Semuanya kacau. Mereka pikir dengan balas dendam keadaan akan menjadi lebih baik. Nyatanya hal itu malah menambah banyak masalah, setidaknya kembali hidup tenang seperti dulu pun sudah tak memungkinkan lagi.
Hubungan pertemanan Jisung rusak, ditambah lagi Felix dan Seungmin mencurigai dirinya sebagai pelaku.
Jangan lupakan juga kesaksian tetangga satu komplek Siyeon yang melihat Renjun pada malam itu. Walaupun tidak ada yang mengenali wajahnya, tapi jelas perawakan Renjun dan Hyunjin ini berbeda.
"UN tolol emang." Ujar Haechan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Soal apaan kayak begitu. Perasaan guru aja kagak pernah nerangin yang begituan."
"Udah lah, ujian itu kalo udah dilalui cukup dilupakan." Sahut Jeno, sedangkan Haechan hanya manggut-manggut setuju.
Mereka berdua tengah duduk di kantin setelah melakukan ujian sesi satu mata pelajaran matematika. Dari antara mereka berempat, Jaemin juga sudah selesai, sedangkan Renjun baru masuk kelas untuk sesi dua. Namun dari tadi Jeno dan Haechan belum juga bertemu dengan Jaemin setelah keluar kelas.
"Si Nana lama amat, sih?" gumam Jeno. "Katanya tadi minta sekalian dipesenin makanan."
"Dia masih ada urusan," ucap Haechan. "Sama Heejin."
"Dih, balik UN langsung pacaran aja."
"Mau putus." Tukas Haechan. Jeno langsung mengernyitkan kening bingung.
"Putus?" ulangnya.
"Jen, si Jaemin tuh kacau banget sejak denger Siyeon meninggal." Ucap Haechan dengan serius. "Dari pada lampiasin emosinya ke Heejin, gua saranin buat putusin tuh cewek."
Jeno tersenyum simpul tanpa sepengetahuan Haechan. "Kasian amat si Heejin." Katanya.
Haechan yang mengunyah makanannya tiba-tiba berhenti. "Ini Siyeon loh, Jen. Lu biasa aja? Malah kasian sama Heejin?"
Jeno menggigit bibir bawahnya. "Itu beda lagi. Gua juga rasanya ancur banget pas tau kalo Siyeon... Pergi."
"Setau gua kan lu juga bucinnya Siyeon. Tapi liat reaksi lu gini bikin bingung aja." Ucap Haechan.
"Gua juga cinta sama Siyeon kali." Balasnya.
"Jen, bukannya gua nuduh lu, ya." Haechan kini menatap Jeno dengan wajah yang benar-benar lebih serius dari pada tadi.
"N-nuduh? Maksudnya?"
Jeno mulai merasakan napasnya yang semakin cepat karena gugup.
"Lu sebenernya suka sama Siyeon atau Nancy, sih?" tanya Haechan.
Jeno sontak mengerutkan kening. "Kok Nancy?"
"Gua ngira lu itu cuma alasan bilang suka sama Siyeon di depan gua karena gua suka sama Nancy. Setelah liat reaksi lu yang kayaknya biasa aja sama kejadian... meninggalnya Siyeon, gua pikir juga lu suka sama Nancy, bukan Siyeon."
"Lah? Gua gak suka sama Nancy."
"Tapi gua liat lu berdua, Jen." Tandas Haechan. "Gua liat dua kali lu berdua jalan bareng, padahal bukannya lu sama Nancy juga nggak pernah deket?"
"Eh, nggak gitu..." Ucap Jeno.
Haechan tersenyum tipis. "Padahal kalo bilang jujur dari awal, gua gak akan marah sama lu, kok."
"Chan, elah. Gua kapan suka sama Nancy, sih?" ucap Jeno.
"Gua suka sama Nancy, Jen." Tukas Haechan tanpa menghiraukan ucapan Jeno. "Sekarang, tolong pengertiannya aja ya, hehe."
Jeno bergeming. Ia jelas-jelas merasa bersalah jika Haechan mengira dirinya suka pada Nancy. Biar pun begitu Haechan juga sahabatnya.
Namun beberapa saat kemudian, Jeno sadar, mungkin ini lebih baik dari pada Haechan harus mengetahui alasan sebenarnya kenapa dirinya dekat dengan Nancy akhir-akhir ini.