menatap Shani tanpa takut, dia juga menatap bola mata Shani lurus. "Buktikan kalau Lo gak cuman perduli soal nama baik Lo di sekolah ini."
Setelah mengatakan itu, Gracia segera berlalu dari hadapan Shani dan memakai tudung jaketnya. Ah, sepertinya Gracia sudah bisa mencium apa yang akan terjadi esok hari di sekolah tercintanya.
.
..
....Brak!
Shani mendorong tubuh Manda hingga membentur sebuah meja di gudang, dua teman Manda tidak berani menghentikan apa yang dilakukan Shani. Pasalnya mereka baru mengetahui jika Shani bisa berlaku kasar seperti ini.
"UDAH GUE BILANG GRACIA ITU MILIK GUE, KALAU LO NYENTUH DIA BARANG SEUJUNG KUKU PUN. MAMPUS LO SAMA GUE."
Manda terbelalak tidak percaya, padahal selama ini tidak ada yang memperdulikan perbuatannya pada Gracia. Lalu tiba tiba datang seorang Shani yang katanya bidadari sekolah itu, meneriakinya dan mengklaim bahwa Gracia itu miliknya. Waaaah sepertinya ada yang tidak beres.
Shani menarik kasar tangan Gracia dan berlalu dari sana. Ternyata Shani membawa Gracia menuju ke toilet, semua orang yang berada di toilet segera keluar karena tak tahan dengan bau telur busuk yang menempel di seragam Gracia.
"Bersihin badan Lo, baju olahraga gue ada di bilik mandi sana. Pakai itu dan kembali ke kelas."
Gracia hanya tersenyum tipis menerima perintah Shani. Ternyata Shani tak seburuk yang dia kira.
Usai membersihkan diri, Gracia melangkah keluar. Tapi dia berhenti karena ternyata Shani masih menunggunya di depan wastafel.
Gracia menepuk bahu Shani dan tersenyum. "Terima kasih, ternyata elo beneran bisa jadi iblis. Tapi untuk kali ini, elo adalah malaikat penolong gue."
Tanpa menjawab, Shani memegang pundak Gracia dan memepet tubuh Gracia ke wastafel. "Gue berubah pikiran, Lo gausah pindah dari sekolah ini."
Gracia sedikit mendorong Shani, tapi Shani hanya bergeming. "sebenernya gue udah berencana pindah sebelumnya, jadi mungkin Minggu ini terakhir gue disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Greshan free area (Oneshoot Compilation)
Fiksi PenggemarArea bebas Gracia dan Shani.. Kepo?? Wajar, kan manusia. Silahkan mampir. Semacam Oneshoot dan lainnya