Revenge: Five

1.1K 295 42
                                    

Siyeon dari tadi berusaha memusatkan perhatiannya pada acara talk show yang tengah ditampilkan televisi, mencoba melupakan panggilan telepon aneh tadi. Entah mengapa kali ini hal itu membuatnya sedikit terganggu. Biasanya Siyeon tak pernah sepeduli ini pada orang iseng.

"Siapa pun itu, gak jelas banget maunya." Gumam Siyeon tanpa sadar.

Siyeon bangkit dari tempatnya duduk dan berjalan menuju dapur, berniat mengambil camilan dan juga satu botol minuman dingin. Namun sebelum ia membuka pintu kulkas, ponselnya kembali bergetar.

Drrttt... drrttt...

Siyeon refleks menoleh dan menatap ponselnya yang lagi-lagi menampakan sebuah panggilan telepon di atas sofa. Ia mengurungkan niatnya untuk ke dapur dan berjalan perlahan mendekati ponselnya.

"Apa lagi sih, anjir?!" peikiknya lalu segera menyambar benda pipih itu.

Benar saja, panggilan itu masih dari nomor yang sama.

"Halo?" Siyeon tanpa ragu mengangkat teleponnya dan menyahut. "Halo?! Woy, ini siapa?!"

Sesaat tak ada jawaban dari ujung telepon. Siyeon berdecak jengkel.

"Hal—"

"Halo, Siyeon."

Suara seseorang akhirnya terdengar diujung teleponnya.

Suaranya jelas suara seorang lelaki. Siyeon tak terlalu bisa mengenalinya karena sepertinya orang itu sengaja merubah suaranya.

"Halo? Ini siapa?" tanya Siyeon kali ini dengan nada bicara ragu.

"Nggak kenal suara gue, ya?" bisik orang itu.

"Siapa, sih?!" bentak Siyeon.

Suara diujung telepon itu terkekeh pelan. Suaranya rendah dan terdengar agak tak asing bagi Siyeon.

"Just guess who am i." Balasnya.

Siyeon berdecih. "Anjing, telepon iseng yang minta ngajak kenalan kan pasti."

"Gue udah tau lo, kok. Ngapain gue ajak kenalan lagi? Kelakuan busuk lo, semuanya, i know you very well, Park Siyeon." Tandas si penelepon yang langsung membuat cewek itu merinding.

Jantung Siyeon mulai bergedup kencang. Ia mulai yakin kalau penelepon ini pasti adalah orang yang sama yang selalu meneleponnya setiap hari tanpa bicara apa pun.

"Just tell me who you are!" bentak Siyeon.

"Relax," suara itu kembali terdengar. "I just wanna talk to you, Park"

Siyeon memutar bola matanya. "I don't have time to talk with a freak ass."

"Apa kabar mereka, Yeon?" tukas si penelepon. Suaranya tenang, namun penuh penekanan.

Siyeon mengerutkan keningnya. "Gue gak ngerti apa maksud lo."

"For everything that you did, you still don't get it?"

Siyeon tertawa sarkastik. "Emang apa yang udah gue lakuin, hah?"

"Apa yang ada dalam pikiran lo tentang orang-orang yang jadi korban omongan busuk lo?" tanya orang itu.

Siyeon menggenggam kuat ponselnya, merasa benar-benar marah.

"Don't you dare to—"

"Mereka semua menderita karena lo." Tukas orang itu.

"I don't know what the fuck you're talking about!"

"Mereka harus tersiksa secara mental bahkan fisik karena lo."

"Stop!" pekik Siyeon.

"Mereka. Orang itu, yang benci dan ngelukain dirinya sendiri karena pengaruh dari omongan kotor lo." Ucapnya.

"Anjing."

"Dan dia yang harus pindah sekolah karena kelakuan lo... Apa yang lo pikirin setelah ngelakuin semua itu?"

"Pindah sekolah?" ulang Siyeon. "Itu kemauan dia buat pindah, it's not my fault, i didn't do anything, gue gak pernah nyuruh siapa pun buat pindah. Lagian pindah sekolah... Apa masalahnya? Cuma tinggal pindah?"

"Gampang buat orang kayak lo yang bisa pake uang kotor orang tuanya untuk apa aja. Gimana kalo cewek miskin itu? Apa lo pernah mikir segimana tersiksanya dia karena nggak punya biaya untuk daftar sekolah lagi? Dia kesulitan cuma karena mulut sampah lo."

Siyeon benar-benar membeku mendengar semua penjelasan orang itu ditelepon. "Lo... You better tell me who you are!" bentak cewek itu.

"Jawab." Tukas orang itu. "Apa lo masih punya rasa bersalah?"

Siyeon tergelak sinis. "That was a joke! serius banget idup lo. Lagian emang apa urusannya kalo mereka miskin? It's none of my business. Lo pikir gue harus biayain mereka? Ya mestinya sadar diri lah, si Seoyeon itu kalo miskin ya diem aja, gak usah banyak tingkah."

"Gue bukan cuma bicara tentang Seoyeon, tapi mereka semua." Ucap orang itu. "Orang yang lo pikir lebih rendah dari diri lo. Tapi nyatanya kelakuan lo yang paling rendah selama ini."

Siyeon berdecih. "Siapa lo berani ngerendahin gue?"

"Nggak ada alasan lagi buat lo hidup selain jadi sampah." Balas orang itu, masih tetap mempertahankan suara tenangnya.

"I have everything. Gue sangat pantas ada di dunia ini. Kebalik, mestinya lo yang gak pantes hidup, kerjaannya cuma ngurusin urusan orang. Untuk apa?" balas Siyeon.

"The world is not fair, Park Siyeon." Ucap si penelepon, membuat Siyeon mengerutkan kening karena tak mengerti apa maksudnya. "Kadang sampah kayak lo masih aja bisa hidup tenang. Nggak adil, nggak ada balasan untuk semua kelakuan lo itu."

"Lo mau cermahin gue?" balas Siyeon lalu tergelak sinis. "Kalo mau ribut ya secara langsung."

"Tapi," orang itu kembali lanjut bicara tanpa mempedulikan omongan Siyeon. "Gue yang akan membuat dunia ini, salah, dunia lo lebih adil."

"Gue gak ngerti apa maksud lo." Balas Siyeon asal lalu ia langsung menutup sambungan teleponnya.













DAREDEVIL:
revenge

DaredevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang